Jumat, 27 Desember 2013

“Borjuasi dan Dampak yang Ditimbulkanya ”



Perkembangan pasar dewasa ini telah memberikan kemajuan pada perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ini, pada gilirannya bereaksi terhadap semakin meluasnya industri; dan sebanding dengan hal tersebut maka hal yang sama terjadi kepada borjuasi yang semakin berkembang, kapitalnya bertambah dan tetap menciptakan dualisme masyarakat berdasarkan kelas. Demikianlah yang coba ditunjukan dalam film yang berjudul “Communist Manifestoon” yang memiliki keselarasan dengan isi pamflet yang ditulis K. Marx dan F. Engels yang dikenal dengan Manifesto Partai Komunis. Terdapat hal menraik bagaimana kedua sumber tersebut mencoba menunjukan bahwa borjuasi telah memberikan dampak terhadap beberapa aspek, di antaranya penghapusan hubungan feodal patriarki, merusak hubungan kekeluargaan, menghapuskan keadaan hak milik.
Pada era modern ini, borjuasi telah dapat memperoleh kekuasaan dan mengakhiri semua hubungan feodal patriarki. Borjuasi telah memutuskan pertalian feodal yang beraneka ragam yang mengikat manusia dan tidak meninggalkan ikatan lain antar manusia dengan manusia selain darikepentingan individu semata, yaitu "pembayaran tunai". Borjuasi telah menanggalkan anggapan mulia terhadap setiap jabatan yang selama ini dihormati dan dipuja dengan penuh ketaatan, sebagai conotoh borjuasi telah mengubah dokter, advokat, pendeta, penyair, sarjana menjadi buruh yang upahannya dibayar.
Dalam konteks manusia sebagai makhluk sosial dan hubungan kekeluargaan. Borjuasi telah merobek perasaan kekeluargaan dan individu sebagai makhluk sosial, dengan memerosotkannya menjadi hubungan uang atau materi belaka. Borjuasi telah menciptkan manusia menjadi robot-robot bernyawa yang mampu di dikte untuk kepentingan pemilik modal dan menjadikan uang atau materi sebagi tolak ukur atau imbalan yang diberikan kepada manusia atas usaha yang dilakukanya. Saya sependapat dengan apa yang diungkapkan tersebut, bagaimana borjuasi  di era modern ini telah membentuk manusia menjadi kaum buruh, dikumpulkan dalam pabrik diorganisasi seperti serdadu. Sebagai serdadu biasa dari tentara industri mereka diatur di bawah perintah suatu susunan kepangkatan yang rapi. Mereka itu tidak hanya menjadi budak kelas borjuis dan budak negara borjuis saja, akan tetapi mereka juga diperbudak oleh mesin-mesin, oleh mandor-mandor, dan terutama sekali oleh tuan pabrik borjuis sendiri.
Selanjutnya, kebutuhan akan pasar yang senantiasa meluas untuk barang-barang hasilnya mengejar borjuasi ke seluruh muka bumi. Ia harus bersarang di mana-mana, bertempat di mana-mana, mengadakan hubungan-hubungan di mana-mana. Melalui penghisapannya atas pasar dunia borjuasi telah memberikan sifat kosmopolitan kepada produksi dan konsumsi di tiap-tiap negera. Oleh karena itu, borjuasi senantiasa semakin bersemangat menghapuskan keadaan terpencar dari penduduk, terutama alat-alat produksi, dan hak milik individual. Borjuasi telah menimbun penduduk dengan cara pemusatan alat-alat produksi, dan mengkonsentrasikanya menjadi milik beberapa tangan. Akibat yang sudah seharusnya dari hal ini adalah pemusatan politik. Hal tersebut berimplikasi terhadap propinsi-propinsi merdeka atau yang mempunyai hubungan tidak begitu erat dengan kepentingan-kepentingan undang-undang pemerintah dan sistim pajak yang berlain-lainan menjadi terpadu sebagai satu nation dengan satu pemerintah, satu tata undang-undang, satu kepentingan-kelas nasional, satu perbatasan dan satu tarif pabean.
Berdasarkan uraian di atas nampak bagaiamana borjuasi memaksakan penghancuran sejumlah besar tenaga-tenaga produktif juga merebut pasar-pasar baru dan menghisap pasar-pasar yang lama dengan cara yang lebih sempurna, yang salah satunya melalui perdagangan bebas. Itu artinya, dengan membukakan jalan untuk krisis-krisis yang lebih luas dan lebih merusakkan, dan mengurangi syarat-syarat yang dapat mencegah krisis-krisis itu.
Krisis yang terjadi di atas didasarkan atas industri modern yang telah mengubah bengkel kecil milik majikan patriarkal menjadi pabrik besar kepunyaan kapitalis industri. Lapisan rendahan dari kelas menengah, sperti pengusaha kecil, kaum tani, semua berangsur-angsur jatuh menjadi proletariat, sebagian oleh karena kapitalnya yang kecil tidak cukup untuk menjalankan industri besar dan menderita kekalahan dalam persaingan dengan kaum kapitalis besar, sebagian oleh karena keahlian mereka menjadi tidak berharga untuk cara-cara produksi yang baru.
Menarik atas ungkapan yang dinyatakan bahwa untuk menjadi seorang kapitalis, orang tidak saja harus mempunjai kedudukan perseorangan semata-mata, tetapi kedudukan sosial dalam produksi. Kapital adalah suatu hasil kolektif, dan ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari banyak anggota, malahan lebih dari itu, pada tingkatan terakhir, ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari semua anggota masyarakat, artinya bahwa masyarakat memiliki pernan penting terhadap kapital itu sendiri. Bahkan proses pembentukan dulisme kelas di masyarakat sendiri.
Secara keseluruhan, film yang berjudul “Communist Manifestoon” yang memiliki keselarasan dengan isi pamflet yang ditulis K. Marx dan F. Engels yang dikenal dengan Manifesto Partai Komunis mampu menunjukan bahwa kelas borjuis kecil telah berkembang di negeri-negeri di mana peradaban modern telah terbentuk. Saya setuju dengan gambaran dampak yang ditunjukan di atas berkaitan dengan perkembangan borjuasi abad modern ini, Hal tersebut menjadi refleksi bagaimana borjuasi melalui kapitalisme dan industrialisasi telah memberikan dampak kurang buruk terhadap kondisi sosial masyarakat, khususnya Indonesia. Namun terdapat pertanyaan muncul, jika borjuasi melahirkan suatu dualisme kelas, yaitu borjuis dan ploretar yang mana ploretar menjadi pihak yang termarginalkan dan menimblkan ketidakadilan. Agar keadilan terwujud haruskah penghapusan kelas borjuis yang menjadi syarat? 

Sumber:
Decolonize. Communist Manifestton. http://www.youtube.com/watch?v=NbTIJ9_bLP4. Diupload pada 20 Juli 2006. Diakses pada Sabtu, 7 September 2013. Pukul 12.30 WIB.
K. Marx dan F. Engels. Manifesto Partai Komunis. http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1848/manifesto/ch01.htm. Diakses pada Jumat, 6 September 2013; Pukul 22.30 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar