Dalam
film Crisis of Capitalisme,[1]
David Harvey memaparkan mengenai sejumlah elemen penting dari ekonomi kapitalis
global saat ini, di antaranya hubungan negara dan modal, yang mana kapitalisme
melahirkan krisis di dalamnya. Sebagai suatu hal yang selalu dikaitkan dengan
globalisasi, kapitalisme terutama di negara dunia ketiga dipahami sebagai
bentuk lain dari kolonialisme di jaman modern, oleh karena itu tidak heran jika
Martin Khor, mengungkapkan bahwa
“Globalization is what we in the Third
World have for several centuries called colonization.”[2]
Kolonialisasi ini mungkin dianggap
sebagai salah satu bentuk dari krisis yang secara inheren selalu tertelungkup
dilahirkan oleh kapitalisme. Krisis ini dikarenakan kapitalisme dikendalikan
oleh kekuatan yang menyebabkannya tidak stabil, anarkis, dan seringkali melukai
dirinya sendiri. Sehingga terdapat kebenaran dengan apa yang telah dikatakan
oleh Marx dan Engels dalam Manifesto Komunis, dimana digambarkan bahwa
kapitalisme sebagai kekuatan “yang telah
menjelmakan alat-alat produksi serta alat-alat pertukaran yang begitu raksasa,
... seperti tukang sihir yang tidak dapat mengontrol lagi tenaga-tenaga dari
alam gaib yang telah dipanggil olehnya dengan mantra-mantranya.”[3]
Kemampuan
menjelmakan alat-alat produksi memungkinkan lahirnya pertalian feodal yang
beraneka ragam yang mengikat manusia dan tidak meninggalkan ikatan lain antar
manusia dengan manusia selain dari kepentingan individu semata, yaitu
"pembayaran tunai". Serta, telah menanggalkan anggapan mulia terhadap
setiap jabatan yang selama ini dihormati dan dipuja dengan penuh ketaatan,
sebagai conotoh borjuasi telah mengubah dokter, advokat, pendeta, penyair,
sarjana menjadi buruh yang upahannya dibayar.[4]
Lalu
bagaimana kapitalisme yang dihadapi Indonesia terutama pada masa orde baru? Krisis
yang lahir dari kapitalisme dapat dipahami sebagaimana Robison memaparkan bahwa
terdapat sejumlah kontradiksi penting dalam kapitalisme Indonesia yang dihadapi
negara Orde Baru[5], yaitu:
a). Kontradiksi antara kapital domestik dan internasional sehingga melibatkan
negara dalam menghadapi berbagai kendala, di satu pihak modal internasional
menyediakan sumber-sumber keuangan serta investasi modal secara langsung, di
lain pihak pemerintah Indoneisa juga mencari sumber-sumber langsung ke
sektor-sektor ekonomi Indonesia dalam rangka distribusi investasi kapital
global yang masuk akal ditingkat korporasi;
b) Kontradiksi di antara kapital International; c) Adanya keresahan di
kalangan borjuasi kecil pribumi yang begerak diusaha menengah dan kecil; d)
Adanya kontradiksi antara praktik penyediaan kekuasan negara dan sumber daya
oleh para pejabat negara dengan tuntutan kapital secara rasional, e)
Kontradiksi antara penguasa politik dengan kaum “kelas menengah” tentang
masalah pemerintah otoriter, demokrasi dan penegakan hukum.
Berkaitan
dengan pendekatan krisis yang dihadapi Asia dan Indonesia pada thun 1990an pada
masa orde baru. Robison mendasarkannya pada teori ketergantungan, yang
merupakan reintegraasi kapitalisme Indonesia ke dalam sistem global yang
berarti adanya subordinasi struktur ekonomi Indonesia sebagai yang diperlukan
untuk modal international, juga subordinasi tehadap borjuasi domsetik
Indonesia, baik dengan hubungan mereka sebagai komprador atau eliminasi.[6] Sejalan dengan Prof.
Robison, Yoshihara Kunio menyebut kapitalisme Asia Tenggara sebagai kapitalisme
komprador. Kapitalisme komprador ditunjukkan negara sebagai agen industri
manufaktur asing di negerinya sendiri.[7] Kunio dengan yakin
menyodorkan sebuah tesis bahwa kapitalisme Asia Tenggara adalah ersatz
capitalism (kapitalisme semu/kapitalisme yang menjadi substitusi inferior
dari kapitalis yang sebenarnya), di mana campur tangan pemerintah di satu sisi
dan perkembangan teknologi yang tidak memadai di sisi lain menjadi faktor di
balik ersatz tersebut.[8]
Saya sependapat dengan
tesis ketergantungan yang diungkapkan Robison tersebut, karena menunjukan bahwa
krisis yang dialami oleh suatu negara salah satu faktornya adalah
ketergantunngan negara tersebut kepada pihak asing atau pemiliki modal. Sehingga krisis sebagai hal yang selalu terdpat
dalam kapitalisme tidak dapat terelakan. Lalu bagaimana kaitanya dengan
globalisasi? Globalisasi memungkinkan untuk terjadinya penyebaran krisis kepada
negara-negara lain, karena dalam globalisasi dunia menjadi seolah tanpa batas.
Sehingga mempermudah kapitalisme untuk
Daftar Pustaka
Sumber utama:
RSA Animate. Crises of Capitalism. http://www.youtube.com/watch?v=qOP2V_np2c0. Dipuload pada 28 Juni 2010. Diakses pada Jumat, 12
September 2013; Pukul 06.43 WIB.
Sumber tambaan:
Decolonize. Communist Manifestton.
http://www.youtube.com/watch?v=NbTIJ9_bLP4. Diupload pada 20 Juli 2006. Diakses pada Sabtu, 7 September 2013. Pukul
12.30 WIB.
Khor, Martin, 1995, as cited in J. A.
Scholte, “The Globalization of World
Politics”, in J. Baylis and S. Smith (eds.), The Globalization of World Politics, An Introduction to International
Relations. New York: Oxford
University Press, 1999.
Kunio, Yoshihara. The Raise of Ersatz Capitalism in Southeast Asia. Jakarta:
LP3ES, 1990.
Marx, K. dan F. Engels. Manifesto Partai Komunis. http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1848/manifesto/ch01.htm. Diakses pada Jumat, 6 September 2013; Pukul 22.30 WIB.
Robison, Richard. Negara
dan kapital di bawah Orde Baru: Kajian Teoritis, dalam Richard Robison, Soeharto dan Bangkitnya Kapitalisme
Indonesia. Depok: Komunitas Bambu,
2012.
[1] RSA Animate. Crises of Capitalism. http://www.youtube.com/watch?v=qOP2V_np2c0. Dipuload pada
28 Juni 2010. Diakses pada Jumat, 12 September 2013; Pukul 06.43 WIB.
[2] Martin Khor, 1995, as cited in J. A. Scholte, “The Globalization of World Politics”, in
J. Baylis and S. Smith (eds.), The Globalization of World Politics, An
Introduction to International Relations (New York: Oxford University Press,
1999), p. 15.
[3] K. Marx dan F. Engels. Manifesto Partai Komunis. http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1848/manifesto/ch01.htm. Diakses pada Jumat, 6 September
2013; Pukul 22.30 WIB.
[4] Decolonize. Communist Manifestton. http://www.youtube.com/watch?v=NbTIJ9_bLP4. Diupload pada 20 Juli 2006.
Diakses pada Sabtu, 7 September 2013. Pukul 12.30 WIB.
[5]Richard Robison, Negara dan kapital di bawah Orde Baru:
Kajian Teoritis, dalam Richard Robison, Soeharto
dan Bangkitnya Kapitalisme Indonesia (Depok: Komunitas Bambu, 2012),
hlm. hlm. 95-97.
[6] Ibid.,
hlm. 89.
[7] Yoshihara
Kunio, The Raise of Ersatz Capitalism in Southeast Asia (Jakarta: LP3ES, 1990), hlm. xv.
[8] Ibid.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar