Pages

Jumat, 27 Desember 2013

“Analisa Pemilihan Umum Prancis Tahun 2007 dan 2012”




Pendahuluan
Dalam ilmu politik, pemilihan umum adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan politik tersebut baik eksekutif, legislatif, yudikatif hingga pemerintahan daerah.[1] Dalam Pemilu, para pemilih disebut konstituen. Para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye kepada konstituen. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan sampai menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan kemudian disosialisasikan ke para pemilih. Pemilihan umum tidak dapat dipisahkan dengan konteks suatu negara yang menganut sistem demokrasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu Negara di Eropa yang menganut sistem demokrasi adalah Perancis. Di Perancis, politiknya sangat khas dengan dua kelompok yang berseberangan, yaitu kelompok sayap kiri yang bertumpu pada Partai Sosialist dan kelompok sayap kanan yang bertumpu pada Partai Union for a Popular Movement (Union pour un Mouvement Populaire) yang selanjutnya disingkat UMP.1. Terdapat juga sebuah partai sayap kanan radikal yang bernama Front National. Selain itu, di Perancis juga banyak terdapat partai-partai kecil yang ikut serta meramaikan suasana politik di Negara beribukota Paris itu.
Tulisan ini akan mencoba menjelaskan berkaitan dengan Pemilu Prancis yang terjadi pada tahun 2007 dan 2012, yang mencangkup Partai Peserta Pemilu; Hasil perolehan suara dan kursi di parlemen; isu-isu yang diangkat dan pemebentukan pemerintahan koalisi.  Menarik untuk membahas tahun di atas, mengingat pada tahun tersebut cukup sulit memperdiksikan siapa kandidat Presiden yang akan menang dan bagaimana masing-masing partai mengangkat isu-isu sosial masyarakat sebagai bagian dari visi mereka.

Pembahasan
Pemilihan Umum Presiden Perancis 2007 berlangsung pada tanggal 22 April 2007 untuk memilih Presiden Perancis untuk periode masa kerja lima tahun kedepan. Apabila tidak ada kandidat yang berhasil memenangkan 50% atau lebih suara, pemilu putaran kedua akan dilangsungkan pada tanggal 6 Mei 2007. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar Perancis Pasal 7. Pemilu kali ini merupakan pemilu ke-9 di Republik Ke-5 Perancis dan merupakan pemilu yang sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Perancis karena masa depan Perancis sangat ditentukan dalam pemilu ini. Sepertiga dari 44 juta warga Perancis dinyatakan memiliki hak untuk memilih dan mereka menyatakan kebingungan untuk menjatuhkan pilihan mereka.
Pada pemilu kali ini, warga Perancis kembali dihadapkan pada pilihan yang sulit seperti yang mereka saksikan pada pemilu sebelumnya. Hingga kini, tidak satu pun dari dua kandidat dari sayap kanan dan kiri yang mampu menggalang suara mayoritas warga. Dua partai yang berkuasa di Perancis yaitu Partai UMP dan Partai Sosialis, terbukti gagal dalam memulihkan kondisi ekonomi dan sosial
Analisa untuk Pemilu yang berkembang di Perancis pada tahun 2007 memprediksikan persaingan ketat antara Sarkozy dan Royal. Kedua kandidat tersebut dalam berbagai jajak pendapat selalu berada di tingkat teratas meninggalkan 10 pesaing mereka. Namun perlu ditekankan pula bahwa peningkatan gradual popularitas Francois Bayrou, Ketua Partai Union pour la Démocratie Française atau disingkat UDF yang terus bergerak mendekati Sarkozy dan Royal, membuyarkan seluruh prediksi dan analisa yang ada. Bahkan sejumlah pengamat menilai hasil pemilu presiden Perancis tahun ini sangat sulit untuk diprediksi. Alasannya, peningkatan popularitas Bayrou selalu disertai dengan menurunnya dukungan terhadap Royal. Bayrou berusaha tampil sebagai sosok politisi sosial demokrat dengan cara membuka front dengan Sarkozy dan menghindari konfrontasi dengan kelompok sayap kiri. Sejauh ini, strategi kampanye Bayrou cukup efektif dalam meningkatkan popularitasnya. Meski demikian, Royal dan Sarkozy tetap berada dalam gelanggang utama pemilu. Tetapi hasil jajak pendapat tidak dapat dijadikan pedoman tentang siapa yang akan menjadi Presiden Perancis mendatang, mengingat opini umum tampak bimbang untuk menentukan pilihan mereka.
Sangat sulit diprediksikan siapakah yang akan memenangkan pemilu presiden Perancis kali ini. Dari berbagai polling yang dilakukan oleh lembaga polling Perancis yaitu Ipof, Louis-Harris, Ipsos, TNS-Sofres, BVA dan CSA dari tanggal 18 Oktober 2006 – 20 April 2007, memang ada kecenderungan bahwa Nicolas Sarkozy dari partai UMP tetap akan masuk pada putaran kedua. Namun untuk rival Nicolas Sarkozy pada pemilu presiden putaran kedua, ada dua calon kandidat terkuat yaitu Segolene Royal dari Partai Sosialis dan Francois Bayrou dari Partai UDF. Apabila yang menjadi rival Nicolas Sarkozy nantinya adalah Segolene Royal maka bisa dipastikan melalui polling tersebut, Sarkozy lah yang akan memenangkan pemilu. Namun apabila rival Sarkozy nantinya adalah Bayrou, maka Nicolas Sarkozy akan kalah mutlak. Dari polling tersebut apabila Nicolas Sarkozy disandingkan dengan Bayrou maka kemenangan akan berada di tangan Bayrou, karena Partai Sosialis akan mendukung Bayrou pada pemilu presiden putaran kedua nanti.
Setelah melakukan pemilu pada tahap pertama pada tanggal 22 April 2007, Dewan Konstitusi mengumumkan secara resmi hasil pemilihan. Hasilnya terpilihlah dua kandidat terkuat calon Presiden Perancis yaitu Nicolas Sarkozy dan Segolene Royal. Mereka merupakan calon presiden Perancis yang memiliki pendukung yang sangat banyak. Pada pemilu putaran pertama, Sarkozy meraih suara sebanyak 31,18% (11,448,663 suara) dan Segolene Royal meraih suara sebanyak 25,87% (9,500,112 suara). Sedangkan dua kandidat terkuat yang lain yaitu Francois Bayrou dari Partai UDF yang mendapatkan suara sebanyak 18.57% dan Jean-Marie Le Pen dari Partai National Front memperoleh suara sebanyak 10.44%.[2]
Pemilu putaran kedua yang dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2007 merupakan pemilu Perancis yang sangat mendebarkan. Masing-masing pendukung Sarkozy dan Royal berharap idolanya berhasil menjadi Presiden Perancis untuk 5 tahun yang akan datang. Namun setelah melakukan pemilu putaran kedua tersebut, Royal ternyata harus mengakui kekalahannya atas Sarkozy yang menang dengan perolehan suara sebanyak 53,06% (18.983.408 suara). Royal sendiri memperoleh suara 46,94% (16.790.611 suara)5. Kemenangan mutlak itu akhirnya memutuskan bahwa Nicolas Sarkozy tampil sebagai Presiden baru Perancis menggantikan Jacques Chirac, seorang tokoh konservatif Perancis yang sudah berkuasa selama 12 tahun.
Kemenangan Nicolas Sarkozy tidak terlepas dari visi dan misinya dalam ketika melakukan kampanye, Nicolas Sarkozy dan partai politik berusaha menarik dukungan sebanyak-banyaknya. Program-program atau kebijakan-kebijakan utama yang ditawarkan atas tuntutan atau isu-isu yang berkembang di masyarakat diusahakan semaksimal mungkin mampu mempengaruhi pilihan pemilih yang ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum.
Anthony Downs menyatakan dalam teori pemilihnya bahwa:
 “pemilih (konstituen) akan menggunakan berbagai kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh kandidat yang diinginkan oleh mereka terhadap pemerintah dan pilihannya tersebut sangat didasarkan dengan kepentingan mereka sesuai dengan posisinya dalam masyarakat”.[3]
Preferensi semata-mata merupakan hasil kepentingankepentingan yang terdapat dalam tujuan jangka pendek partai, yaitu memenangkan pemilu. Pemilih adalah rasional, akan tetapi memiliki sedikit informasi mengenai hubungan antara pilihannya dan kebijakan yang diusulkan oleh yang lain. Pilihannya, yaitu memilih kandidat yang memiliki program kebijakan paling sesuai dengan kepentingan mereka Dalam hubungan antar pemilih dan kandidat, Downs mengungkapkan asumsinya bahwa kandidat berusaha mendapatkan suara sebanyak mungkin dalam pemilihan umum. Sebagai konsekuensinya mereka harus menyesuaikan kebijakan mereka dengan permintaan dan keinginan dari pemilih daripada mengeluarkan program kebijakan yang bertentangan dengan keinginan masyarakat.
Isu yang berkembang juga mempengaruhi pilihan pemilih dalam pemilu.[4] Kandidat akan mudah mendapatkan banyak suara apabila mampu memanajemen isu yang berkembang yang disertai dengan mengeluarkan program kebijakan yang memberikan solusi terbaik atas isu tersebut. Selain itu, pemilih juga melihat apakah kandidat yang mencalonkan diri mempunyai skandal atau tidak, karena apabila memiliki skandal akan mendapatkan kesulitan membangun citra baik di tengah publik.
Dalam debat maupun kampanye, Nicolas Sarkozy lebih memfokuskan masalah dalam negeri terutama masalah imigrasi yang menjadi faktor utama menurunnya perekonomian Perancis. Dalam usahanya untuk memperoleh suara terbanyak, Nicolas Sarkozy menawarkan program-program kebijakan yang sangat solutif untuk mengatasi permasalahan dalam negeri Perancis tersebut, baik untuk rakyat Perancis itu sendiri maupun untuk para imigran. Nicolas Sarkozy merupakan politikus yang memiliki eksistensi yang sangat tinggi. Kinerjanya sangat baik dan rakyat Perancis mengenalnya sebagai tokoh pembaharuan. Dalam pemerintahan Jaqcues Chirac, Nicolas Sarkozy memegang jabatan-jabatan penting. Walaupun berasal dari partai yang sama dengan Jaqcues Chirac, namun pemikiran Sarkozy tidak selalu sama. Sarkozy bahkan cenderung kontra dengan kebijakan Jaqcues Chirac yang dinilainya kurang efektif mengatasi masalah Perancis. Dalam kampanyenya, ia berusaha meyakinkan rakyat Perancis agar memilihnya dengan memberikan programprogram kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah-masalah di Perancis.
Selanjutnya, setelah kemenagan Nicolas Sarkozy Perancis dibawah presidennya yang baru tersebut mengumumkan koalisai kabinetnya[5] yang beranggotakan 15 pejabat.  Hal menarik adalah, dari 15 pejabat kabinet tersebut, separuhnya diisi oleh perempuan. Kelima belas pejabat tersebut akan bertugas di bawah Presiden Sarkozy dan Perdana Menteri Francois Fillon. Sarkozy juga berhasil merangkul semua partai untuk mengisi posisi 15 menteri kabinet yang akan bekerja di bawah PM Fillon.
Untuk menjabat sebagai wakil PM, ditunjuk mantan PM Alain Juppe yang sekaligus merangkap sebagai Menteri Lingkungan. Sebagai tanda keterbukaan politik, Bernard Kouchner, politisi dari Partai Sosialis, memegang jabatan sebagai Menteri Luar Negeri. Kouchner juga dikenal sebagai seorang sosialis dan humanis. Kouchner juga merupakan salah satu dari sedikit politisi Perancis yang mendukung invasi pimpinan Amerika Serikat di Irak. Walaupun dirinya mengaku tidak suka perang, tapi dia yakin Saddam Hussein harus digulingkan. Dari kalangan tengah partai UDF, Herve Morin diberi jabatan sebagai Menteri Pertahanan.
Sarkozy nampaknya memenuhi janjinya untuk menempatkan lebih banyak perempuan di dalam kabinetnya. Diantaranya adalah juru bicaranya Rachida Dati sebagai Menteri Kehakiman. Pengacara dan mantan Menteri Perdagangan, Christine Lagarde, menjabat sebagai Menteri Pertanian. Sedangkan mantan Menteri Pertahanan, Michele Aliot Marie, menduduki jabatan Menteri Dalam Negri.
Kemenangan Sarkozy  dalam pemilihan Presiden Prancis, tidak dapat dipisahkan dari keunggulan Union for a Popular Movement (Union pour un Mouvement Populaire) yang selanjutnya disingkat UMP dalam pemilu legislatif tahun 2007.
 Partai dengan perolehan suara tertinggi adalah Union for a Popular Movement (Union pour un Mouvement Populaire) dengan perolehan suara 10.289.737 suara atau sekitar 39,54 % dan memperoleh 313 kursi di parlemen.  Diikuti oleh partai Socialist 6.436.520  suara atau sekitar 24,73%  dan memperoleh 186 kursi di prlemen.   Kemenangan perolehan suara dan kursi di Parlemen Prancis tidak terlepas dari upaya memperoleh suara terbanyak dan untuk mempertahankan eksistensinya sebagai partai pemerintah yang berkuasa sejak tahun 1995 yang dilakukan oleh Partai Union for a Popular Movement (UMP) dengan berusaha mengeluarkan program-program kebijakan partai yang cenderung mendapat dukungan penuh dari rakyat Perancis.
Salah satu program kebijakan utama Partai Union for a Popular Movement adalah menolak referendum Konstitusi Uni Eropa tanggal 29 Mei 2005 yang bertujuan untuk mengintegrasi secara penuh negara Uni Eropa tersebut. Partai UMP sangat menentang Konstitusi tersebut karena bertentangan dengan keinginan rakyat Perancis. Partai UMP akan berjanji untuk merealisasikan kebijakan itu apabila berhasil memenangkan pemilu. Perancis merupakan Negara yang memiliki sikap etatisme yang sangat tinggi yaitu sikap yang mendahulukan kepentingan Negara daripada kepentingan rakyatnya. Partai-partai politik di Perancis menggunakan prinsip tersebut dalam mengeluarkan program-program kebijakan partai. Namun tidak demikian dengan Partai Union for a Popular Movement yang dipimpin oleh Nicolas Sarkozy saat ini. Sarkozy berani melawan prinsip tersebut dengan berjanji akan melakukan perubahan-perubahan yang berarti demi kemajuan Perancis di masa mendatang. Sikap seperti itulah yang didambakan oleh rakyat Perancis saat ini yang memiliki keanekaragaman etnis di dalam negaranya itu.
Sedangkan untuk tahun 2012, Prancis menggelar pemilihan presiden di tengah kondisi krisis ekonomi Eropa dan tingginya angka pengangguran,[6] dimana menarik adalah bagaimana calon incumbent dari kelompok Kanan Tengah, Nicholas Sarkozy akan berusaha menarik simpati warga Prancis untuk bisa terpilih kembali dalam pemilu presiden kali ini.  Akan tetapi tantangan Sarkozy dalam pemilu kali ini tidak akan mudah, karena akan mendapatkan perlawanan kuat dari kubu Sosialis yang diwakili oleh Francois Hollande. Hollande mengatakan dalam kampanyenya bahwa saat ini waktunya kelompok kiri menjalankan pemerintahan Prancis. Pemilu kali ini menghadirkan sepuluh kandidat, proses pemilu akan berlanjut ke putaran kedua pada 6 Mei jika dalam pemilihan putaran pertama tidak ada satu kandidat pun yang memperoleh suara lebih dari 50 persen. Rancananya hasil resmi akan dikeluarkan setelah tempat pemilihan terakhir tutup pada pukul 20.00 waktu setempat.
Akan tetapi dari sepuluh calon yang maju menjadi calon Presiden, terdapat Dua calon yang diperkirakan akan bersaing ketat Francois Hollande dan Nicholas Sarkozy telah menawarkan sejumlah paket yang menurut mereka bisa menyelesaikan persoalan ekonomi Perancis saat ini.  Sarkozy misalnya menjanjikan akan mengurangi defisit anggaran negara itu dan mengancam keluar dari zona bebas paspor Schengen kecuali anggota lain berbuat lebih banyak untuk mencegah arus imigran dari negara-negara non-Eropa.[7]
Berbagai janji dalam kampanye diungkapkan oleh para kandidat yang tidak terlepas dari harapan warga Prancis menginginkan perbaikan upah, pajak dan pengangguran.[8] Sementara Hollande menjanjikan untuk menaikan pajak bagi perusahaan besar dan warga yang mempunyai pendapatan sebesar 1 juta euro pertahun. Hollande juga berkeinginan untuk menaikan upah minimum, memperkerjakan lebih dari 60 ribu guru dan menurunkan usia pensiun dari 62 menjadi 60 tahun kepada sejumlah kelompok pekerja. Jika Hollande terpilih dalam pemilu kali ini maka dia akan menjadi persiden pertama dari kelompok sayap kiri setelah Francois Mitterrand yang pernah memerintah pada periode antara 1981 hingga 1995. Sementara itu calon lain dari kelompok sayap kanan, Marine Le Pen mendobrak dengan gagasan anti-imigrannya Warga Prancis sejauh ini memang melihat ada empat hal yang menjadi perhatian mereka yaitu persoalan upah, pensiun, pajak dan pengangguran.
Hingga akhirnya, hal serupa sepertei tahun 2007 silam juga terjadi pada Pemilu Prancis tahun 2012 di mana pemilu Presiden dilaksanakan dua putaran. Hasil pada putaran pertama menampilkan dua kandidat, yaitu Francois Hollande dari kubu sosialis dan Presiden Nicolas Sarkozy dari kubu konservatif. Dalam pemilu presiden babak pertama, Francois Hollande mampu meraup suara 28,6% dan mengungguli Nicolas Sarkozy yang memperoleh 26,2 %. Posisi ini membuat Hollande cukup diunggulkan untuk memenangkan pemilu kali ini. Selain itu Hollande juga didukung oleh kandidat dari kelompok tengah Francois Bayrou yang pada pemilu putaran pertama berlangsung berhasil merengkuh 9,1% suara. Dukungan Bayrou kemungkinan akan mendorong pendukungnya untuk mengalihkan suaranya kepada Hollande pada pemilu putaran kedua kali ini. Selain Bayrou, Hollande mendapat dukungan dari kandidat lain yang juga telah tersisih di putaran pertama Jean-Luc Melenchon dari kelompok kiri. Melencheon dalam putaran pertama berhasil menghimpun 11 persen suara dan tentu sangat berarti jika pendukungnya mengalihkan pilihan pada Hollande.
Kandidat partai sosialis, François Hollande, berhasil memenangkan pemilu Presiden Perancis. Ia mengalahkan kandidat sayap kanan sekaligus “incumbent”, Nicolas Sarkozy. Hasil pemilihan menunjukkan, Hollande meraih 51,64% suara, sedangkan Sarkozy hanya mendapat 48,36% suara. Dengan demikian, hasil pemilu Prancis telah mengembalikan kaum sosialis ke kursi kekuasaan setelah 17 tahun berada di bawah kendali sayap kanan.
Kemenangan François Hollande dalam pemilihan Presiden Prancis, tidak dapat dipisahkan dari keunggulan partai Socialiste (SOC) dalam pemilu legislatif tahun 2012. Partai dengan perolehan suara tertinggi adalah Socialiste (SOC) dengan perolehan suara 7.618.328  atau sekitar 29,35% dan memperoleh 280 kursi di parlemen.  Diikuti dengan perbedaan tipis oleh partai oleh partai Union pour un Mouvement Populaire (UMP) dengan perolehan  7.037.268        atau sekitar 27,12% dan memperoleh 194 kursi di parlemen.
Berdasarkan pemaparan di atas, nampaklah terlihat bagaimana kondisi ekonomi regional Eropa turut mempengaruhi kehidupan politik di Negara Prancis, terlebih pada kepala negara yang tengah dan akan mencalonkan diri kembali seperti Sarkozy.[9]  Perekonomian yang lemah inilah, yang akhirnya mengancam Nicolas Sarkozy menjadi presiden pertama yang gagal dalam pemilihan ulang selama lebih dari 30 tahun terakhir. Fakta menunjukan bahwa menghadapi pemungutan suara putaran pertama, calon incumbent ini menghadapi begitu banyak ketidaksukaan terhadap gaya kepemimpinan dan kegagalannya dalam menurunkan angka pengangguran.  Namun banyak pekerja dan pemilih muda meninggalkannya karena kecewa terhadap kegagalan janji-janji kampanyenya pada 2007 untuk menaikkan gaji dan mengurangi pengangguran, yang saat ini mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir. Selain itu, banyak rakyat Prancis yang terang-terangan menyatakan ketidaksukaan mereka terhadap pernikahannya dengan supermodel Carla Bruni pada awal masa jabatannya, beberapa kali ledakan kasar di publik, serta kedekatannya dengan para pengusaha kaya.

Kesimpulan
Deskripsi di atas menunjukan bahwa platform partai memiliki peran penting dalam menentukan langkah-langkah yang akan dicapai dalam menghadapi permasalahan yang ada di masyarakat.  Di samping itu, aktor politik menjadi referensi lain masyarakat yang juga ikut berpengaruh dalam kemenangan partai dalam proses pemilihan umum.  Aktor politik menjadi semcam simbol dan identitas politik bagi partai yang mendukungnya.  Baik buruknya kinerja kepemimpinan aktor politik dalam memegang pemerintahan maupun sikap yang ditampilkan masyrakat akan sangat mempengaruhi keberhasilan partai politik dalam pemilihan umum.  Hal tersbeut dapat terlihat bagaimana kekalahan partai Union pour un Mouvement Populaire (UMP)  dari Socialist pada pemilu 2012, padahal semula partai UMP tersebut mendominasi kekuasaan pemerintahan di Prancis tidak terlepas dari kehidupan pribadi sang aktor politik yang berkuasa yaitu Nicholas Sarkozy yang menimbulkan ketidaksukaan masyarakat Prancis.
Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Downs, Anthony. An Economic Theory of Democracy.  New York : Harper and Row, 1995.
Michels, Robert.  Political Parties. The Free Press of Glancoe, 1958.
Mueller, Dennis C. Constitutional Democracy. Oxford: Oxford University Press, 1996.

Sumber Website:
Purwanti, Niken Ari. Ekonomi Hambat Sarkozy dalam http://www.solopos.com/2012/04/22/pemilu-presiden-prancis-ekonomi-hambat-sarkozy-180061 diakses pada Senin, 11 November 2013; pukul 11.13 WIB.
http://www.france-politique.fr/election-presidentielle-2007.htm diakses pada Jumat, 8 November 2013; Pukul 08.20 WIB.
http://www.france-politique.fr/elections-legislatives-2012.htm diakses pada Jumat, 8 November 2013; Pukul 08.20 WIB.
http://www.france-politique.fr/candidats-presidentielle-2012.htm diakses pada Jumat, 8 November 2013; Pukul 10.23 WIB.
http://www.france-politique.fr/resultats-elections-presidentielles.htm diakses pada Sabtu, 9 November; Pukul 08.30 WIB.
Tanpa nama. Pemilu Presiden Perancis 2007 dalam  http://forumpolitisi.org/pusat_data/parlemen/article.php?id=433 diakses pada Jumat, 8 November 2013; Pukul 20.27 WIB.
Tanpa nama. Prancis Gelar Pemilu Presiden dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120422_fanceelection.shtml diakses Jumat, 8 November 2013; Pukul 10.25 WIB.




[1] Dennis C. Mueller. Constitutional Democracy (Oxford: Oxford University Press, 1996), hlm. 64.
[2] Pemilu Presiden Perancis 2007 dalam  http://forumpolitisi.org/pusat_data/parlemen/article.php?id=433 diakses pada Jumat, 8 November 2013; Pukul 20.27 WIB.
[3] Anthony Downs. An Economic Theory of Democracy (New York : Harper and Row, 1995), hlm.174.
[4] Robert Michels.  Political Parties (The Free Press of Glancoe, 1958), hlm. 304-305.
[6] Tanpa nama. Prancis Gelar Pemilu Presiden dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120422_fanceelection.shtml diakses Jumat, 8 November 2013; Pukul 10.25 WIB.
[7] Tanpa nama. Prancis Gelar Pemilu Presiden. Loc. Cit.,
[8] Tanpa nama. Prancis Gelar Pemilu Presiden. Ibid.,                                                                                 
[9] Niken Ari Purwanti. Ekonomi Hambat Sarkozy dalam http://www.solopos.com/2012/04/22/pemilu-presiden-prancis-ekonomi-hambat-sarkozy-180061 diakses pada Senin, 11 November 2013; pukul 11.13 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar