oleh: Alpiadi Prawiraningrat
Artikel Landa Low yang berjudul “Globalisation
and the Political Economy of Singapore’s Policy on Foreign Talent and High
Skills” merupakan
sebuah tulisan yang berisikan tentang analisa
terhadap kebijakan ekonomi Singapura dalam menghadapi globalisasi. Tulisan ini memaparkan bagaimana Singapura
mencoba menerapkan suatu kebijakan yang membuka kesempatan kepada para tenaga kerja
asing profesional untuk bekerja dan mengimplementasikan keahliannya di
Singapura. Penulis
mengajak pembaca untuk mendiskusikan mengenai beberapa hal
utama, yaitu: Bagaimanakah implementasi kebijakan negara
Singapura dalam menghadapi globalisasi? dan Apakah hambatan serta tantangan
yang dihadapi Singapura dalam mengimplemetasikan kebijakan tersebut?
Singapura dikenal sebagai
negara yang memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang bisnis. Ekonomi negara Singapura dianggap sebagai
yang terbaik dalam sektor keuangan.[1] Ribuan karyawan
menjalankan peran dan kontribusinya, baik di perusahaan-perusahaan
multinasional yang memberikan akses Singapura kepada peta persaingan global,
sistem ekonomi pasar dikembangkan dengan sangat baik dalam bidang ekspor dan
impor, karena di dukung lokasinya yang strategis dan perannya sebagai negara
pelabuhan, yang merupakan salah satu pelabuhan tersibuk di dunia yang juga
mempunyai peran sebagai pusat perdagangan foreign
exchange (penukaran mata uang asing) terbesar keempat setelah London, Tokyo
dan New York.[2]
Posisi dan peran Singapura
yang sangat vibrant dalam
perekonomian baik di kawasan regional ASEAN maupun di dunia internasional telah
menjadikannya masuk dalam daftar Empat macan Asia yang mengatur pasar di Asia
bersama dengan Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, yang dihasilkan dari produk
industri berkualitas tinggi sebagai penopang utama ekonomi Singapura dengan industri
manufaktur di seluruh bidang elektronik yang menyumbang hampir 26% terhadap GDP
negara Singapura.[3]
Singapura juga mempekerjakan
ribuan tenaga ahli dari seluruh dunia. Tidak heran, berbagai kebijakan ekonomi
yang dicanangkan pemerintah Singapura salah satunya adalah Knowledge-Based Economy (KBE) yang
diimplementasikan dengan memberikan akses kepada masyarakat asing dengan
melakukan pencarian kompetensi tenaga kerja yang dapat diasimilasikan dengan
keterampilan masyarakat lokal Singapura, sehingga dapat memberikan dampak
positif terhadap perkembangan ekonomi Singapura sendiri.
Kebijakan
ekonomi yang dilakukan oleh Singapura tersebut tidak dapat terlepas dari
tantangan globalisasi. Singapura sebagai
negara kecil dengan populasi masyarakat yang rendah mengharuskan dirinya untuk
membuka akses besar terhadap masyarakat asing untuk masuk dan ikut serta
berkontribusi dalam membangun perekonomian Singapura. Menuju Knowledge-Based Economy (KBE) Singapura
telah berjuang untuk melakukan berbagai upaya, baik dalam bidang perdagangan
sebagai komoditi utama negara, investasi asing dan pariwisata demi mempertahankan
posisi Singapura dalam pergaulan globalisasi yang didasarkan atas produktivitas
industri dalam negeri, pasokan dan pengiriman barang-barang melalui kegiatan
ekspor impor khususnya bidang teknologi tinggi.
Namun,
bagi Singapura untuk bertahan dalam persaingan globalisasi dan menjadikan
ekonomi didasarkan pada modal intelektual memerlukan transformasi besar dalam
pola pikir dan budaya. Sebagaimana kita ketahui bahwa dominasi ekonomi dan politik rezim
Partai Aksi Rakyat atau Peoples Action
Party (PAP) sejak tahun 1959 telah menghasilkan kesuksesan di bidang ekonomi
melalui dominasi politik yang selalu dilakukan oleh partai tersebut.
Dalam
perjalanannya, sebetulnya Singapura telah relatif berhasil mengembangkan sumber
daya manusia (SDM) dengan menggabungkan sistem pendidikan yang modern, pelatihan
keterampilan informal yang terus menerus diperbaharui dan disesuaikan dengan
kebutuhan jaman, serta keterbukaan akses informasi dalam bidang ekonomi guna
meningkatkan partisipasi yang mendorong produktivitas masyarakat Singapura.[4] Namun demikian, Singapura memiliki tantangan
untuk memiliki tenaga kerja profesional dan teknisi terampil untuk menyerap,
mengolah dan menerapkan pengetahuan dan menerapkanya sebagai upaya menciptakan
perekonomian Singapura yang didasarkan atas pengetahuan atau Knowledge-Based Economy (KBE).
Bagi
Singapura industri tetap merupakan sektor pertumbuhan paling dinamis sebagai penyumbang
terbesar bagi pendapatan ekonomi negara dan merupakan perhatian utama dalam hal
produksi, penanaman modal dan penempatan tenaga kerja.[5] Oleh
karena itu, Visi Singapura sebagai negara industri dan menerapkan perekonomian
yang didasarkan atas pengetahuan atau Knowledge-Based
Economy (KBE) terus dipromosikan dengan memberikan kesempatan kepada para
tenaga kerja asing yang terampil dan profesional untuk bermukim di Singpura
serta dapat mengembangkan potensi mereka yang digunakan sebagai modal bakat dan
memanfaatkannya dalam upaya mewujudkan Singapura sebagai pusat bisnis
internasional. Hal tersebut disertai dengan melakukan pelatihan, serta
melaksanakan pendidikan dan keterampilan berkualitas bagi masyarakatnya sebagai
bentuk layanan ekspor yang diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap
perekonomian Singapura[6] dan
menjaga eksistensi Singapura dalam hubungan internasional.
Meskipun
Singapura telah memiliki relatif bakat asing yang cukup tinggi dibandingkan
dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, yang dilakukan sebagai salah upaya
untuk menghubungkannya dengan pusat-pusat ekonomi global di dunia dalam
kaitannya dengan tantangan globalisasi. Namun, ketergantungan Singapura pada
tenaga kerja asing harus memperhatikan sejumlah kekhawatiran ekonomi politik
regional. Meskipun menjadi kota global, kebijakan migrasi selektif terstruktur
berdasarkan prioritas ekonomi haruslah tetap menjadi perhatian untuk mencegah
migrasi yang tidak diinginkan. Di samping itu, kebijakan Singapura sebagai
negara yang melaksanakan ekonomi berbasiskan pengetahuan perlu juga
memperhatikan beberapa aspek lainnya yang juga memiliki peran sangat penting
yang kurang diungkapkan dalam artikel ini, yaitu beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh Singapura sendiri. Sebagai contoh adalah persoalan merosotnya
angka kelahiran penduduk di Singapura, penolakan terhadap imigran asing dari
masyarakat Singapura dan persaingan dengan beberapa negara di kawasan regional
sendiri.
Dalam pemikiran saya, dibukanya akses untuk
tenaga asing profesional bekerja di Singapura bukan sepenuhnya upaya terbaik
dalam meningkatkan perekonomian dan produktivitas Singapura dalam menghadapi
tantangan globalisasi. Namun bagaimana
pemerintah Singapura melakukan pemberdayaan masyarakat secara jauh lebih
maksimal dengan harus terus berupaya dalam menghadapi persoalan penurunan angka
kelahiran yang terus berlangsung memperlihatkan batas pengaruh pemerintah di negara
yang disebut “nanny state” (negara
pengasuh) ini.[7]
Bagi pusat perdagangan dan keuangan global
seperti Singapura, keterbukaan terhadap para tenaga kerja profesional untuk
bekerja di Singapura hanyalah sebagai salah satu alternatif saja dalam
menghadapi tantangan globalisasi. Sebaliknya, pemberdayaan penduduk Singapura
sendiri perlulah menjadi suatu perhatian yang serius. Namun, bagaimana bisa
diberdayakan jika populasi penduduk Singapura sendiri jumlahnya rendah? Angka
kesuburan dan kelahiran yang sangat rendah memiliki implikasi bagi pertumbuhan
ekonomi Singapura sendiri, pendapatan pajak, biaya kesehatan dan kebijakan
imigrasi, seiring jumlah penduduk lanjut usia diperkirakan meningkat tiga kali
lipat pada 2030. Saat ini ada 6,3 orang usia bekerja untuk setiap penduduk usia lanjut.[8]
Pada tingkat sekarang ini, angka kelahiran
menunjukkan bahwa penduduk lokal Singapura akan berkurang setengahnya dalam
satu generasi, ujar Sanjeev Sanyal, ahli strategi global dari Deutsche Bank yang berbasis di Singapura.[9]
Oleh karena itu, Para pejabat dan pemerintah Singapura harus berusaha keras
guna meningkatkan jumlah kelahiran di Singapura yang dapat diimplementasikan
dengan pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat merangsang peningkatan jumlah
kelahiran penduduk.
Meskipun Singapura terbuka terhadap bakat asing
yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi Singapura dalam menghadap tantangan
globalsasi, hal ini justru akan menjadi
sebuah kekhawatiran di masa depan. Kekhawatiran mungkin
meletus jika reaksi terhadap bakat asing tidak dikelola dengan hati-hati. Hal ini terkait dengan akses penduduk
lokal dalam memperoleh lapangan pekerjaan yang dimasa depan yang akan bersaing
dengan imigran asing, sebagaimana unjuk rasa masyarakat Singapura yang memprotes
rencana pemerintah untuk terus mendatangkan warga asing untuk menanggulangi
masalah populasi.[10]
Mereka mengeluhkan dorongan imigrasi seperti itu telah meningkatkan biaya hidup
di Singapura. Sehingga, penting untuk pemerintah Singapura memberlakukan
pengawasan yang lebih ketat terhadap jumlah orang asing yang boleh masuk dan
bekerja ke Singapura, terutama pekerja tidak terampil dan berupah rendah.
Singapura juga harus memperhatikan persaingan ekonomi dengan
negara-negara di kawasan regional Asia tenggara. Sebagai contoh adalah Malaysia yang merupakan
rival persaingan ekonomi Singapura dalam hal keuangan perbankan.[11]
Juga tantangan ekonomi Cina yang
meningkat pesat dalam bidang perdagangan di kawasan regional Asia Tenggara.[12] Singapura
juga tidak dapat menampik melemahnya kinerja sektor perindustrian dan ekspor
serta kenaikan inflasi yang dialami saat ini yang terjadi akibat berbagai
faktor di dalam negeri, di antaranya biaya transportasi swasta yang tinggi,
mahalnya harga makanan, dan layanan rumah tangga, data terbaru inflasi di
Singapura menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) pada Februari lalu naik 4,9
persen dibandingkan bulan sama tahun sebelumnya.[13] pembuat kebijakan di negara tersebut
didesak untuk menyusun skala prioritas dalam mengatasi tantangan tersebut.
Berkaitan
dengan hal tersebut dan kebijakan ekonomi Singapura yang didasarkan atas
pengetahuan atau Knowledge-Based Economy
(KBE) dengan membuka kesempatan seluas-luasnya dan menarik bakat asing untuk
bekerja di Singapura sebagai bentuk dari respon terhadap tantangan global, hemat
saya hanyalah solusi kecil terhadap persoalan dan tantangan ekonomi Singapura.
Di samping itu, ancaman dari dalam seperti menurunya angka kelahiran, penolakan
terhadap imigran asing oleh masyarakat Singapura, hingga persaingan dengan
negara lain di kawasan regional Asia tenggara perlu untuk menjadi perhatian
serius pemerintah Singapura. Karena menarik
bakat asing dengan kualitas bagus diperlukan keberlangsungan sosial politik dan
stabilitas yang hanya dapat disediakan oleh penduduk lokal yang kuat.
Tulisan ini
secara keseluruhan telah mendeskripsikan unsur-insir penting berkaitan dengan
kebijakan pemerintah Singapura dalam menghadapi tantangan global. Fakta
dan data empiris yang dipaparkan penulis dalam karyanya, diperlihatkan dalam
berbagai tabel serta diagram yang menjadi pelengkap dalam memhamai pertumbuhan
ekonomi Singapura. Sebagai seorang peneliti, Linda Low tidak malas
memanfaatkan data yang ada untuk memperkuat tesisnya. Sehingga pengembaraan
intelektualnya tidak lagi berjarak dengan fakta empiris, melainkan memang
berangkat dari realitas yang berkembang dalam kondisi Ekonomi Masyarakat
Singapura.
Daftar Pustaka
Sumber
Utama:
Low, Landa. Globalisation and the Political Economy of Singapore’s Policy on
Foreign Talent and High Skills. Journal of Education and Work, Vol. 15, No.
4, 2002.
Referensi
Buku:
Azizah, Wan. Renaisans Asia: Gelombang Reformasi di Ambang Alaf Baru. Bandung:
Mizan, 1998.
Pian, Kobkua Suwannathat. Dua Dekade Penyelidikan Sejarah, Bahasa dan
Kebudayaan. Selangor: Universiti Kebangsaan Malaysia, 1992.
Terrace, Heng Mui Keng. ASEAN Economic Co-operation Transition and
Transformation. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1997.
-------. Regional Outlook Southeast Asian 1999-2000. Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies, 2000.
(tanpa
nama). Singapura Fakta dan Gambar 1971.
Jakarta: Penerbit Kementrian Kebudayaan, 1971.
Sumber
Website
Xinhua. Prediksi Ekonomi
Singapura 2013 Tumbuh 2,8%. http://www.analisadaily.com/news/2013/3563/ekonom-prediksi-ekonomi-singapura-2013-tumbuh-2-8/. Diakses pada Minggu, 28 April 2013. Pukul 16. 45
WIB.
Xinhua. Ekonomi Singapura Tumbuh 3-4% untuk Sisa Dekade Ini. http://www.analisadaily.com/news/2013/1040/ekonomi-singapura-tumbuh-3-4-untuk-sisa-dekade-ini/.
Diakses pada Sabtu, 27 April 2013; Pukul 16.50 WIB.
Reuters
and John O'Callaghan. Singapura
Hadapi Ekonomi Suram Karena Tingkat Kelahiran Rendah. http://www.voaindonesia.com/content/singapura-hadapi-ekonomi-suram-karena-tingkat-kelahiran-rendah/1499099.html. Diakses pada
Selasa, 23 April 2013; Pukul 05.54 WIB.
Bisnis Indonesia. Bersaing rebut Danamon. http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybernews/detail.aspx?x=Economy&y=cybernews%7C0%7C0%7C3%7C5752.
Diakses pada Senin, 22 April 2013; Pukul 18.40 WIB.
[1] Xinhua. Prediksi Ekonomi Singapura 2013 Tumbuh 2,8%. http://www.analisadaily.com/news/2013/3563/ekonom-prediksi-ekonomi-singapura-2013-tumbuh-2-8/. Diakses pada Minggu, 28 April 2013. Pukul 16. 45 WIB.
[2] Heng Mui Keng
Terrace. ASEAN Economic Co-operation
Transition and Transformation (Singapore: Institute of Southeast Asian
Studies, 1997), hlm. 141.
[3] Xinhua. Ekonomi Singapura Tumbuh 3-4% untuk Sisa
Dekade Ini. http://www.analisadaily.com/news/2013/1040/ekonomi-singapura-tumbuh-3-4-untuk-sisa-dekade-ini/. Diakses pada Sabtu, 27 April 2013; Pukul 16.50 WIB.
[4] Heng Mui Keng Terrace. Regional Outlook Southeast Asian 1999-2000 (Singapore:
Institute of Southeast Asian Studies, 2000), hlm. 43-44.
[5] (tanpa nama). Singapura Fakta dan Gambar 1971 (Jakarta:
Penerbit Kementrian Kebudayaan, 1971), hlm. 31.
[6] Departemen Tenaga Kerja
SIngapura, 1999, hal. 18. Dalam Landa Low. Globalisation
and the Political Economy of Singapore’s Policy on Foreign Talent and High
Skills. Journal of Education and Work, Vol. 15, No.
4, 2002.
[7] Reuters/John
O'Callaghan. Singapura Hadapi Ekonomi Suram
Karena Tingkat Kelahiran Rendah. http://www.voaindonesia.com/content/singapura-hadapi-ekonomi-suram-karena-tingkat-kelahiran-rendah/1499099.html. Diakses pada Selasa, 23 April
2013; Pukul 05.54 WIB.
[8] Reuters/John
O'Callaghan. Ibid.,
[10] Chun Han Wong. Demo Antri Imigran di Singapura. http://indo.wsj.com/posts/2013/02/19/demo-anti-imigran-di-singapura/.
Diakses
pada Minggu, 28 April 2013 WIB.
[11] Bisnis Indonesia. Singapura
& Malaysia bersaing rebut Danamon. http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybernews/detail.aspx?x=Economy&y=cybernews%7C0%7C0%7C3%7C5752. Diakses pada Senin, 22 April
2013; Pukul 18.40 WIB.
[12](tanpa nama).
Singapura Minta AS Ganjal Pertumbuhan Cina di Asia.
http://www.tempo.co/read/news/2013/04/04/118471261/Singapura-Minta-AS-Ganjal-Pertumbuhan-Cina-di-Asia. Diakses pada Senin, 22 April
2013; Pukul 18.45 WIB.
[13] (tanpa nama). Ekonomi
Singapura dalam Dilema. http://m.koran-jakarta.com/?id=115734&mode_beritadetail=1. Diakses pada Senin, 22 April
2013; Pukul 18.45 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar