oleh Alpiadi
Prawiraningrat
A.
Pengertian
Sosialisai Politik
1. Austin Ranney
Sosialisasi politik adalah proses perkembangan
di mana seorang memperoleh orientasi politik
dalam pola perilaku individu tersebut.[1]
2.
David F. Aberle,
dalam “Culture and Socialization”
Sosialisasi
politik adalah pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku,
yang menanamkan pada individu-individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu
pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-
peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang terus berkelanjutan)
sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus
dipelajari.[2]
yang menanamkan pada individu-individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu
pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-
peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang terus berkelanjutan)
sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus
dipelajari.[2]
3.
S.N. Eisentadt, dalam “From
Generation to Ganeration”
Sosialisasi politik adalah komunikasi dengan dan dipelajari
oleh manusia lain, dengan
siapa individu-individu yang secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi
umum. Oleh Mochtar Mas’oed disebut dengan transmisi kebudayaan.[3]
siapa individu-individu yang secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi
umum. Oleh Mochtar Mas’oed disebut dengan transmisi kebudayaan.[3]
4.
Rod Hauge and Martin Harrop
adalah proses melalui mana kita belajar tentang politik.
menyangkut terjadinya kepemilikan emosi, identitas dan keterampilan serta
informasi. dimensi utama adalah apa yang orang belajar (konten), ketika mereka
belajar itu (waktu dan urutan) dan dari siapa (agen).[4]
B.
Profil Pengembangan Diri
dalam Sosialisasi Politik.
Proses sosialisasi berlangsung sejak dia
lahir hingga mati. Banyak variasi
terhadap proses sosialisasi tersebut baik setiap individu maupun setiap negara,
namun secara umum Austin Ranney
mengungkapkan proses atau siklus sosialisasi tersebut adalah sama, diantaranya:
1.
Permulaan/Awal (Beginnings)
Sosialisasi politik pada tahap ini, dimulai pada awal usia tiga atau empat tahun, ketika seorang anak melihat
beberapa objek politik
dasar seperti: polisi, pemerintah sebagai individu di luar lingkungan
tempat tinggal mereka. Dalam tahap ini pula, memilki
identifikasi seorang anak lebih
emosional daripada konten kognitif.
2.
Masa kanak-kanak (Childhood)
Pada
tahap ini, mereka
bergerak dari konsepsi-konsepsi yang sangat pribadi seperti
kata"pemerintah" sebagai sinonim atau
memilki sedikit persamaan "Kantor
Polisi". Dalam tahap ini pula, mereka mengetahui
kejelasan
identitas yang
berbeda dan kegiatan presiden, polisi, dll. Pemahaman perbedaan ini mengambarkan bahwa
pada masa ini umumnya pemahaman individu berkembang dari individual dan personal ke lebih umum dan abstrak.
3.
Masa Remaja (Adolescence)
Tahap ini ditandai dengan telah mengalaminya masa pubertas.
Dalam tahap ini biasanya seorang anak sudah bisa menunjukan siakp
tidak sepenuhnya setuju atau kontra terhadap
suatu bentuk perubahan politik. Teman
sepermainan sangat berpengaruh dalam
tahap ini dikarenakan masa ini adalah jembatan menuju kedewasaan, sehingga
mereka berusaha mencari jati diri dan lingkungan yang membuatnya nyaman.
4.
Masa Dewasa (Adulthood)
Dalam masa ini, individu sudah sangat memahami tentang
pemerintahan dan politik. Sehingga pada
masa ini individu mulai paham dimana suatu kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah berhasil atau tidak. Kehausna informasi mulai mereka cari sendiri baik
melalu sumber primer maupun sumber sekunder.
Pada tahap ini pula, penilaian individu terhadap suatu masalah lebih
dipahamai berdasarkan pemikiran logis dibandingkan dengan emosional semata.
C.
Agen Sosialisasi Politik
Menurut Austin Ranney, agen sosialisasi tersebut adalah:
1.
Keluarga
Merupakan tempat
pertama dan utama bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang.keluarga
merupakan dasar pembantu utama struktur social yang lebih luas, dengan
pengertian bahwa lembaga lainya tergantung pada eksistensinya. Bagi keluarga
inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara
kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama
dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan
diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas
karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi
kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Fungsi keluarga
antara lain: (1) Pengaturan seksual; (2) Reproduksi; (3) Sosialisasi; (4) Pemeliharaan;
(5) Penempatan anak di dalam masyarakat; (6) Pemuas kebutuhan perseorangan; (7)
Kontrol sosial.( Munandar 1989).
2. Lembaga pendidikan formal (Sekolah)
Lembaga
pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain
yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan
kekhasan (specificity).[5] Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah
harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Sehingga sekolah
dirasa sebagai tempat yang cukup efektif dalam mendidik seorang anak untuk
memupuk rasa tanggung jawab untuk kewajiban dan haknya. Di sekolah, individu
juga diajarkan bagaimana cara berpartisipasi dalam kegiatan politik.
3.
Kelompok Sebaya
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain)
pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada
awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif,
namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga.
Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih
banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
4. Media Massa Komunikasi
Termasuk kelompok media massa di
sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik
(radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada
kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Media massa
memainkan peran utama dalam membentuk pola
pokir,
serta pendapat tertentu kebanyakan orang
terhadap informasi politik.
Sosialisasi melalui media massa adalahcara
terbaik yang
tersedia dalam sosialisasi informasi
politik,
dan banyak
para ahli berpendapat bahwa
media massa sangat penting untuk modernisasi politik.
Tidak
hanya agen diatas, Menurut Tischler (1999), masih ada tiga agen lain yang berpengaruh dalam
sosialisasi politik, diantaranya:
1.
Pemerintah
Pemerintah
merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Pemerintah merupakan agen
yang punya kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah yang
menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan
diri dalam politik pendidikan, di mana beberapa mata pelajaran ditujukan untuk
memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu kebangsaan,
dan sejenisnya. Pemerintah juga, secara tidak langsung, melakukan sosialisasi
politik melalui tindakan-tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi
afektif individu bisa terpengaruh dan ini mempengaruhi budaya politiknya.
2.
Partai
Politik
Partai politik
adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik biasanya
membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga negara, seperti agama,
kebudayaan, keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya. Melalui partai politik dan
kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan politik di negara,
pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakan-kebijakan yang ada.
3. Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi
juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional,
masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk
pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai
tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus,
pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar. Selain itu, sosialisasi
politik juga ditentukan oleh faktor interaksi pengalaman-pengalaman seseorang
dalam keluarga, tempat tinggal, pendidikan dan pergaulannya. Karena hal ini
yang sangat berperan membentuk karakter anak untuk dewasa nantinya.
1. Imitasi
Peniruan
terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam sosialisasi
masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur dengan
kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula pada
instruksi mupun motivasi.
2.
Instruksi
Peristiwa
penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu situasi
yang intruktif sifatnya.
3.
Motivasi
Sebagaimana
dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok yang dipelajari
melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).
Jika imitasi
dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi lebih
banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya.
Sosialisasi
politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada
seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak
langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak
bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati
diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada
proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam
bentuk dan isinya bersifat politik.
Referensi
Austin Ranney, Governing: An Introduction To Political
Science.
David F. Aberle, dalam “Culture and Socialization”
S.N. Eisentadt, dalam
From Generation to Ganeration
Rod Hauge and Martin Harrop, Comparative Government and Politics
Fuller dan Jacobs,
dikutip dari (Pengantar Sosiologi,
Kamanto Sunarto).
Tischler (1999) yang dikutip dari http://tentangkomputerkita.blogspot.com/
http://miftachr.blog.uns.ac.id/2010/01/sosialisasi-politik/