Senin, 30 Desember 2013
Alpiadi Prawiraningrat: Locate Discussion: “Pengaruh Politik Domestik dan Diplomasi Internasi...
Alpiadi Prawiraningrat: Locate Discussion: “Pengaruh Politik Domestik dan Diplomasi Internasi...: oleh Alpiadi Prawiraningrat Tidak dapat dipungkiri bahwa Taiwan dengan statusnya sebagai negara yang unik adalah merupakan salah satu ...
“Perkembangan Ekonomi Politik Taiwan”
oleh Alpiadi Prawiraningrat
Taiwan adalah salah satu negara di Asia yang mengalami
tranformasi ekonomi yang sangat signifikan.
Hal ini didasarkan pada upayanya dalam menerapkan kebijakan ekonomi politik
korporatis dan telah menjadikanya salah satu negara kaya di kawasan Asia, yang
tidak dapat dilepaskan dari berbagai sejarah strategi kebijakan pembangunan
ekonomi yang telah diimplementasikan, yang dalam perjalananya tidak dapat
dilepaskan dari situasi politik domestik maupun internasional yang dihadapi
oleh negara Taiwan.
Taiwan mengalami tahapan perkembangan ekonomi yang
terbagi menjadi dua periode, yaitu 1952-1980 dengan rata-rata tingkat
pertumbuhan tahunan ekonomi 9,21 persen, yang merupakan tertinggi di dunia dan
1981-1999, dengan kondisi
ekonomi Taiwan sendiri mengalami perubahan besar, dengan pergesaran fokus dari
industri ke jasa.[1]
Taiwan mengalami transformasi dari
semula yang berbasis pada agrikultural menjadi industrial. Pembangunan ke arah industri
dimulai pada saat penjajahan Jepang di Taiwan membangun berbagai infrastruktur,
Pembentukan industri lokal dan ekonomi yang berorientasi ekspor, melakukan
pelatihan organisasi dan tenaga kerja, perbankan dan juga memberikan investasi
modal, teknologi, dan keterampilan manajemen yang mendorong kemajuan ekonomi Taiwan.
Pasca perang dunia II, Taiwan berada di bawah kekuasaan Cina yang berakibat produksi
ekonomi menurun dan diikuti oleh kemiskinan, pengelolaan sistem pendidikan dan
pelayanan publik yang buruk. Sehingga untuk
mengatasi permasalahan tersebut dalam perjalananya, Taiwan melakukan
tranformasi yang menurut Lawrence J. Lau, Professor of Economic Development Department of Economics dari Stanford
University, di antaranya Land Reform,
Promotion of Family Planning, Reliance on Private than Public Enterprises,
Export-Oriented Industrialization, Maintenance of Macroeconomic Stability,
Maintainning Equity With Growth, Promoting the Transition from Tangible
Capital-Based to Intangible Capital-Based Industrialization.[2]
Tidak dapat disangkal bahwa Cina memegang peranan
penting dalam pengukuhan eksistensi Taiwan. Cina berusaha untuk menarik kembali
Taiwan ke dalam RRC, atau setidaknya untuk mencegah deklarasi independen
Taiwan. Dalam hal ini, Cina berusaha untuk menekan peran Taiwan di dunia
internasional dan berusaha mengisolasi politik luar negeri Taiwan.[3]
Penekanan Cina terhadap Taiwan ini menyebabkan Taiwan ingin menjadi pengatur
yang berlegitimasi di daratan Cina.[4]
Namun dalam perkembangannya, kemerdekaan yang tidak mungkin dimiliki Taiwan
menyebabkannya bersedia menerima kondisi keleluasaan yang diberikan Cina. Padahal, sistem
perekonomian Taiwan berbeda dengan Republik Rakyat Cina, karena Taiwan menganut
sistem ekonomi yang kapitalis dengan minimnya campur tangan pemerintah.
Hubungan problematis Taiwan dengan Cina
harus dipahami melalui dua sisi, dari Cina dan Taiwan itu sendiri. Misalnya
dalam segi perekonomian, Cina menilai bahwa Taiwan merupakan salah satu
kekuatan ekonomi yang menjanjikan dan mendukung kemajuan ekonomi Cina itu
sendiri, dan di sisi lain Taiwan juga masih sangat membutuhkan Cina dalam hal
tujuan pasar atas berbagai ekspor produk dari Taiwan.
Status Taiwan yang tidak jelas ini juga
berpengaruh pada hubungan luar negerinya dengan pihak asing, sehingga hubungan
diplomatik yang tercipta adalah hubungan diplomatik tidak resmi ysng didasarkan
pada sektor ekonomi dan perdagangan. Perusahaan multinasional Taiwanpun terus dikembangkan
di berbagai negara, dengan kekuatan utama terletak pada pendirian perusahaan di
Amerika Serikat sehingga bisa mendanai kegiatan politik untuk menyebarkan
pengaruh politik Taiwan.[5]
Taiwan pun berusaha menjadi partner yang baik bagi Amerika dan
meyakinkan Amerika untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengannya,
terutama dalam bidang ekonomi dan militer.[6]
Demokrasi yang dianut Taiwan merupakan bargaining
position untuk menarik simpati internasional dan oleh karenanya berhak
memperoleh kemerdekaan.[7]
[1] Government Information Office (2006). The Fruits of Economic Development -The
Story of Taiwan dalam http://www.gio.gov.tw/info/taiwan-story/economy/edown/3-5.htm
diakses kembali pada Minggu,29 Desember 2013; Pukul 08.21 WIB.
[2]
Lawrence J. Lau. Taiwan as a Model for Economic
Development (Stanford: Stanford University, 2002), hlm. 11.
[3]
Robert G. Sutter. Chinese Foreign
Relation: Power and Policy Since The Cold War (Maryland: Rowman and
Littlefield Publisher, Inc, 2008), hlm. 191.
[4] William H. Overholt. America and Tranformation of
Geopolitics (New York: Cambridge University Press, 2008), hlm. 143.
[5]
William H. Overholt. Ibid., hlm. 152
[6]
Robert G. Sutter. Op. Cit., hlm. 195
[7]
William H. Overholt. Ibid., hlm. 141
Langganan:
Postingan (Atom)