Jumat, 27 Desember 2013

“Memahami Revolusi Sosial dalam Perspektif Theda Skocpol”



Hal menarik dari tulisan Theda Skocpol yang berjudul France, Russia, China: A structural Analysis of Social revolutions adalah keberhasilan membahas tiga basis analisis struktural yang menjelaskan keberadaan revolusi, yaitu: Pertama, perspektif struktural untuk melihat penyebab dan hasil dari sebuah revolusi sosial. Di dalam perspektif struktural sendiri menjelaskan hubungan sebab akibat yang terjadi dari sebuah revolusi yang berdampak kepada lapisan sosial masyarakat.  Kedua, mempertimbangkan konteks internasional dan sejarah dunia. Di dalam menganalisis suatu gerakan revolusioner tersebut, Scokpol banyak menganalisis revolusi sosial yang berpengaruh kepada dunia, yaitu Perancis (1787-1800), Rusia (1917-1921) dan Cina (1911-1949). Hal yang mendasari terjadinya revolusi di tiga negara tersebut adalah bahwa rakyatnya kurang merasa puas dengan sistem lama yang terkesan kaku dan adanya kekuasaan yang mendominasi di dalam negara, banyak suara dan aspirasi rakyat tidak dipenuhi oleh kelompok kepentingan dan adanya perbedaan kepentingan antara petani dan tuan tanah. Dan yang ketiga adalah meletakkan fungsi dan peran negara. Fungsi dan peran negara adalah hal yang paling menentukan kontinuitas dan eksistensi suatu negara baik di dalam negeri maupun di luar.
Dalam tulisanya, Skocpol mengungkapkan bahwa revolusi sosial dipahami sebagai sebuah transformasi yang sangat cepat dan mendasar dari kondisi sosial dan struktur kelas, mereka dicapai melalui pemberontakan kelas bawah dari kondisi sosial berbeda. Pemberontakan tersebut bertujuan untuk merubah struktur sosial maupun struktur politik. Perubahan struktur sosial maupun struktur politik secara mendasar dan berlangsung secara bersamaan dan saling memperkuat. Perubahan ini berlangsung melalui konflik sosial-politik yang kuat dan perjuangan kelas memainkan peranan yang sangat penting.
Akan tetapi revolusi sosial berbeda dengan pemberontakan, dalam revolusi sosial konflik dan proses transformasi hampir semua melalui kombinasi dari dua peristiwa, yaitu  perubahan struktur sosial disertai dengan pemberontakan kelas, dan transformasi politik sSebaliknya, pemberontakan meskipun disertai dengan pemberontakan atau kekerasan dari kelas tertindas, tetapi tidak menyebabkan perubahan struktural. Begitupun berbeda dengan revolusi politik yang hanya dapat mengubah struktur negara, tetapi tidak struktur sosial, dan mereka tidak selalu disertai dengan konflik kelas. Perlu dicatat, bahwa hal menarik dari revolusi sosial adalah bahwa perubahan mendasar dalam struktur sosial dan struktur politik terjadi bersama-sama dalam kondisi yang saling mendukung perubahan, terjadi melalui konflik sosial  dan politik yang intensif di mana perjuangan kelas memainkan peran kunci.
Dalam artikel lain, Skocpol juga mengungkapkan bahwa Revolusi terjadi karena adanya beberapa faktor, yaitu ketika keadaan struktur yang lemah yang mengalami tekanan ekonomi dan militer meningkat dari luar negeri, kombinasikan dengan struktur sosial-politik agraria yang diperbolehkan untuk pemberontakan petani, sama hasil dari revolusi dapat dipahami melalui pemeriksaan tekanan struktural yang dihadapi oleh pemerintahan revolusioner yang masuk. Pemberontakan yang dilakukan oleh petani biasanya berasal dari pengambilan tanah mereka oleh para tuan tanah, peningkatan secara mencolok pajak atau sewa tanah, atau karena problem kelaparan. Karena adanya permintaan yang tidak terpenuhi oleh para petani, maka mereka membuat suatu gerakan revolusioner yang mana ingin membuat suatu sistem baru yang lebih mengutamakan aspirasi mereka.
Dari pemahaman tersebut, dapat dianalogikan bahwa terjadinya revolusi dikarenakan sistem yang telah terpatri di dalam suatu masyarakat tidak berkelanjutan dan cenderung berjalan di tempat dan adanya pemberontakan dari kelas bawah yang kepentingan mereka tidak diperjuangkan oleh negara. Jika negara tidak memperjuangkan kepentingan rakyatnya dapat dikatakan fungsi dan peran negara sudah rusak. Revolusi kadang diperlukan agar memperbaharui sistem lama yang terkesan tidak berpihak kepada tiap-tiap golongan. Karena, apabila ada satu golongan yang tidak diperhatikan oleh negara, maka negara tersebut dapat dikatakan mal-fungsi.
Meskipun Skocpol, telah mengungkapkan syarat terjadinya revolusi, yaitu: Pertama, harus ada "krisis negara" yang sering kali dipicu oleh faktor-faktor internasional, seperti meningkatnya persaingan ekonomi atau keamanan dari luar negeri. Hal tersebut merupakan sebuah krisis dan tantangan bahwa negara tidak dapat memenuhi kebutuhan, akibatnya , elit ( dan tentara) menjadi terbagi atas apa yang harus dilakukan dan loyalitas kepada rezim melemah. Ini krisis negara menciptakan situasi revolusioner. Kedua, pola dominasi kelas menentukan kelompok akan bangkit untuk mengeksploitasi situasi revolusioner.  krisis Revolusioner dikembangkan bila status rezim lama menjadi tidak dapat memenuhi tantangan yang berkembang di dalam situasi internasional. Disintegrasi administrasi dan militer terpusat oleh karenanya telah memberikan benteng kesatuan tunggal tatanan sosial dan politik. Sering kali permulaan revolusi itu ditandai dengan gembar-gembor soal kelemahan atau kelumpuhan negara, biasanya disebabkan oleh ketidakberdayaan pemerintah untuk memecahkan problem-problem utama di bidang militer, ekonomi dan politik.  Hasilnya adalah sebuah revolusi sosial, pola-pola dominasi kelas hanya menentukan siapa yang akan memimpinnya.  Berkaitan dengan kedua hal tersebut, saya kurang memahami maksud dari pola dominasi yang dikemukakan oleh Skocpol. Apakah maksud dari “pola” tersebut? Jika kedua syarat tersebut menjadi suatu syarat utama proses revolusi, apakah pola dari dominasi tersebut memiliki kesamaan antara satu negara dengan negara lain? Logikanaya setiap negara atau wilayah memiliki karakteristik tersendiri, sehingga memungkinkan lahirnya pola yang berbeda pula.
Disamping itu, meskipun pemaparan Skocpol secara historis komparatif menjelaskan secara terperinci mengenai proses revolusi di beberapa negara, akan tetapi saya kurang memahami berkaitan dengan "kecepatan" proses transformasi masyarakat pada masa revolusi sosial. Hal ini mungkin didasarkan atas ketidakpastian titik awal dari proses revolusi sosial itu sendiri. Sebagai contoh jika dikaitkan dengan peristiwa revolusi Perancis: mana yang lebih dahulu telah dimulai pengambilalihan Bastille? Atau dengan pemberontakan petani yang mendahuluinya? Lebih spesifik pernyataan di atas menjurus kepada pertanyaan mana yang lebih dahulu terjadi perubahan struktur sosial atau transformasi politik? Atau mungkinkah keduanya terjadi secara bersamaan?
 Tulisan karya Don Aitkin dan Brian Jinks ini secara keseluruhan sudah mendeskripsikan unsur-unsur penting dari revolusi yang terjadi di beberapa negara.  Nilai lebih dari tulisan ini menjadi stimulan yang menarik bagi pembaca untuk memahami lebih mendalam mengenai proses revolusi. Sedangkan di sisi lain, akan jauh lebih baik jika tulisan tersebut juga memuat analisis terhadap contoh kasus yang dipaparkan, dan memuat informasi rinci yang dapat dipergunakan bagi praktisi. Informasi-informasi tersebut berupa komparasi kelebihan dan kelemahan dari masing-masing aktor atau pihak yang terlibat dalam revolusi, hal tersebut diharapkan memberikan gambaran dan korelasi terhadap hasil dari revolusi yang dilakukan di masing-masing negara. Informasi seperti itu, tentunya sangat berguna bagi pembaca untuk lebih memahami lebih mendalam mengenai revolusi di dunia modern ini.

Sumber:
Skocpol, Theda. Social Revolution in The Modern World: A Critical Review of Barrington Moore’s Social Origins of Dictatorship and Democracy.  New York: Cambridge University Press, 1994.  Hlm. 133-166.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar