Rabu, 28 September 2016

BACK TO LEMBUR: PERAN KARANG TARUNA DAN POTENSI WISATA SUNGAI CIKONDANG WANAYASA


                                                                   oleh Alpiadi Prawiraningrat

Back to Lembur

Back to Lembur yang dalam Bahasa Indonesia berarti ‘Kembali ke Desa’ adalah kegiatan travelling ke desa-desa di Purwakarta yang diprakarsai oleh Urang Purwakarta dengan fokus tidak hanya pada penjelajahan (explore), tapi juga menjalankan aktivitas layaknya warga desa dan ‘ngobrol pariwisata’ bersama komunitas pemuda setempat.

Back to Lembur pertama ini (24/09/2016), saya dan tim Urang Purwakarta berkunjung ke kampung Tanjak Nangsi, Desa Raharja, Kecamatan Wanayasa, Purwakarta dengan berbagai kegiatan seru bersama pemuda-pemudi Karang Taruna kampung Tanjak Nangsi.

 

Potensi Wisata  Sungai Cikondang

Kampung Tanjak Nangsi berada sekitar 500 meter dari Situ Wanayasa. Di kampung ini terdapat potensi wisata sungai Cikondang. Dinamakan demikian karena dahulu di pinggir sungai tersebut terdapat pohon kondang yang besar, sehingga dinamakanlah sungai Cikondang.



Pesona sungai Cikondang yang tersembunyi di perkampungan dan sawah warga dengan sumber air dari situ Wanayasa tentunya menarik minat kita untuk menceburkan diri ditambah lagi nuansa hutan Wanayasa. Sehingga tidak mengherankan jika kita menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk sekedar bermain air dan foto-foto.
               

Tidak hanya hutan dengan udara yang masih asri. Daya Tarik sungai Cikondang juga terdapat pada tebing batu yang mengelilinginya dengan beberapa sumber mata air alami yang bisa langsung diminum yang muncul dari sela-sela tebing batu tersebut. Sumpah airnya seger pisan!

 

Nasi Liwet, Sambel dan Papahare

Keseruan dari Back to Lembur tidak selesai sampai di situ. Setelah puas guyang (berenang) kitapun diajak untuk membuat Nasi Liwet dengan cara yang ‘khas lembur’. Disebut khas lembur karena proses memasaknya tidak menggunakan rice cooker ataupun kompor gas seperti halnya di rumah makan. Tapi ini asli membuat tungku pembakaran sendiri dengan sumber api dari kayu bakar.

Kita juga belajar memasak lauk dengan menu sederhana, seperti ikan asin, tahu, tempe, kerupuk, jengkol goreng ditambah dengan membuat sambel dadakan sendiri. Awalnya proses membuat sambel ini keliatanya mudah, tapi ketika dipraktekan ternyata membuat berkeringat dan pegel tangan juga.


           




Nah, setelah nasi liwet dan lauk-pauk siap, kitapun menikmatinya bersama-sama di atas daun pisang. Masyarakat setempat menyebut kegiatan makan bersama tersebut sebagai ‘papahare’ yang tentunya menambah keseruan dan keakraban.


Sebari makan, ngobrol seru pariwisatapun dilakukan bareng pemuda/i Karang Taruna lembur Tanjak Nangsi. Mulai dari program-program Karang Taruna, potensi produk lokal setempat, hingga rencana pengembangan potensi wisata sungai Cikondang dengan peran pemuda sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.

 

Karang Taruna dan Potensi Wisata Sungai Cikondang

Jika kita mengkaitkan dengan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development)  partisipasi dan peran aktif dari Karang Taruna Tanjak Nangsi yang mampu melihat  potensi pariwisata sungai Cikondang dan berupaya memelihara kelestariannya dengan melakukan kerja bakti bersama membersihkan sungai adalah salah satu bentuk prakteknya.


Selain itu, adanya strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata sungai Cikondang, seperti rencana ‘paket liwet’ di mana pengunjung yang datang diajak untuk membuat nasi liwet secara tradisional juga merupakan penjabaran dari indikator partisipasi masyarakat dalam segi strategi-strategi pemasaran pariwisata dalam konteks sustainable tourism development.



Diharapkan apabila partisipasi Karang Taruna dalam perencanaan pengembangan potensi wisata Cikondang dapat terealisasi dan berjalan dengan baik, maka menimbulkan rasa kepemilikan dan kebangaan terhadap potensi wisata Cikondang. Sehingga dalam proses pengembangnya dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Sebagai pencapaian jangka panjang, konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) dapat dilaksanakan dengan baik dengan Karang Taruna sebagai institusi pemuda dan aktor penting yang berperan dalam proses pengembangan pariwisata lokal.