oleh Alpiadi
Prawiraningrat
Menurut
Vernon dan Dyke bahwa: Pendekatan (approach)
adalah kriteria untuk menyeleksi masalah dan data yang relevan.[1] Di bawah ini dijelaskan secara singkat mengenai
berbagai macam pendekatan yang digunakan dalam ilmu politik:
1.
Pendekatan
Legal/Institusional/Tradisional
Negara
sebagai fokus utamanya, terutama dalam hal yuridis dan konstitusional. Sehingga pendekatan ini juga disebut sebagai
pendekatan legal atau legal-institusional.
Pendekatan ini lebih bersifat statis dan deskriftif dibandingkan
analitis. Serta bersifat normatif
dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi barat.
A.
Beberapa kelemahan Pendekatan Tradisional,
antara lain:
1.
Kurang
berpeluang dalam pembentukan teori-teori baru.
2.
Kurang
memperhatiakan organisasi atau kelompok yang kurang formal seperti kelompok
kepentingan dan media massa.
3.
Pembahasan
kurang analitis karena lebih bersifat deskriptif
4. Lebih bersifat normatif, karena fakta dan
norma kurang mampu dibedakan.
5. Terlalu
cenderung mendesak kekuasaan dimana kedudukan sebagai satu-satunya faktor
penentu, sehingga hanya menjadi salah satu dari sekian banyak faktor penting
yang ada dalam memutuskan sesuatu.
2.
Pendekatan
Prilaku (Behavioral Approach)
Sebab
munculnya pendekatan ini antara lain: Pertama,
sikap deskriptif yang dalam ilmu politik
kurang memuaskan karena tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi
sehari-hari. Kedua, adanya rasa khawatir bahwa ilmu poltik tidak akan berkembang
pesat dan tertinggal oleh ilmu-ilmu lain.
Ketiga, munculnya keraguan
dikalangan pemerintah Amerika terhadap kemampuan sarjana ilmu politik untuk
menerangkan fenomena politik.[2]
Salah satu pemikiran pokok dari
pelopor-pelopor pendekatan perilaku bahwa tidak ada gunanya membahas
lembaga-lembaga formal karena bahasan itu tidak banyak memberi informasi
mengenai proses politik sebenarnya. Sebaliknya, lebih bermanfaat bagi mempelajari
manusia itu sendiri serta perilaku politiknya, sebagai gejala yang benar-benar
dapat diamati.
A. Ciri-Ciri Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral Approach):
1.
Pendekatan ini cenderung bersifat Interdisipliner, maksudnya tidak hanya
menekankan pada kepentingan pribadi, tapi juga sosial, ekonomi dan budaya.
2.
Memiliki ciri khas yang revolusioner
berupa orientasi kuat untuk mengilmiahkan ilmu politik. Orientasi ini berkaitan dengan beberapa
konsep pokok, oleh David Easton (1962) dan Albert Somit (1967), telah
dikemukakan sebagai berikut:
a.
Perlakuan dalam politik menampilkan
suatu keteraturan (regularities).
b.
Harus adanya suatu usaha untuk
membedakan secara jelas antara norma dan fakta.
c.
Setiap analisis harus bebas dari nilai (value-free) dan bebas dari nilai pribadi
peneliti.
d.
Penelitian harus sistematis serta menuju kearah
pembentukan teori (theory building).
e.
Ilmu politik harus bersifat murni (pure science);
f.
Generalisasi-generalisasi harus dapat
dibuktikan keabsahan atau kebenarannya (verification).
3.
Adanya pandangan bahwa masyarakat dapat
dilihat sebagai suatu sistem sosial dan
negara adalah suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial. Masing-masing saling berinteraksi dan
bekerjasama untuk menunjang terselengaranya sistem tersebut.
Dijelaskan pula dua fungsi yang diselenggarakan
oleh sistem politik. (1) Fungsi input
sebagaimana dikemukakan oleh Almond berupa kapasitas (capacity function),
fungsi konversi dan pemeliharaan (conversion and maintenance function),
dan fungsi adapsi (adapsi function).
Sedangkan komunikasi dianggap sebagai cara untuk menyampaikan
fungsi-fungsi tersebut. (2) Fungsi
output, yaitu membuat peraturan (rule-making), mengaplikasikan peraturan
(rule-application), dan memutuskan (secara hukum) peraturan (rule-adjudication).
B. Kritik terhadap Pendekatan Perilaku
1. Pendekatan
ini terlalu steriil karena menolak masuknya nilai-nilai
dan norma dalam penelitian. (Eric
Voegelin, Leo Strauss, dan John Hallowel).
2. Mereka
yang berada dibalik pendekatan prilaku tidak berusaha mencari jawaban atas
pertanyaan yang mengandung nilai.
3. Pendekatan
prilaku tidak mempunyai relevansi dengan permasalahan politik yang ada sehingga
lebih sering memusatkan permasalahan yang kurang penting.
4. Pendekatan
prilaku kurang peduli terhadap masalah-masalah penting yang tengah terjadi di masyarakat.
5. Pendekatan
perilaku telah membawa efek yang kurang menguntungkan, yakni mendorongpara ahli
menekuni masalah-masalah yang kurang penting seperti pemilihan umum (voting studies) dan riset berdasarkan
survey.(1960-an).[3]
3. Pendekatan
Neo-Marxis
Hal yang menjadi fokus utama adalah kekuasaan serta
konflik yang terjadi dalam negara. Menurut kalangan Neo-Marxis konflik
antarkelas adalah proses yang sangat penting guna mendorong sebuah perubahaan dalam
masyarakat.
A.
Kritik
Terhadap Pendekatan Neo-Marxis
1. Banyak golongan Neo-Marxis adalah yang mempelajari
Marx dimana keadaan dunia telah berubah.
Sehingga banyak masalah yang dianggap masalah pokok, hanya disinggung
sepintas dan selebihnya tidak diperhatikan sama sekali.[4]
2.
Para
Neo-Marxis cenderung mengecam pemikiran para sarjana “borjuis”
dibandingkan dengan membangun teori baru yang lebih mantap.
3. Teori
Ketergantungan (Dependency Theory)
Berpendapat
bahwa imperialisme masih berlangsung sampai sekarang dengan sebuah dominasi
ekonomi yang dilakukan oleh negara kaya terhadap negara yang kurang maju (underdeveloped). Dominasi ekonomi ini terlihat di mana
pembangunan yang dilakukan negara Dunia Ketiga selalu berkaitan dengan pihak
Barat.
Solusi yang dapat digunakan untuk menyelasikan
masalah dominasi tersebut. Pertama,
penyelesaian masalah tersebut hanyalah melalui revolusi sosial secara global
(Andre Gundar Frank, 1960-an). Kedua,
pembangunan independen mutlak terjadi, sehingga revolusi tidak mutlak terjadi
(Henrique Cradoso, 1979).
4. Pendekatan
Pilihan Rasional (Rational Choice)
Inti dari Rational Choice ini adalah optimalisasi kepentingan
dan efesiensi. Aplikasi teori ini sangat
kompleks karena menerapkan metode-metode ekonomi dalam kegiatan politik.
Subtansi dasar mengenai
doktrin Rational Choice ini telah dirumuskan oleh James B. Rule, sebagai
berikut:
1.
Tindakan
manusia (human action) pada dasarnya adalah “instrument”, agar prilaku
manusia dapat dijelaskan sebagai usaha mencapai suatu tujuan yang sedikit
banyak mempengaruhi apa yang diinginkannya.
2.
Para aktor
merumuskan perilakunya melalui perhitungan rasional mengenai tindakan mana yang
akan dipilih untuk memaksimalkan keuntungannya.
3.
Proses sosial
berskala besar termasuk hal-hal seperti ratings, institusi dan praktik
merupakan kalkulasi dari. Mungkin akibat dari pilihan kedua, atau pilihan N
perlu dilacak.[5]
A.
Kritik
Terhadap Pendekatan Rational Choice
1.
Pendekatan
ini dianggap tidak memperhatikan kenyataan sekitar bahwa terkadang manusia
dalam prilaku politiknya tidak rasional.
Karena dipengaruhi struktur budaya, agama, sejarah dan moralitas. (para penganut structural-functionalism)
2.
Pendekatan
ini terlalu individualistic dan materialistic.
3.
Anggapan
bahwa seharusnya pendekatan ini sebaiknya dianggap sebagai teori khusus (dalam
situasi dan manusia tertentu), bukan yang berlaku umum.
4.
Pendekatan Institusionalisme Baru (New Institutionalism)
Perhatian utama lebih tertuju pada analisis
ekonomi, kebijakan fiskal, moneter, dsb.
Pendekatan ini memandang bahwa negara dapat diperbaiki ke arah dan
tujuan tertentu. Pendekatan
Institusional Baru juga dipicu oleh pendekatan behavioralis dan sangat penting
bagi negara-negara yang ingin lepas dari rezim otoriter dan represif.
Robert E. Goden merumuskan Inti dari
Institusionalisme Baru, sebagai berikut:
1.
Anggota dan
kelompok melaksanakan proyeknya sesuai dengan konteks dan dibatasi secara
kolektif.
2.
Pembatasan
itu terdiri dari institusi-institusi,
yaitu a) pola norma dan pola peran yang telah berkembang dalam kehidupan sosial
dan b) perilaku dari mereka yang memgang peran itu.
3.
Pembatasan
ini pada dasarnya memberi keuntungan bagi individu dan kelompok dalam mengejar
tujuan masing-masing.
4.
Hal itu
disebabkan karena faktor yang membatasi kegiatan individu dan kelompok, juga
mempengaruhi pembentukan prefensi dan motivasi dari indivdu dan kelompok itu
sendiri.
5.
Pembatasan-pembatasan
ini mempunyai akar historis, sebagai tindakan dan pilihan masa lalu.
6.
Pembatasan
ini mewujudkan, memelihara dan memberi peluang serta kekuatan yang berbeda
kepada individu dan kelompok masing-masing.[6]
DAFTAR
PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu
Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Vernon dan Dyke. 1960. Political Science: A philosophical Analysis. standford: Standford
University Press.
Somit,
Albert dan Tanenhaus, Joseph. 1982. The Development of America Political Science
Burgess to Behavioralism, ed. Ke-2. New York: Irvington Publisher.
Miliaband. Marxism and Politics.
James B Rule. 1997. Theory and Progress in Social Science. Cambridge: Cambridge
University Press.
Robert
E. Goodin. 1996. Institutions and Their
Design dalam The Theory of Institusional Design, Robert E. Goodin, ed. Cambridge: Cambridge University Press.
[1]
Vernon dan Dyke, Political Science: A philosophical Analysis (standford:
Standfort University Press, 1960), hlm. 114.
[2]
Albert Somit dan Joseph Tanenhaus, The Development
of America Political Science Burgess to Behavioralism, ed. Ke-2 (New York:
Irvington Publisher, 1982), hlm. 184.
[3] http://roudhzmee.wordpress.com/2009/01/01/pendekatan-pendekatan-dalam-ilmu-politik/
[4]
Miliaband, Marxism and Politics, hlm.
2.
[5] James B Rule, Theory and Progress in Social Science
(Cambridge: Cambridge University Press, 1997), hlm. 80.
[6] Robert
E. Goodin, “ Institutions and Their Design” dalam The Theory of Institusional
Design, Robert E. Goodin, ed. (Cambridge: Cambridge University Press, 1996),
hlm. 20.
mantap artikelnya. thank's.
BalasHapuswww.kiostiket.com
How To Make the Most Of Your Casino Deposits with A
BalasHapusIn 넷마블 토토 큐어 벳 order to 토토 직원 모집 넷마블 get a deposit bonus from this casino, players will only need to deposit their first 토토 배너 four and 토토사이트 판매 샤오미 a half of their 해외 배당 first three deposits to receive a deposit bonus. If
The custom wall tapestries also add a unique appeal and style to the room they hang in. And if custom wall tapestries aren’t enough, you can try customizing your walls by getting creative with colors and patterns, such as painting them in different colors or applying custom wallpaper behind them.
BalasHapus