Pages

Jumat, 27 Desember 2013

“Tantangan dan Strategi Adaptasi PKC ( Partai komunis China) dalam Menghadapi Kemajuan Ekonomi Cina pada Masa Mao Zedong, Deng Xiaoping dan Hu Jintao”



Pergolakan politik partai komunis Cina tidak pernah berhenti semenjak didirikan, baik ketika masa Chen Duxiu sampai Deng Xiaoping. Hal tersebut disebabkan karena selain adanya permusuhan pribadi, permusuhan antar kelompokpun semakin mempertajam pertentangan mengingat terdapatnya perbedaan dalam garis pemikiran dan perjuangan yang dianut masing-masing kelompok. 
Pada mulanya struktur kepemimpinan partai komunis Cina didominasi oleh orang-orang yang berorientasi Soviet[1] yang tidak terlepas dari pemikiran para pendiri partai komunis Cina yaitu Li Daz Hao, Chen Duxiu dan juga Mao Zedong yang secara khusus menekankan pentingnya untuk Cina meniru konsep revolusi seperti di Rusia, sehingga berhasil mendirikan negara sosialis pertama di dunia.[2] Namun dalam perkembangannya, konsep revolusi Rusia yang diadopsi Cina ternyata terbukti gagal, ditandai dengan kandasnya perjuangan kaum buruh Cina dalam memelopori revolusi di kota-kota besar akibat serangan pasukan kaum nasionalis dan hebatnya pemberontakan kaum petani Cina dalam insiden 30 Mei 1925.[3]
Peristiwa tersebut membuka pemikiran Mao Zedong tentang pentingnya kelompok petani untuk mensukseskan revolusi sosialis Cina. Oleh karena itu, dalam perjalanan sejarah partai komunis Cina (PKC) terjadi rekonstruksi pemikiran dasar gerakan komunisme Cina, yaitu:[4] 1) Mengutamakan kaum petani sebagai kekuatan pokok revolusi, berbeda dengan Uni Soviet yang mengandalkan kaum buruh; 2) Mementingkan pembentukan tentara komunis tersendiri untuk melindungi kelangsungan hidup partai. berbeda dengan keinginan Soviet yang menghendaki agar PKC bersatu dengan kaum nasionalis dalam membentuk tentara nasional; 3) Menjadikan daerah pedesaan, tempat tinggal kaum petani Cina yang revolusioner, sebagai prinsip basis perjuangan dan bukan kota-kota besar di mana berpusat kaum buruh.
Setelah kebijakan-kebijakan pembangunan Mao memperlihatkan pemikiran yang cendrung utopis, yang ditandai dengan pelaksanaan sistem komune rakyat yang ekstrem dan gagalnya program lompatan jauh kemuka, tokoh- tokoh seperti Deng Xiaoping dan Liu Shaoqi mulai tampil ke depan mendesak kedudukan Mao di dalam PKC. Orang-orang yang berpikiran pragmatis-realis tersebut cendrung berpikir realistis dalam merancang strategi pembangunan ekonomi semakin dominan posisinya di dalam struktur kekuasaan partai komunis Cina sebagaimana tergambar dalam susunan pimpinan komite tetap politburo PKC pra-sidang pleno ke-11 komite sentral VIII, yaitu menempatkan Deng Xiaoping sebagai pemegang kedudukan sekjen PKC.[5]
Posisi kepemimpinan di dalam partai komunis Cina mulai menunjukan perubahannya ketika Deng Xiaoping benar-benar mencapai puncak kejayaannya.  Sejak reformasi ekonomi digulirkan oleh Deng Xiao Ping pada akhir tahun 1970an, Cina sedang bergerak menuju perubahan politik, ekonomi dan sosial. Cina yang selama ini sangat dikendalikan oleh PKC mulai melakukan penyesuaian terhadap perkembangan baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga Cina harus mempercayai pada suatu hari nanti demokrasi ekonomi yang dibangun harus bertemu dengan demokrasi politik.
Pembangunan demokrasi politik nampaknya menjadi pertanyaan besar ketika Cina masih berada dibawah kendali satu partai tunggal yaitu PKC. Bagaimanakah PKC bertahan dan kebijakan apa yang harus dilakukan oleh PKC untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan liberalisasi ekonomi dan tuntutan demokrasi politik?
Pada awal gerakan reformasi, PKC mengalami banyak kelumpuhan yang terlihat dari kondisi partai yang mulai banyak terlihat tidak terurus.[6] Sebuah survey tahun 1992 menyebutkan di distrik Yiyang, Provinsi Hubei menunjukkan selama setahun 47 dari 104 partai tingkat cabang tidak pernah mengadakan rapat sekalipun. Juga situasi yang dramatis saat organisasi partai tidak memiliki anggota atau sebaliknya anggota partai tidak memiliki induk organisasi yang jelas. Bahkan surat kabar Renmin Ribao pada 5 Mei 1993 mencatat bahwa sebuah distrik di Provinsi Hubei terjadi eksodus besar-besaran dari 513 kader, 47 diantaranya pemimpin partai meninggalkan partai dengan alasan menjadi kader partai dalam kondisi reformasi ekonomi sangat berat karena harus mengemban tugas untuk membangun partai yang nampak sedikit memberikan timbal balik memadai dibandingkan dengan perngorbanan yang mereka lakukan, karena para kader partai hanya menerima 500-1000 yuan pertahun yang mungkin hanya separuh dari penghasilan petani kaya maju akibat reformasi ekonomua yang penghasilannya bisa dua hingga tiga kali lipat lebih besar.
Fakta diatas menunjukkan  PKC tidak lagi sepopuler pada awal pembentukan RRC tahun 1950 sampai awal tahun 1970an. Bagaimanapun dampak dari reformasi ekonomi yang tidak bisa ditinggalkan adalah munculnya kekuatan ideologi karena masyarakat lebih fokus kepada pembangunan ekonomi. Respon masyarakat terhadap partai secara umum dapat digolongkan menjadi dua hal,[7] yaitu: pertama, ketidakpedulian masyarakat terhadap perkembangan partai; dan kedua adalah ketidakpuasan terhadap kepemimpinan partai. Masyarakat mulai tidak mempedulikan hal ihwal tentang politik dan partai. Di sisi lain, hal tersebut menguntungkan karena masyarakat akan lebih konsentrasi terhadap pembangunan ekonomi sehingga masalah politik akan lebih mudah dikendalikan. Akan tetapi, justru muncul protes terhadap partai seperti yang terjadi di Renshou, provinsi Sichuan yang menyerang dan menduduki kantor pemerintah dan partai dengan jumlah demonstran mencapai 10 ribu orang. Hal serupa juga dilaporkan terjadi di beberapa provinsi lainnya seperti di Anhui, Henan, Guangdong, Shanxi, dan sebagainya. Hal utama yang memicu protes para petani adalah masalah korupsi yang muncul dikalangan kader PKC meskipun kita tidak bisa mengatakan pada masa sebelumnya kader partai terbebas dari korupsi.
Dalam krisis kepercayaan tersebut, PKC tetap bertekad menjadi partai berkuasa. Namun disisi lain golongan muda menghendaki demokrasi lebih luas yang memunculkan peristiwa Tiananmen pada 3-4 Juni 1989. Fenomena di dunia internasional juga menunjukkan kecenderungan relatif sama, runtuhnya rezim-rezim totaliter bekas Uni Soviet dan Eropa Timur serta menggejalanya demokrasi global semakin mempersempit ruang PKC mengembangkan kekuatannya. Sementara itu kemajuan teknologi informasi telah membuat rakyat semakin tahu dan pintar tentang penentuan nasib mereka. Apalagi secara ekonomi Cina dihadapkan pada deretan etalase kapitalisme Barat di pantai Timur mulai dari Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan.
Bagaimana PKC bertahan menghadapi badai demokrasi dan krisis kepercayaan dari rakyat Cina? Terdapat satu hal yang mungkin kurang diperhatikan oleh analisis Barat berkaitan dengan perkembangan masyarakat ketika kemajuan ekonomi yang diduga akan membangkitkan semangat demokrasi politik. Hal tersebut adalah budaya politik yang telah berkembang di Cina selama ribuan tahun yaitu Konfusianisme, yang meyakini bahwa ketertiban dan keseimbangan adalah hal paling utama dan hal itulah yang digunakan PKC untuk mempertahankandominasi politiknya di Cina.[8] Sehingga, jika menginginkan kemakmuran ekonomi, maka pembangunan ekonomi harus terlaksana dengan baik. Syarat terlaksanakannya pembangunan ekonomi yang baik adalah dengan adanya stabilitas politik yang hanya bisa tercapai jika pemerintahan kuat yang terbentuk dari tingginya legetimasi masyarakat . Oleh karena itu legetimasi terhadap pemerintah dan partai menjadi syarat utama untuk mencapai kemakmuran secara ekonomi.
Dalam reformasi ekonomi pun, Deng juga menerapkan metode yang relatif sama dengan Mao. Reformasi ekonomi tidak bisa bergerak dari bawah atau masyarakat, karena,[9] Pertama, masyarakat Cina telah terbiasa dengan sistem komune dan menjadi satu hambatan untuk berkembang secara mandiri, karena lebih dari satu dasawarsa masyarakat telah terbiasa dengan berbagai hal yang telah terencana secara terpusat dan semuanya disediakan dan diatur oleh negara. Kedua, kebebasan yang mulai terbuka dalam masyarakat Cina memungkinkan munculnya euforia yang justru membuka peluang kekacauan sistem politik yang ada.  Oleh karena itu, kebijakan yang diambil PKC adalah tetap mengendalikan kebebasan dalam konteks pembangunan ekonomi dengan memberikan insentif untuk pembangunan ekonomi tetap dari atas atau partai dan pemerintah, sehingga kontrol politik dan ekonomi tetap berada ditangan negara atau dengan kata lain, sistem kapitalisme tetap bertahan, dan pada tataran dibawah akan muncul kebebasan yang akan mendorong aktifitas ekonomi yang dapat digunakan sebagai klaim pembangunan ekonomi yang memakmurkan rakyat.
Umar Suryadi Bakry dalam analisanya mencatat adanya tiga variabel dalam menganalisa masa depan PKC,[10] yaitu: Pertama, adalah tentang kondisi dan situasi dalam sistem internasional saat ini yang memfokuskan kepada posisi China dalam struktur kekuatan, pengaruh dan kepentingan dalam sistem internasional. Sistem bipolar yang berlangsung selama Perang Dingin telah usai, namun tidak bisa dikatakan sistem ini telah berubah menjadi sistem uni polar dimana Amerika Serikat sebagai pemimpinnya. Negara-negara bekas Uni Soviet dan Eropa Timur sekarang telah berada dalam pengaruh kekuasaan dari Amerika Serikat. Namun, Cina sendiri sebenarnya berada dalam posisi yang lebih independen tidak seperti negara bekas Uni Soviet atau Eropa Timur. Pada saat Cina sedang mengalami kemunduran hubungan diplomatik dengan Uni Soviet, saat itu sebenarnya Cina mulai memunculkan independensinya yang tidak berada dalam bayang-bayang Uni Soviet maupun Amerika Serikat. Secara domestik para elit Cina mulai memiliki kebebasan untuk menentukan perkembangan politiknya, namun secara internasional, seiring dengan semakin menguatnya interdependensi negara bangsa akibat globalisasi menghadapkan Cina pada pilihan yang tidak terelakkan yaitu ikut serta dalam perkembangan dibelahan dunia yang lain termasuk demokratisasi.
Variabel kedua adalah kemajuan ekonomi yang menggambarkan kondisi domestik. Variabel ini menfokuskan pada kondisi sistem sosial, kemajuan dan kecenderungan ekonomi serta aspirasi yang berkembang di Cina. Kemajuan ekonomi yang sehat dan stabil hampir sulit untuk menghasilkan perubahan politik terutama secara fundamental. Oleh karena itu secara tidak langsung, kemajuan ekonomi Cina justru lebih mendukung dan mempertahankan sistem politik yang ada dan menjamin stabilitas politik. Sementara itu, faktor domestik juga harus diperhitungkan adalah jumlah penduduk Cina yang lebih dari satu milyar jiwa ini apakah kondusfif mengimplementasikan demokrasi penuh dengan sistem multi partai seperti negara Barat yang jumlah penduduknya lebih sedikit? Sepintas, lihatlah fenomena demokratisasi India dengan jumlah penduduk yang besar dan menerapkan demokrasi seperti Barat menunjukkan negara disibukkan dengan pertentangan kepentingan dan saling bersaing satu sama lain. Dalam pandangan orang Cina sendiri, sistem pemerintahan terpusat merupakan pilihan terbaik karena selama ratusan tahun Cina berada dalam sistem kekaisaran dibawah pedoman Konfusianisme.
Variabel ketiga adalah persepsi, motivasi, cita-cita, nilai, ide dari para elit politik Cina. Hal penting yang sangat berpengaruh terhadap masa depan Cina dan PKC adalah faktor kegagalan Uni Soviet dalam melakukan reformasi. Para elit politik Cina serta sebagian masyarakat melihat bahwa reformasi yang begitu cepat seperti yang terjadi di Uni Soviet justru akan menimbulkan kekacauan, sehingga sosialisme dan diktator proletariat masih merupakan model yang paling tepat di Cina dengan pertimbangan utama bahwa setiap negara harus menerapkan model pembangunan politik berdasarkan situasi kondisi yang sangat melekat dan berkarakter sendiri dari masing-masing negara.
Di sisi lain, terdapat hal lain yang merupakan salah satu perubahan yang cukup menarik dalam PKC pasca reformasi yaitu dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan, yang mana kemungkinan dan kesempatan bagi pemerintah di daerah dan juga pada beberapa departemen untuk mempengaruhi proses pengambilan kebijakan.
Inti dari perbedaan proses pengambilan keputusan dalam sistem politik di Cina pasca Mao adalah perpindahan proses dari keputusan ditangan pemimpin partai menjadi proses yang ditangani beberapa institusi yang terbagi  menjadi tiga tingkatan, yaitu: pertama, tingkatan atas terdiri dari Politbiro dan komite pengurus politbiro (politbiro standing committee).[12] Dua institusi berada pada level paling atas dan memiliki tugas berbeda. Komite pengurus politbiro bertugas mengumpulakan informasi dan rekomendasi kebijakan dari intsitusi dibawahnya untuk kemudian dibahas dan diambil pilihan kebijakannya, setelah berhasil mencapai kesepakatan tentang kebijakan yang akan diambil maka politbiro kemudian mendapatkan tugas untuk meratifikasi atau menetapkan rancangan kebijakan tersebut menjadi sebuah kebijakan. Sementara itu, institusi dibawah komite pengurus politbiro adalah pemimpin kelompok-kelompok kecil (leading small groups) yang terdiri dari para pemimpin kelompok kepentingan, para pejabat pemerintah dan lain-lain yang memberikan informasi dan rekomendasi pilihan kebijakan untuk diajukan kepada komite pengurus politbiro. Pada level paling bawah terdiri dari berbagai partai dan berbagai kementrian dan komisi di pemerintahan. Pada level paling bawah ini memiliki fungsi ganda yaitu memberikan informasi dari bawah atau masyarakat tentang isu-isu berkaitan dengan kebijakan yang diambil oleh negara, sedangkan disisi lain juga bertugas sebagai pelaksana kebijakan yang telah diambil.
Dari tahun ketahun PKC berusaha merevisi atau mereformasi sistem komunisme yang dijalankannya agar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Dalam Konggres PKC ke XVI, secara jelas dinyatakan pandangan PKC tentang perubahan dalam masyarakat Cina. Disebutkan bahwa pertumbuhan paling cepat adalah dengan memberikan bobot kepada jiwa kewirausahaan rakyat untuk berkreatifitas dan berinovasi dalam wadah perusahaan skala kecil dan mengenah milik swasta secara mandiri.[13] Berdasarkan pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa terdapat pengakuan atas kesempatan berusaha oleh rakyat yang justru juga mendapatkan dorongan dari negara dan PKC.
Meskipun begitu, Cina dan PKC tetap berusaha mempertahankan sistem sosialisme dan komunis didalam perkembangan ekonomi yang kapitalistik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Jiang Zemin pada Konggres PKC ke XV yang mempertegas teori Deng Xiao Ping tentang pembangunan masyarakat sosialis ditengah ekonomi kapitalis yang didasarkan kepada empat prinsip utama,[14] yaitu: 1) Pencerahan pola pikir dan mencari kebenaran dari fakta; 2) Suatu pemahaman yang jelas tentang apa yang disebut dengan sosialisme dan bagaimana membangunnyaserta reformasi menyeluruh. Penggantian perjuangan kelas dengan pembangunan ekonomi terencana (planned economy) dengan suatu ekonomi pasar sosialis; 3) Suatu penilaian yang cermat dan ilmiah atas perubahan alam situasi global; 4) Suatu sistem sosialisme dengan karakteristik Cina; 5) Tetap Dilanjutkannya pemikiran Marxisme-Leninisme dan MaoZe Don.
Bahkan sampai Konggres PKC ke XVII pada Oktober 2007, PKC semakin memantapkan pemahamannya tentang pembangunan ekonomi dan perdagangan terbuka, dimana kemudian konggres menghasilkan amandemen konstitusi partai yang sangat krusial dalam menjaga kekuasaan monopoli partai dengan  memasukkan rumus baru yang disebut dengan kexue fazhanguan atau Konsep Pembangunan Ilmiah, yang menekankan bahwa PKC saat ini tidak hanya mewakili kekuatan kelas buruh dan petani saja tetapi mencakup seluruh kekuatan produksi maju, kebudayaan maju dan kepentingan bangsa secara luas. Sehingga nampak PKC meninggalkan akar proletariat namun tidak secara utuh dan memberikan beberapa ruang untuk perwakilan pengusaha didalam partai.[15]
Sedangkan kexue fazhanguan sebenarnya adalah buah pemikiran Hu Jintao yang mencoba menyelaraskan pemikiran Marxisme-Leninisme dan pemikiran Mao dalam perkembangan jaman. Terdapat dua hal menarik dari amandemen tersebut: [16] Pertama, untuk pertama kalinya konstitusi PKC menyebutkan hubungan antara PKC dengan masalah keagamaan, yang merupakan hal tabu di Cina; Kedua, konsep Pembangunan Ilmiah ini sebenarnya memuat unsur-unsur yang berkaitan dengan pondasi globalisasi ekonomi yaitu pada sustainable development. Terdapat pembahasan tentang lingkungan hidup, ekonomi serta persoalan sosial-politik. Pembangunan ilmiah menjadikan pembangunan sosial dan ekonomi lebih berorientasi kepada rakyat, lebih komprehensif, berimbang dan berkelanjutan, sebagai jawaban persoalan pembangunan dan pertumbuhan di Cina, di mana  pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebenarnya tidak sebanding lurus dengan pembangunan riil yang menyebabkan berbagai persoalan sosial dan ketidakseimbangan dengan pembangunan politik, budaya serta hubungan manusia dengan lingkungannya.[17]
Oleh karena itu, berbagai perubahan yang dilakukan oleh PKC baik kedalam maupun keluar merupakan bukti bahwa terjadi perubahan dan penyesuaian makna Komunisme-Sosialisme dengan perkembangan jaman. Sekali lagi kita mengakui bahwa elit politik PKC memiliki perannan penting. Setelah sekitar satu dekade setelah kepergian Deng yang berani mengambil keputusan untuk melakukan reformasi ekonomi, Jiang Zemin kemudian secara berani juga melakukan perubahan pemahaman bahwa PKC tidak lagi bersifat kaku dengan hanya memberikan ruang untuk petani dan buruh saja melaikan juga kepada pengusaha. Kemudian penerusnya Hu Jintao juga menerpakan amandemen terhadap konstitusi PKC yang lebih pro terhadap pembangunan ekonomi dengan penyelasaran dengan pembangunan sosial dan lingkungan yang selama ini menjadi permasalahan di negara industri Barat. Selain itu perubahan pola pikir elit politk PKC ini semata-mata untuk mengikuti perkembangan jaman dan berorientasi kepada seluruh rakyat.
Selanjutnya, untuk melihat bagaimana perubahan atau respon PKC terhadap perkembangan masyarakat, kita akan melihat sistem kerjasama multipartai yang dibangun PKC saat ini yang mengakui bahwa sistem kerjasama multipartai dan konsultatif adalah dasar sistem politik di China.[18] Namun perlu dipahami pemahaman yang berbeda dengan pemahaman Barat berkaitan dengan konsep multipartai, yang mana di Cina multipartai dipahami sebagai:
“long term coexistence and mutual rupervision, treating each other with all sincerity and sharing weal and woe between the Communist Party of China (CPC) and the fellow democratic parties”[19]
Maksudnya adalah bahwa sistem multipartai dalam sistem politik di Cina merupakan sebuah hubungan jangka panjang antara PKC dengan berbagai kelompok demokratis untuk berbagi informasi dan pemikrian yang selanjutnya semata-mata digunakan untuk membangun Cina. Kelompok-kelompok demokratis ini adalah kelompok-kelompok yang dalam sejarah revolusi Cina memberikan konstribusi penting dalam terbentuknya RRC namun mereka tidak terkait dengan partai politik manapun termasuk PKC itu sendiri. Atau dengan kata lain, kelompok demokratis yang dimaksud adalah kelompok kepentingan yang turut membantu membentuk dan membangun RRC.  Inti dari sistem multipartai ini ada empat hal yaitu: [20] a) PKC memiliki posisi sentral dan berkuasa, sedangkan kelompok demokratis mendukung kepemimpinan PKC; b) Kelompok demokratis bekerjasama dengan PKC dalam pembangunan negara; c) Kelompok demokratis ini memiliki perwakilan dalam badan negara bersamadengan PKC dan mereka berpartisipasi dalam konsultasi proses pengambilan kebbijakan terutama yang berkaitan dengan masalah rakyat banyak; d) PKC dan kelompok demokratis menjunjung tinggi konstitusi dan meletakkannya sebagai dasar hubungan dan aktifitas, mereka dilindungi oleh konstitusi.  Sehingga secara umum, dalam sistem politik di Cina terdapat tiga aktor utama, yaitu PKC, kelompok demokratis dan organisasi masyarakat.saat ini terdapat delapan kelompok demokratis yang memiliki kewenangan untuk turut serta dalam pemerintahan yaitu komite revolusioner Kuomintang (China Revolutionary Commettee of Kuomintang), Liga Demokrasi China (China Democratic League),  Kelompok ketiga adalah Asosiasi Nasional Pembangunan China untuk Demokrasi (China Democratic National Constuction Association). Partai Demokrasi Petani dan Pekerja China (China Peasants’ and Workers’ Democratic Party), China Zhi Gong Dang,  Jiu San Society; dan Taiwan Democratic Self-Government League. Selain itu, di Cina juga dikenal adanya organisasi masyarakat. Organisasi ini terdiri dari tiga macam yaitu (1) All-China Federation of Trade Unions. (2) All-China Fedeation Youth. (3) All-China Women’s Federation. (4) All- China Federation of Industry and Commerce.
PKC, kelompok demokratis dan organisasi masyarakat bekerja bekerjasama membangun Cina dalam sebuah mekanisme yaitu Chinese People’s Political Consultative Conference (CPPCC), yang memiliki kepengurusan baik ditingkat pusat maupun daerah yang berfungsi untuk: 1) Konsultasi politik, berupa konsultasi pada kebijakan utama, urusan pemerintahan dan pemilihan pemimpin serta adminsitrasi pemerintahan. Konsultasi ini tidak hanya pada proses pembuatan keputusan melainkan juga pada proses implementasi kebijakan; 2) Democratic supervision. Kegiatannya berupa supervisi pada berbagai bentuk implementasi hukum, regulasi dan beberapa kebijakan penting yang dilakukan oleh negara; 3) Partisipasi dalam Administrasi Kepemerintahan. Bentuk kegiatannya adalah partisipasi dalam menformulasikan hukum dan regulasi dalam proses pengambulan keputusan dalam PKC dan pemerintah serta mengorganisir investigasi dan pemerikaan atas pelaksanaan kebijakaan.[21]

Kesimpulan
Sehingga berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan ekonomi Cina telah membawa perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat sampai kepada perubahan dalam politik. Walaupun perubahan dalam politik tidak menghasilkan perubahan sistem politik komunisme, akan tetapi setidaknya terdapat beberapa proses adaptasi yang dilakukan oleh PKC untuk menyesuaikan diri dengan kondisi domestik sekaligus dengan lingkungan internasional, yang dimulai sejak reformasi ekonomi Deng Xiao Ping, di mana pembangunan ekonomi yang kemudian mengarah pada pembangunan sektor privat menjadikan PKC melakukan transformasi strategi dengan tidak lagi berkuasa secara kaku seperti pada awal RRC, namun lebih mendengar aspirasi masyarakat bawah yang dibuktikan dengan perubahan mekanisme pengambilan keputusan kebijakan yang dimulai dari bawah. Di samping itu, PKC juga mencoba lebih pro terhadap pembangunan ekonomi yang tetap memperhatikan pembangunan sosial dan lingkungan. Menarik dalam proses adaptasinya PKC mencoba menunjukkan bahwa ideologi komunisme dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan tidak kaku. PKC ingin menunjukkan sebuah wajah baru partai komunis yang toleransi kepada perubahan namun dilakukan dengan sangat hati-hati. Nilai inilah yang sebenarnya ingin ditunjukkan dan ditawarkan kepada negara-negara di dunia tentang sebuah proses dan wajah demokrasi yang dapat menjadi sebuah alternatif demokrasi disamping demokrasi Barat. Oleh karena itulah bahkan sampai saat ini Cina masih bertahan dengan demokrasi komunismenya dan menolak demokrasi Barat.

Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Almod, Gabriel A. Comparative Politics Today : a world view, eight editions. New York: Pearson Longman, 2002.
Bakri, Umar Suryadi. Cina Quo Vadis? Pasca Deng Xiaoping.  Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1997.
Houn, Franklin. A Short History Of Chinese Communism.  New Jersey: Prentice Hall, 1967.
Issac, Harold.  The Tragedy Of The Chinese Revolution.  California : Stanford University Press, 1961.
Partogi, Poltak. Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping.  Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995.
Tjeng, Lie Tek.  RRC Sebagai Kekuatan Di Asia.  Jakarta : LIPI, 1982.
Widyahartono, Bob.  Bangkitnya Naga Besar Asia : Peta Politik, Ekonomi, Sosial China menuju China Baru.  Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004.
Zhongqing, Yin.  The Political System of China.  Beijing: China Intercontinental Press, 2007.


Sumber PDF:
Effendi, Tony Dian. Partai Komunis China (PKC) dan Perubahan Masyarakat China. Pdf Version.
Hartono, Muji. M. Hum. Diktat: Sejarah Asia Timur dan Hubungan Luar Negeri dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Muji%20Hartono.pdf diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 06. 27 WIB.
Tanpa Nama. Kebangkitan Ekonomi Cina dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30660/3/Chapter%20II.pdf diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 06.29 WIB.

Sumber Website (Artikel/Berita):
Tanpa Nama. Reformasi Ekonomi di Tangan Partai Komunis China dalam http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=87282&catid=205&Itemid=580 diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 06.32 WIB.
Tanpa Nama. Memahami China Raksasa Ekonomi Dunia dalam http://www.medanbisnisdaily.com/news/arsip/read/2012/11/28/98070/memahami_china_raksasa_ekonomi_dunia/#.UrTRiuK9GZQ diakses pada Rabu, 13 Desember 2013; Pukul 06.34 WIB.


[1] Harold Issac.  The Tragedy Of The Chinese Revolution (California : Stanford University Press, 1961), hlm. 184
[2] Franklin Houn. A Short History Of Chinese Communism (New Jersey: Prentice Hall, 1967), hlm. 1-20
[3] Poltak Partogi. Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 33
[4] Lie Tek Tjeng.  RRC Sebagai Kekuatan Di Asia (Jakarta : LIPI, 1982), hlm. 19
[5] Partogi. Op.Cit., hlm. 36
[6] I Wibowo, Partai Komunis Cina, Quo Vadis? Kompas 27 Agustus 1993, dalam, Umar Suryadi Bakri. Cina Quo Vadis? Pasca Deng Xiaoping (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1997), hlm. 17
[7] Tony Dian Effendi. Partai Komunis China (PKC) dan Perubahan Masyarakat China. Pdf Version. hlm. 8
[8] Ibid., hlm. 4
[9] Ibid., hlm. 5-6
[10] Telah disarikan  penulis  dari tulisan Umar Suryadi Bakry. Op. Cit., hlm. 21-22.
[11] Gabriel A. Almod. Comparative Politics Today : a world view, eight editions (New York: Pearson Longman, 2002), hlm. 451
[12] Ibid.,
[13] Bob Widyahartono.  Bangkitnya Naga Besar Asia : Peta Politik, Ekonomi, Sosial China menuju China Baru (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2004), hlm. 112-113
[14] Ibid., hm. 132
[15] Ibid., hlm. 133-134
[16] Rene Pattiradjawane. Revitalisasi PKC Era Modern, Kompas edisi Kamis 25 Oktober 2007 dalam  Tony Dian Effendi. Partai Komunis China (PKC) dan Perubahan Masyarakat China. Pdf Version. Hlm. 12
[17] Tony Dian Effendi. Ibid., hlm. 12
[18] Tony Dian Effendi.  Ibid., hlm. 14
[19] Yin Zhongqing.  The Political System of China  (Beijing: China Intercontinental Press, 2007), hlm. 144
[20] Ibid.,
[21] Ibid.,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar