Jumat, 27 Desember 2013

“Sebuah Perspektif terhadap Affirmative Action”



Dalam tulisan Iris Marion yang berjudul “Affirmative Action and the Myth of Merit” dijelaskan bahwa affirmative action merupakan upaya dua arah, selain sebagai upaya pemenuhan hak individu yang didasarkan  atas kemampuan (merit), juga sebagai kebijakan dalam melindungi pihak-pihak  yang kerap kalu merasa mengalami diskriminasi, sehingga memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai hal, sebagai contoh adalah isu kesenjangan kesempatan dalam memperoleh lapangan pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, karena terkadang terdapat beberapa sektor kerja yang dikhususkan untuk laki-laki dan perempuan sulit untuk masuk ke dalam sektor pekerjaan tersebut, sebagai contoh adalah buruh.  Tidak hanya dalam  kontkes pekerjaan, tulisan ini juga membahas mengenai substansi bahkan kritik terhadap konsep affirmative action itu sendiri, serta menunjukan bagaimana affirmative action diimplementasikan dalam berbagai bidang termasuk politik.
Terdapat ungkapan yang cukup menarik dari artikel yang ditulis Marion tersbut, bahwa:
“Affirmative action programs are in place they do indeed have some success in redistributing desirable positions among women and people of color who otherwise probably would not get them. While some would argue that procedures of formaly equal treatment should not be violated in order to produce more just patterns in the distribution of positions..”[1]
Affirmtive action yang didasarkan merit sistem diyakini mampu menghilangkan konsep individualitas dengan menempatkan individu dalam posisi atau sektor tertentu  sesuai dengan kualifikasi yang dimilikinya.  Hal tersebut memungkinkan individu untuk memperoleh apa yang menjadi haknya sebagai contoh adalah lapangan pekerjaan didasarkan kemampaun yang dimiliknya tanpa ada diskriminasi baik dari jenis kelamin ataupun warna kulit.  Namun perlu juga dipahami bahwa terkadang terdapat prosedur formal yang memungkinkan munculnya diskriminasi sehingga perlu juga dideskkripsikan bagiamana implementasi dari konsep  affirmative action itu sendiri sehingga dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat  dengan program-program yang mudah untuk dimengerti guna meminimalisir pihak yang menentang yang didasarkan pada asumsi-asumsi yang salah .


[1] Iris Marion.  Affirmative Action and the Myth of Merit. Hlm. 199.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar