oleh Alpiadi Prawiraningrat
Secara
keseluruhan kedua tulisan yang menjadi pemicu berjudul “The Path Which Led Me To Leninism” dan Milton Sacks “The Strategy of Communism in Southeast Asia”,
menjelaskan tentang latar belakang sejarah perkembangan dan starategi
penyebaran komunisme di Asia Tenggara dan deskripsi mengenai ketertarikan peran
Ho Chi Minh dalam menyebarkan komunisme di wilayah Indocina, khususnya Vietnam.
Lalu sebetulnya, bagaimanakah strategi komunisme di Asia Tenggara? Bagaimanakah
peran Ho Chi Minh dalam mengimplementasikan komunisme di Vietnam, serta menarik
untuk melihat bagaimanakah eksistensi ideologi Komunisme di Vietnam saat ini?
tulisan ini akan mencoba menjelaskan beberapa hal tersebut.
Komunisme
muncul di Asia Tenggara, khususnya gerakan komunis di Indocina lebih banyak
mengemukakan gerakan komunis di negara Vietnam, karena gerakan komunis Vietnam
dengan Viet Minhnya merupakan inti kekuatan dari gerakan-gerakan komunis yang
ada dalam upayanya memperoleh kemerdekaan. Gerakan komunis Vietnam memiliki spesifikasi
tertentu dalam berjuang mencapai cita-cita dan berkaitan erat dengan proses
perjuangan rakyat melawan penjajahan bangsa Asing.
Membicarakan
tentang gerakan komunisme di Vietnam tidak dapat dipisahkan dengan strategi
komunisme di Asia tenggara, dapat disimpulkan bahwa Milton Sacks dalam
tulisanya mengemukakan pada awalnya komunis
diyakini sebagai salah satu cara untuk memperoleh kemerdekaan, sebagaimana
dalam Thesis on the national
and colonial question[1]
yang
kemudian diyakini oleh Ho bahwa komunisme ala Lenin merupakan jalan keluar bagi
negara-negara terjajah sekaligus kalangan pekerja di seluruh penjuru dunia
untuk melepaskan diri dari kontrol imperalisme barat. Asia Tenggara dijadikan sebagai wilayah yang
menjadi target penyebaran komunisme karena
melihat situasi negara-negara asia tenggara yang tengah mneginginkan, kemudian
badan-badan komunisme internasional
berafiliasi dengan organisasi lokal dan mempromosikan manfaat dari masyarakat
komunis Soviet dan Cina. Selain itu, penyebaran komunispun ditunjukan di
lembaga internasional melalui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dengan Uni
Soviet sebagai aktor utama yang melakukan negosiassi untuk melancarkan aksinya
disamping memperkuat gerilya dengan penguatan nasionalis yeng menuntut kemerdekaan
negara-negara berkembang. Selain itu,
industrialisasi yang melahirkan kelas borjuis pemiliki modal dan pekerja,
dimanfaatkan komunis untuk melakukan pengorganisiran kelas pekerja tersebut
karena juga dapat menjadi salah satu
indikator keberhasilan gerakan komunis di Asia Tenggara.
Selanjutnya,
beranjak pada Ho Chi Minh, mengawali upayanya dalam menyebarkan komunisme, Ho menerapkan
kebijakan kompromi dengan kalangan nasionalis Vietnam demi mencapai konsolidasi
kekuatan nasional sebagai negara merdeka dan dengan tujuan kalangan nasionalis
tidak mendukung pemerintahan mantan Raja Vietnam, Bao Dai yang berupaya mendirikan
pemerintahan nasionalis dengan bantuan Prancis.
Kemudian
akhir tahun 1940-an, strategi tersebut berubah total yang mana para komunis
nasional Vietnam memutus hubungan kompromi dan kerjasama yang selama ini dibangun
dengan kalangan nasionalis, yang akhirnya membentuk jaringan dan dukungan di
antara penduduk lokal di berbagai daerah baru kemudian melaksanakan pemberontakan
bersenjata.[2]
Tindakan tersebut memiliki keselarasan dengan tiga poin utama yang pernah
disampaikan Josef Stalin dalam pidatonya di University
of the Toilers of the East pada tahun 1925 yaitu;[3]
“Liberasi tidak akan mungkin terjadi kecuali melalui
kemenangan sebuah revolusi. Kemerdekaan, tidak akan pernah tercapai kecuali
kalangan borjuis nasional telah terisolasi dan kelas pekerja terorganisir
melalui Partai Komunis yang independen. Kemenangan tidak akan berlangsung lama
kecuali adanya pembangunan jaringan dengan kelas proletar di negara-negara
barat yang lebih maju.”
Sebagai
upaya mengimplementasiakan pendapat di atas, Ho mendirikan Komite Inspeksi pada
tahun 1950 yang mempunyai tiga kewenangan utama, yaitu:[4] a)
Memeriksa implementasi kebijakan oleh pemerintah; b) Memeriksa integritas dari
setiap anggota militer, administrasi, serta birokrat tingkat lokal; c) Menginvestigasi
keluhan serta kebutuhan dari masyarakat sipil. Wewenang Komite Inspeksi tersebut
merupakan akses terhadap suatu “legitimasi” bagi pemerintahan Ho untuk
mengisolir kalangan nasionalis yang menentang pemerintahannya.
Selanjutnya,
beberapa tahun setelah deklarasi kemerdekaan serta pembentukan Republik
Demokratik Vietnam (RDV), pada tahun 1950 Ho secara resmi mengemukakan
permohonan secara publik kepada seluruh pemerintahan negara di berbagai penjuru
dunia untuk mengakui kedaulatan dari Republik Demokratik Vietnam serta siap
untuk membangun hubungan diplomasi berbasiskan kesetaraan, rasa saling hormat
atas kedaulatan nasional dan wilayah dari RDV.
Negara-negara komunis lain seperti Cina dan Uni Soviet dengan cepat
mengirimkan telegram yang berisikan pengakuan kedaulatan RDV serta keinginan
untuk segera bertukar duta besar, cepatnya respon dari Cina dan Uni Soviet
merupakan sebuah tindakan serangan pendahuluan terhadap upaya Prancis yang juga
dalam tahap mencari dukungan dalam mengakui pemerintahan boneka nasionalis Vietnam
yang dikepalai oleh Bao Dai
Terdapat beberapa penilaian terkait
dengan perkembangan komunisme di Vietnam diatas menunjukan beberapa poin
penting yaitu pertama, Ho Chi Minh
bukan merupakan seorang yang murni komunis, ketertarikannya terhadap politik,
khususnya ideologi komunis hanya didasarkan pada negara asalnya, Vietnam, yang
sedang mengalami penindasan oleh kekuatan imperialisme Prancis dan menginginkan
kemerdekaan; kedua, upaya membangun
relasi serta ikatan yang kuat berdasarkan satu payung internasional yaitu
komunisme dengan negara-negara lainnya seperti RRC, Uni Soviet tidak lain
adalah cara untuk mendirikan Republik Demokratik Vietnam dan kemudian berupaya
untuk mengajukan permohonan pengakuan kedaulatan RDV.
Lalu
setelah kedaulan tersebut diperoleh, bagaimana kondisi keterkaitan starategi
penyebaran komunisme dengan situasi dan kondisi komunis di Vietnam pada masa
kontemporer sekarang? Nampaknya
komunisme di Vietnam yang dijalankan oleh Partai Komunis Vietnam (KPV) sebagai
kekuatan politik yang paling lama berkuasa, perlu memikirkan untuk membuka diri
terhadap multi-partai. Hal ini
didasarkan pada beberapa situasi dan kondisi yang menunjukan kondisi ekonomi
Vietnam yang tengah merosot hingga ketidakpopuleran komunisme di kalangan
masyarakat dan generasi muda.
Berkaitan dengan kondisi ekonomi
yang tengah merosot (tabel I.1) ditunjukan dengan situasi inflasi yang terus
meningkat, mencapai angka lebih dari 15% sedangkan pendapatan negara hanya
dikisaran 5% pada tahun 2015.
Tabel I.1
Indikator Perekonomian Vietnam[5]
Lahirnya solusi keterbukaan terhadap
multi-partai ini sebagai salah satu jalan hadirnya check and balances, penyebab dari kelesuan ekonomi Vietnam diantaranya
karena minimnya efektifitas dan transparansi manajemen di perusahaan-perusahaan
milik negara dan adanya tudingan diskriminasi terhadap sektor swasta, birokrasi
yang lamban, korupsi dan lemahnya pertumbuhan instansi keuangan.[6]
Keterbukaan
terhadap multi-partai ini nampaknya telah direspon oleh kalangan politisi,
sebagaimana berita yang menyebutkan bahwa terdapat rencana partai baru di negara komunis Vietnam[7]
yang mana sekelompok pegiat di Vietnam mengumumkan rencana mereka membentuk
partai baru untuk mempromosikan demokrasi multipartai. Para pegiat antara lain termasuk para anggota
organisasi pendukung Partai Komunis, yang berdasarkan konstitusi merupakan
satu-satunya kekuatan politik di negara tersebut.
Meskipun
pemerintah Vietnam memutuskan mahasiswa yang belajar Marxisme-Leninisme dan
ideologi Ho Chi Minh tidak perlu membayar uang kuliah sebagai
upaya meningkatkan minat mahasiswa agar ingin belajar mata kuliah yang tidak
populer dan kekhwatiran semakin berkurangnya minat atas komunisme.[8]
Akan tetapi, kepercayaan masyarakat atas kepemimpinan Partai Komunis di Vietnam
sudah terlanjur merosot belakangan ini, antara lain karena ketidakmampuan dalam
mengelola ekonomi dan juga persaingan antar faksi di dalam partai. Oleh karena
itu, nampaknya mau atau tidak negara Vietnam dengan Partai Komunis Vietnam
(KPV) sebagai kekuatan politik yang paling lama berkuasa harus bersedia untuk
membuka diri terhadap kemungkian multi partai, agar stabilitas negara dapat
terjaga. Hal tersebut juga sekaligus
kritik ringan terhadap upaya penyebaran ideologi komunis di Vietnam sendiri, yang
berkaitan dengan penilaian terhadap penyebaran komunisme di Vietnam, bahwa
nampaknya penyebaran komunisme di Vietnam sebagai ideologi bangsa hanyalah
sebagai upaya melepaskan diri dari imperialisme barat, sedangkan konsistensi
akan eksistensi komunisme itu sendiri, sehingga dapat tetap diterima oleh
masyarakat modern hingga saat ini bukan menjadi visi utama.
Oleh karena
itu, secara keseluruhan kedua tulisan tersebut sudah dapat menjelaskan mengenai
penyebaran komuniseme sebagai suatu ideologi politik di kawasan Asia Tenggara,
khususnya Indocina dengan negara Vietnam dengan peran Ho Chi Minh sebagai
subjek utamanya. Akan tetapi, kurangnya pembahasan
antara proses penyebaran komunisme di Asia Tenggara pada masa lalu, khususnya
Indocina dengan konteks situasi politik saat ini menjadi stimulan dalam
menciptakan tulisan dikemudian hari yang lebih menarik. Sehingga dapat menambah pemahaman penulis
terhadap strategi penyebaran komunisme di Asia Tenggara, khususnya Indocina
yang merupakan suatu proses yang tidak pernah terputus, setiap bagian
sejarahnya.
Daftar
Pustaka
Sumber Utama:
Minh, Ho Chi. The Path Which Led Me To Leninism. Selected
Works of Ho Chi Minh, Vol.4.
Sacks, Milton. The Strategy of Communism in Southeast Asia.
[Pacific Affairs, Vol.23, No.3 (Sep.,1950)], hlm. 227-247.
Sumber Tambahan:
Ebbighausen, Rodion Michael. Kelahiran Kembali Komunisme Vietnam dalam http://www.dw.de/kelahiran-kembali-komunisme-vietnam/a-17337833 diakses pada Sabtu, 8 Maret 2014; Pukul 20.49 WIB.
Tanpa Nama. Rencana Partai Baru di Negara Komunis Vietnam dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/08/130816_vietnam_partai.shtml diakses pada Sabtu, 8 Maret 2014; Pukul 15.30 WIB.
Tanpa Nama. Gratis kuliah komunisme di Vietnam dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/08/130814_pendidikan_komunis.shtml diakses pada Sabtu, 8 Maret 2014; Pukul 09.53 WIB.
[1] Ho Chi Minh. The Path Which Led Me To Leninism.
Selected Works of Ho Chi Minh, Vol.4.
[2] Milton Sacks. The Strategy of Communism in Southeast Asia.
Pacific Affairs. Vol.23, No.3
(Sep.,1950), hlm. 231
[3] Ibid. Hal.232
[4] Ibid. Hal.244
[5] Rodion Michael Ebbighausen. Kelahiran Kembali Komunisme Vietnam dalam http://www.dw.de/kelahiran-kembali-komunisme-vietnam/a-17337833 diakses pada Sabtu, 8 Maret 2014; Pukul 20.49 WIB.
[6] Rodion Michael Ebbighausen. Ibid.,