Dalam
artikel yang berjudul Multiculturalism, Universalism and the Claims
of Democracy karya Anne Philips membahas mengenai pertentangan
antara universalisme dan relativisme budaya, serta peran demokrasi dalam
menyelesaikan pertentangan tersebut. Penulis mengungkakan bahwa relativisme budaya
bukanlah cara yang memberikan manfaat untuk feminisme. Hal ini didasarkan pada distribusi
hak dan kewajiban yang dirasakan tidak adil, terutama yang diterima oleh
perempuan. Karena prinsip keadilan dan
kesetaraan selalu terbentuk dalam konteks sosial masyarakat tertentu, dan
sering mencerminkan dominasi kelompok yang lebih kuat.
Tesis yang
menarik adalah munculya demokrai sebagai solusi untuk mengatasi pertentangan
antara universalisme dan relativisme budaya, sehingga harapan terciptanya kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki. Pertanyaan kemudian muncul, kenapa harus demokrasi?
Apakah munculnya demokrasi dapat menjamin terpenuhinya hak perempuan?
Cukup
menarik untuk mengetahui bahwa demokrasi yang dinilai sebagai suatu sistem
politik terbaik saat ini, dengan keyakinan dapat menjamin kebebasan setiap
individu untuk menyampaikan aspirasinya ternyata sejak awal mula kelahiranya di
masa Yunani kuno merupakan suatu sistem politik yang “cacat”, pengimplementaian
demokrasi ternyata tidak demikian, bahkan perempuan tidak diakui sebagai warga
negara dan hak politiknya. Lantas
bagaimana mungkin kita meyakini bahwa demokrasi sebagai solusi untuk kesetaraan
perempuan, padahal ketika awal lahirnyapun demokrasi tidak mengakui keberadaan
perempuan?
Demokrasi memang
belum sepenuhnya menjamain tepenuhinya kesetaraan dan pemenuhan hak
perempuan. Parlemen Indonesia sebagai
contoh, masih didominasi oleh laki-laki dan kerap kali kepentingan-kepentingan
kaum perempuan masih belum menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, demokrasi saat ini masih
dipahami secara prosedural, yang hanya menekankan adanya pemilihan umum dan
partai politik dan belum secara substansial mampu menyalurkan aspirasi
masyarakat secara benar dan diimplementasikan dengan kebijakan yang nyata
berpihak kepada rakyat,
Meskipun
demikian, demokrasi tidak dapat disalahkan sepenuhnya, kita tidak dapat
menampik bahwa demokrasi masih memiliki kekurangan namun di sisi lain demokrasi
memberikan manfaat positif. Demokrasi
saat ini berbeda dengan masa lalu, demokrasi saat ini telah menjamjn setiap
individu berhak untuk bererikat, menyampaikan pendapat dan berorganisasi tanpa
melihat jenis kelamin, warna kulit, suku dan ras. Perempuan pun kini telah
diberikan akses untuk ikut serta berpartisipasi aktif dalam ranah publik,
diberikan kesempatan dalam pengambilan keputusan dan menyampaikan
aspirasinya. Oleh karena itu, demokrasi
bukan satu-satunya dan segalanya dan bukan pula sistem politik yang sempurna.
Akan tetapi untuk saat ini demokrasi adalah sistem politk terbaik yang kita
miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar