oleh Alpiadi Prawiraningrat
Tulisan ini didasarkan kepada artikel Haggard, Maxfield dan
Schneider yang berjudul Theories of Bussiness-State Relations dalam
Bussiness and The State in Depeloving
Countries yang memberikan gambaran tentang 5
(lima) pendekatan yang digunakan untuk memahami ekonomi politik terutama dalam melihat hubungan
bisnis dan negara. Adapun 5
(lima) pendekatan tersebut berkaitan dengan sektor swasta yatu modal, sektor, firma,
asosiasi dan juga jaringan
yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh pasar, investasi,
serta perkembangannya sangat dipengaruhi
oleh hubungan yang terjalin diantara pemerintah dengan sektor swasta. Dan tulisan ini, akan mencoba menjelaskan
mengenai setiap pendekatan dan relasinya dengan peristiwa bisnis dan politik di
Indonesia.
Dalam konteks pendekatan bisnis yang didasarkan pada modal, pendekatan ini berperan untuk membentuk
struktur yang dibentuk melalui kontrol swasta secara fisik serta asset finansial dan juga
pergerakan modal. Pendekatan
bisnis yang didasakan pada modal memiliki peran penting dalam mempengaruhi beberapa
hal seperti kebijakan publik, politik dan juga pembangunan bisnis. Hal terpenting dari efek keberadaan modal
terutama dalam kelangsungan bisnis adalah modal dapat membentuk model dari
suatu bisnis dan memebrikan
gambaran terhadap investasi swasta yang tidak dikoordinasikan keputusan yang muncul dari
pemerintah mengenai kebijakan. Dalam hal ini negara bisa saja dibatasi
perannya, karena level investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, keputusan
pemerintah selalu dibatasi dengan tindakan yang dilakukan oleh pemilik modal.
Namun, di sisi lain pendekatan yang didasarkan
pada modal ini, dapat menjadi suatu fasilitator dalam meningkatkan kerjasama
antar negara di dunia, sebagai contoh adalah Forum Pasar
Modal Indonesia-Korea yang diselenggarakan oleh KDB Daewoo Securities Indonesia
bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Korea Capitel Market Institute di
Jakarta pada Kamis sebagai penanda kerjasama dunia pasar modal Indonesia
dan Korea.[1]
Yang mana forum pasar modal ini menunjukan bagaimana modal dapat menjadi
fasilitator dalam meningkatkan kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan
terutama berkaitan dengan kondisi Indonesia dan Korea yang memiliki iklim
bisnis finansial yang baik dan terus tumbuh seiring perkembangan pasar modal
dunia. Kedua Negara berhasil bertahan dari Krisis Ekonomi yang melanda dunia
baru-baru ini dan akan menghasilkan hal luar biasa bila saling bekerjasama dan
modal adalah salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam mengembangkan
hal tersebut.
Sedangkan dalam hal pendekatan bisnis
melalui sektor, yang berkaitan dengan karakteristik dari
aktifitas ekonomi seperti spesifikasi asset dan konsentrasi pengembangan industri yang berimplikasi terhadap kemunculaan bentuk dari preferensi bisnis dan persaingan yang didasarkan pada kepentingan sektor industri
yang berbed juga dapat menimbulkan berbagai macam preferensi, koalisi dan
konflik dari berbagai macam faktor produksi. Oleh karena itu, upaya
pengembangan bisnis melalui beberapa sektor diperlukan agar terjadi
diferensiasi pengembangan sektor bisinis dan dapat menjadi salah satu upaya
dalam meningkatkan hubungan kerjasama industri. Sebagai contoh adalah PT
Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex) sedang membahas serius kerja sama dengan South
Africa Pulp Industries (SAFI) untuk mendukung perluasan jangkauan pasar tekstil
dan garmen.[2]
Langkah tersebut dinilai sebagai upaya positif untuk mendukung perdagangan
antarnegara dalam berbagai sektor. Apalagi, selama ini hubungan niaga sudah
berjalan baik mengingat Afrika Selatan menjadi pintu masuk distribusi produk
Sritex ke negara benua Afrika, sebagaimana penialian Noel Noa Lehoko selaku
duta besar Afsel untuk Indonesia mengapresiasi rencana kerja sama dengan
industri pulp asal negerinya, sebagai diferensiasi sektor utama Sritex.[3]
Selanjutnya, pendekatan
ketiga yaitu bisnis sebagai perusahaan, maksudnya adalah bahwa karakteristik dari struktur korporasi yang
berkaitan dengan ukuran, organisasi internal, kepemilikan, pola keuangan,
adalah suatu upaya untuk memberikan efek pada preferensi bisnis dan
membangkitkan perusahaan untuk berhadapan dengan pemerintah. Pendekatan ini
juga menjelaskan mengenai pentingnya hubungan antara pemerintah dan bisnis
dinegara berkembang dalam hal ukuran, keuangan, dan diversifikasi bisnis. Karena pendakatan ini ingin melihat bahwa
mengapa dan bagaimana sebuah perusahaan berkembang dan menjadi besar dengan
melihat peran dari negara dalam kajian ekonomi politik.
Pemaparan
ketiga pendekatan diatas pada dasarnya mengambil pendekatan strukturalis dalam
melihat pengaruh bisnis pada negara, akan tetapi tidak melupakan dan juga
memberikan perhatian pada organisasi politik dalam bisnis atau institusi yang
memediasi kepentingan bisnis. Berbeda halnya dengan pendekatan selanjutnya
yaitu bisnis sebagai asosiasi, yang melihat bagaimana asosiasi memberikan
dampak terhadap preferensi bisnis melalui lobbying
selain itu juga bagaimana mereka mempengaruhi implementasi kebijakan. Sebagai contoh adalah tindakan yang dilakukan
Asosiasi Pengusaha Mineral
Indonesia (APEMINDO) yang akan melaksanakan rembuk nasional dengan seluruh
pemangku kepentingan.[4]
Kebijakan ini akan dilakukan seiring dengan upaya pembatasan ekspor bahan
mentah mineral seiring tenggat waktu pembangunan smelter pada 12 Januari 2014
yang dinilai bahwa upaya pembatasan ekspor bahan mentah mineral jika didasarkan
UU No 4 2009 tidak diperlukan. Kebijakan
pembatasan ekpor bahan mentah mineral tersebut, dinilai dapat merugikan
pelaku industri yang mengembangkan bisnisnya pada sektor tersebut.
Sedangkan pendekatan terakhir adalah berkaitan dengan bisnis sebagai
jaringan, bahwa pendekatan ini
melihat interaksi dengan pemerintah tidak datang melalui
institusi formal tapi melalui jaringan hubungan personal dan adanya peran yang
tidak jelas antara pemerintah dan sektor privat. Selain itu, dengan
mengandalkan jaringan pribadi akan membentuk sebuah kepercayaan antara
pemerintah dengan sektor privat.
Namun
demikan, dari berbagai pendekatan yang telah dijelaskan di atas adalah tidak
hanya membahas mengenai relasi antara pelaku bisnis dan politik dalam suatu
negara, akan tetapi juga nelihat bagimana proses penyeleksian aktor politik
memiliki peranan penting dalam menentukan kelangsungan bisnis, terlebih tahun
ini adalah tahun politik karena Indonesa akan menyelenggarakan pemilihan umum
bulan april mendatang. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah harian surat kabar
bahwa kebijakan politik pemimpin akan berpengaruh terhadap aktivitas dunia
usaha.[5] Peraturan yang jelas dan mengikat akan memberikan
kejelasan dan mengikat pula bagi dunia usaha.
Regulasi yang probisnis akan menciptakan peluang
positif dan memberikan kenyaman bagi dunia usaha. Terlebih lagi tidak dapat ditampik bahwa birokrasi dan daya saing lokal membuktikan bahwa regulasi
menjadi penghambat utama bagi aktivitas bisnis. Karena regulasi pula,
penguasa/investor enggan masuk ke daerah. Tidak
hanya regulasi yang menghambat, tetapi juga perlakuan pemerintah daerah (pemda)
yang membuat penguasa/investor enggan datang. Oleh karena itu, pemilu harus
menghasilkan pemimpin yang bisa memberikan rasanya nyaman pada dunia usaha
dengan peraturan-peraturan yang jelas dan mengikat.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan artikel Haggard, Maxfield dan
Schneider yang berjudul Theories of Bussiness-State Relations dalam
Bussiness and The State in Depeloving
Countries sudah mendeskripsikan unsur-unsur
penting pendekatan
negara dengan bisnis. Nilai lebih dari buku ini adalah menjadi
stimulan yang menarik bagi pembaca untuk lebih memahami lebih mendalam tentang
relasi antara bisnis dan negara yang
bertujuan untuk mengakomdir tidak hanya kepentingan pelaku bisnis
tapi juga kepentingan-kepentingan umum
sebagai kepentingan masyarakat dan rakyat banyak dapat tercapai. Sedangkan di sisi lain, akan jauh lebih baik
jika buku ini juga memuat analisis terhadap contoh kasus yang dipaparkan, dan
memuat informasi rinci yang dapat dipergunakan bagi praktisi.
Informasi-informasi tersebut berupa komparasi kelebihan dan kelemahan antara setiap
pendekatan yang tentunya akan sangat berguna bagi pembaca untuk lebih memahami berbagai
teori ataupun pendekatan dalam memahamai hubungan bisnis dan negara.
Daftar Pustaka
Sumber
Utama:
Haggard, Stephan, et..al. Theories of Bussiness-State Relations dalam
Business and The State in Developing Countries (New York: Cornell
University, 1997), hlm. 36-60.
Sumber
Tambahan:
Kelik, Harry. Forum Pasar Modal Pererat Hubungan Bisnis Korea – Indonesia dalam http://www.theindonesianway.com/2013/12/06/35496/forum-pasar-modal-pererat-hubungan-bisnis-korea-indonesia diakses pada
Kamis, 27 Februari 2014; Pukul 20.58 WIB.
. Sritex Jajaki Kerja Sama Pulp dengan Afsel dalam http://market.bisnis.com/read/20131011/192/168540/sritex-jajaki-kerja-sama-pulp-dengan-afsel diakses pada Kamis, 27 Februari
2014; Pukul 21.17 WIB.
Wicaksono, Arif. APEMINDO
Bahas Pembatasan Ekspor Bahan Mentah Mineral
dalam http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/12/23/apemindo-bahas-pembatasan-ekspor-bahan-mentah-mineral diakses pada Jumat, 28 Februari 2014; Pukul 22.08
WIB.
Zuhro, Siti. Prof. R.,
M.A.,Ph.D. Tantangan Bisnis pada Tahun Politik 2014
dalam http://www.antaranews.com/berita/409980/tantangan-bisnis-pada-tahun-politik-2014 diakses pada Jumat, 28 Februari 2014; Pukul 22.24
WIB.
[1] Harry Kelik. Forum Pasar Modal Pererat Hubungan Bisnis Korea – Indonesia dalam http://www.theindonesianway.com/2013/12/06/35496/forum-pasar-modal-pererat-hubungan-bisnis-korea-indonesia diakses pada Kamis, 27 Februari 2014; Pukul 20.58 WIB.
[2] . Sritex Jajaki Kerja Sama Pulp dengan Afsel dalam http://market.bisnis.com/read/20131011/192/168540/sritex-jajaki-kerja-sama-pulp-dengan-afsel diakses pada Kamis, 27 Februari 2014; Pukul 21.17 WIB.
[3] Pamuji Trinastiti. Ibid.,
[4] Arif Wicaksono. APEMINDO Bahas Pembatasan Ekspor Bahan Mentah Mineral dalam http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/12/23/apemindo-bahas-pembatasan-ekspor-bahan-mentah-mineral diakses pada Jumat, 28 Februari 2014; Pukul 22.08 WIB.
[5]Prof. R. Siti Zuhro, M.A.,Ph.D. Tantangan Bisnis pada Tahun Politik 2014
dalam http://www.antaranews.com/berita/409980/tantangan-bisnis-pada-tahun-politik-2014 diakses pada Jumat, 28 Februari
2014; Pukul 22.24 WIB.