oleh Alpiadi Prawiraningrat
Perkembangan globalisasi telah mendorong
suatu moderenisasi dalam dunia komunikasi.
Pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa komunikasi sangat penting
pada masa kini, telah memancing suatu revolusi besar dalam perkembangan
teknologi komunikasi. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya media yang digunakan dalam proses komunikasi.
facebook sebagai salah satu unsur dari teknologi
komunikasi, yaitu media penyalur dan penerima informasi adalah salah satu bentuk
perkembangan teknologi dalam dunia komunikasi.
Selain
sebagai media komunikasi dan penyalur informasi yang dinilai cukup efektif
untuk masa kini. Mudahnya penggunaan facebook memfasilitasi pengguna untuk
becerita berbagai hal, seperti kepentingan pribadi, ekonomi bahkan politik,
serta berbagi informasi dan berkomunikasi dengan tidak hanya satu pihak dalam
satu wilayah, melainkan dapat juga berbagi informasi dan berkomunikasi dengan
pihak atau kelompok lain di belahan negara manapun. Menjadikan lebih dari 600 juta pengguna aktif
facebook di seluruh dunia tertarik
dan nyaman menggunakannya dan enggan untuk meninggalkannya. Hal ini memungkinkan untuk membentuk kohesivitas
masyarakat. Karena pengguna facebook akan berkomunikasi lebih efektif,
bebas, terbuka dengan anggota pengguna atau kelompoknya, sehingga membuatanya
semakin nyaman berada dengan anggota kelompok tersebut dan sulit untuk
meninggalkannya.
Namun
demikian, yang menjadi permasalahan adalah masih banyak masyarakat bahkan mahasiswa
sebagai kaum intelektual belum mengetahui dan memahami definisi teknologi
komunikasi dan kohesivitas masyarakat itu sendiri. Terlebih pemahaman mengenai keterkaitan facebook dan kohesivitas masyarakat. Padahal pemahaman sederhana di atas adalah
dasar utama untuk membentuk seorang smart
user yang berkompeten.
Komunikasi sendiri berasal dari kata latin communicare, yaitu “untuk membuat umum”
atau “untuk berbagi”. Sedangkan menurut
Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), komunikasi dapat didefinisikan
sebagai proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna.[1]
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu media agar dalam proses
penyampaian pesan berlangsung lancar dan penerima informasi dapat memahami makna
pesan yang disampaikan.
Perkembangan globalisasi telah mendorong
suatu moderensisasi dalam dunia komunikasi.
Pandangan masyarakat yang menganggap bahwa komunikasi sangat penting
pada masa kini, secara tidak langsung telah memancing suatau revolusi besar dalam
perkembangan teknologi komunikasi. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya media yang digunakan dalam proses komunikasi. Media tersebut sering dikaitkan dengan
teknologi komunikasi yang merupakan peralatan perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) dalam sebuah struktur
organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap
individu mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar informasi dengan
individu-individu lainnya.[2]
Terkat dengan hal tersebut, teknologi
komunikasi memiliki unsur-unsur, di antaranya: (1) Informasi, dapat berupa
tulisan, suara, musik, gambar, dan data yang memiliki spektrum frekuensi dan
bentuk-bentuk berbeda; (2) Alat yang
dipergunakan untuk meneruskan informasi dengan media transmisi dan sistem
modulasi; (3) Dengan cara yang sesuai, bentuk
akhir (informasi yang diterima) harus serupa mungkin dengan bentuk awal
(informasi yang dikirimkan) dan dalam batas-batas distorsi yang dapat ditolerir;
(4) Dalam jumlah maupun kecepatan yang semakin meningkat melalui jarak yang
semakin jauh dengan biaya yang seekonomis mungkin.[3]
Kohesivitas masyarakat sendiri menururt Collins
dan Raven (1964) memiliki definisi, yaitu adanya kekuatan yang mendorong
anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya
meninggalkan kelompok.[4]
Adapun indikator yang digunakan dalam menilai seberapa kuatkah kohesivitas
dalam masyarakat, di antaranya: (1) Ketertarikan interpersonal antar anggota;
(2) Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; (3) Sejauh mana
anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya (Mc David dan Harary).[5] Sehingga diperoleh informasi bahwa kelompok yang
semakin kohesif, maka: (1) Tingkat kepuasan semakin besar; (2) Anggota merasa
aman dan terlindungi; (3) Komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering;
(4) Semakin mudah terjadi konformitas → anggota smakin mudah tunduk pada norma
kelompok dan smakin tidak toleran pada deviant.[6]
Sehubungan hal di atas, facebook sebagai unsur dari teknologi komunikasi, yaitu media
penyalur dan penerima informasi adalah salah satu bentuk perkembangan teknologi
dalam dunia komunikasi. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya sesama mahasiswa
ilmu komputer Eduardo
Saverin, Dustin Moskovitz dan Chris
Hughes[7] adalah sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang memfasilitasi pengguna
untuk membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman dan
bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui
profilnya serta bergabung dengan grup pengguna lain yang memiliki tujuan
tertentu. Secara tidak langsung memiliki
keterkaitan terhadap kohesivitas masyarakat.
Selain
sebagai media komunikasi yang dinilai cukup efektif untuk masa kini. Facebook
merupakan suatu bentuk komunikasi tertulis sekaligus komunikasi visual, karena informasi yang disampaikan tidak hanya
melalui teks atau tulisan, tapi juga
berupa tampilan visual dari informasi, seperti topografi, fotografi, video,
symbol dan desain.[8] Dalam facebook
sendiri terdapat suatu proses encoding
dan decoding. Encoding
didefinisikan sebagai proses menerjemahkan ide atau pemikiran ke kode.[9] Decodeing
adalah proses menempatakan ide atau pemikirian tersebut.[10] Encodeing
terlihat tatkala kita mencoba menyampaikan gagasan atau ide yang kita miliki
melalui tulisan, gambar atau video.
Sedangkan decoding dapat
terlihat saat kita berusaha menginterpretasikan makna dari simbol pesan yang
disampaikan.
Mudahnya
penggunaan facebook, memfasilitasi
pengguna untuk becerita berbagai hal, seperti kepentingan pribadi, ekonomi
bahkan politik. Selain itu, pengguna facebook tidak hanya dapat berbagai
informasi dan berkomunikasi dengan satu pihak dalam satu wilayah, melainkan
dapat juga berbagi informasi dan berkomunikasi dengan kelompok pengguna atau
komunitas lain di belahan negara manapun.
Kemudahan komunikasi dalam facebook
membuat masyarakat tertarik dan nyaman dalam menggunakannya. Data menyebutkan, pada Januari 2011, facebook memiliki lebih dari 600 juta pengguna aktif.[11] Bahkan Indonesia
menempati peringkat kedua
dengan jumlah pengguna sebanyak 39 juta orang.[12] Angka ini hanya dapat dikalahkan oleh Amerika
Serikat yang jumlah pengguna facebook-nya
mencapai 151 juta orang.[13]
Data tersebut menunjukan bahwa banyak masyarakat
nyaman dengan penggunaan facebook sebagai
media penyalur informasi dan komunikasi.
Hal ini memungkinkan untuk membentuk kohesivitas masyarakat. Pengguna facebook
akan berkomunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering dengan anggota pengguna
atau kelompoknya, sehingga membuatanya semakin nyaman berada dengan anggota
kelompok dan sulit untuk meninggalkanya.
Dalam hal ini facebook dapat dikatakan sebagai fasilitator dalam
peningkatan kekohesivitasan masyarakat.
Namun
perlu kita sadari bahwa facebook dapat
menimbukan dampak negatif, seperti kejahatan di dunia maya atau cyber crime yang dilakukan oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggungjawab dengan mengirimkan konten yang bersifat negatif,
seperti kata-kata kasar, bahkan gambar atau video porno. Hal
ini dapat berdampak kurang baik terhadap kohesivitas masyarakat. Diawali dengan timbulnya kontravensi atau
keadaan tidak puas, benci dan kecewa di antara pengguna facebook dan kelompoknya.[14] Lebih lanjut, menimbulkan konflik antara
individu atau kelompok yang berkepanjangan dan menyebabkan disintegrasi atau
perpecahan yang berakibat buruk bagi kohesivitas masyarakat.
Maka
dari itu, diperlukan solusi untuk
meminimalisir akibat negatif di atas, dengan cara menggunakan facebook secara
efektif dan efisien. Serta menjadikan
diri kita sebgai seorang smart user atau
pengguna yang pintar dengan memilih konten-konten yang bermanfaat bagi
kehidupan kita dan berdampak positif dalam upaya meningkatkan kekhoesivitasan
masyarakat. Sehingga diharapkan terwujudnya suatu masyarakat Indonesia yang
cerdas,terampil serta selalu bersatu dan selaras di tengah keberagaman yang
dimiliki bangsa kita.
[1] Singgih, E. Evita, et al. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Terintegrasi A. (Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI, 2011), hal 41.
[2](http://opr3kkomd4.wordpress.com/2010/03/03/pengertian-teknologi-komunikasi/)
14 November 2011; Pukul 22.58 WIB).
[3](http://opr3kkomd4.wordpress.com/2010/03/03/pengertian-teknologi-komunikasi/)
14 November 2011; Pukul 22.58 WIB).
[4] (http://suryanto.blog.unair.ac.id/2009/02/11/perilaku-kelompok-dan-individu/)
15 November 2011; Pukul 17.58 WIB)
[5] (http://psikologikelompok.wordpress.com/2010/11/21/pengertian-kohesivitas/)
15 November; Pukul
18.05WIB)
[6] (http://psikologikelompok.wordpress.com/2010/11/21/pengertian-kohesivitas/)
15 November; Pukul
18.05WIB)
[8]
Singgih,
E. Evita, et al. Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Terintegrasi A.
(Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2011), hal 45
[11]
"Goldman
to clients: Facebook has 600 million users", MSNBC,
5 Januari 2011. Diakses pada 18 November 2011.
[12](http://tekno.kompas.com/read/2010/01/13/16374871/wow....indonesia.ranking.2.pertumbuhan.facebook.tertinggi.di.dunia)
14 November 2011; Pukul 22.58 WIB)
[13]
(http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2011/11/09/brk,20111109-365698,id.html)
diunduh tanggal 18 November 2011; Pukul 23.08 WIB)
[14] Singgih,
E. Evita, et al. Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Terintegrasi A.
(Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2011), hal 83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar