Oleh Alpiadi
Prawiraningrat
Asia
Tenggara merupakan salah satu kawasan kuno di dunia. Hal ini berdasarkan pada banyak ditemukannya
fosil-fosil manusia jaman pra-sejarah di berbagai wilayah Asia Tenggara,
khususnya di Indonesia.[1]
Sebagai
makhluk yang belum memiliki peradaban, awalnya
mereka hidup dengan berburu binatang liar serta hidup berpindah-pindah (nomaden). Namun, bersamaan dengan semakin berkembangnya
generasi, mereka mulai memikirkan suatu pola hidup yang baru. Dan mulailah
mereka menetap yang kemudian berkembang dari sistem perburuan menjadi
pertanian, walaupun pada mulanya perburuan tetap mereka pertahankan. Namun
sejalan dengan perkembangannya, mereka mulai menemukan bagaimana sistem
bercocok tanam yang baik serta cara lain dalam mengumpulkan bahan makanan.
Sekitar
abad ke-5 SM, penduduk dari daerah Dongson (sekarang termasuk wilayah Vietnam),
telah mampu menguasai keterampilan dasar pengolahan logam. Hasil kebudayaan
logam mereka adalah yang paling tua yang telah ditemukan oleh para arkeolog di
Asia Tenggara.[2] Pada sekitar tahun 2,500 SM, bangsa Melayu
mulai menyebar di wilayah semenanjung dan memperkenalkan teknologi primitif
pengerjaan logam yang telah mereka kuasai di wilayah ini. Sekitar tahun 1,500 SM, bangsa Mon mulai
memasuki wilayah Burma, sedangkan bangsa Tai datang lebih belakangan dari
daerah selatan Tiongkok ke daratan Asia Tenggara untuk kemudian menempatinya
pada sekitar milenium pertama Masehi.
Semakin
bertambahnya jumlah penduduk menuntut adanya suatu sistem untuk dapat mengatur
keberlangsungan hidup mereka, sehingga mulailah berdiri kerajaan-kerajaan
tradisionl pada saat itu. Pada umumnya, kategorisasi
kerajaan tradisional di Asia Tenggara terbagi dua, yaitu kerajaan-kerajaan
agraris dan kerajaan-kerajaan maritim.
Kegiatan utama kerajaan-kerajaan agraris adalah pertanian dan banyak
tersebar di semenanjung Asia Tenggara. Contoh
kerajaan agraris adalah kerajaan Angkor dam kerajaan Funan. Sedangkan untuk kerajaan-kerajaan maritim
kegiatan utamanya adalah perdagangan melalui laut. Kerajaan Champa, kerajaan
Chih Tu, kerajaan Srivijaya (dikenal Sriwijaya), kerajaan Kejah Tua, kerajaan
Majapahit adalah contoh dari kerajaan maritim.
Baik
kerajaan agraris maupun maritim memiliki ciri-ciri yang berbeda, tabel berikut
menjelaskan perbedaan antara kerajaan agraris dan Maritim.
Tabel 1
Ciri-ciri kerajaan Agraris dan Maritim di
Asia Tenggara
Ciri
|
Agraria
|
Maritim
|
Lokasi[3]
|
·
Terletak
di kawasan pedalaman dekat lembangan sungai yang mempunyai tanah yang subur.
|
·
Terletak
di pesisiran pantai.
|
Otoritas Raja
|
·
Dewa Raja, menyamakan kedudukan raja dengan dewa-dewa.
·
Mandat Surga, konsep dari Cina yang menganggap kerajaan
yang sesungguhnya hanya ada di surga, tetapi tetap yang melaksananakannya
adalah orang-orang di dunia.[4] Setiap
orang boleh mencoba keberuntungannya dengan pemberontakan jika dia sangat
mengharapkan menjadi kaisar. Apabila pemberontakannya gagal, kemudian yang
membuat suatu percobaan dengan jelas tidak memiliki “mandat dari surga” dan
biasanya mereka dieksekusi.[5]
·
Ngelmu,
|
·
Daulat Tuanku, ekspresi
tertinggi tentang kualitas raja, dan kepemilikannya oleh seorang raja
merupakan pengabsahan keilahian atas kekuasaannya.[6] Konsep daulat dalam kehidupan hubungan
timbal-balik antara raja dengan rakyat; berkembang selaras dengan konsep
durhaka. [7]Karena
durhaka pada Raja dipandang sebagai salah satu dosa besar, akan membawa
pelakunya ke dalam kerusakan, kebinasaan dan kenistaan.akyat tidak boleh
durhaka kepada Sultan, karena mereka telah mengikat janji setia dengan raja
sebagai penggembala rakyatnya.[8]
|
Kegiatan Ekonomi[9]
|
·
Kegiatan
ekonomi yang utama adalah pertanian (Ubi taro, padi sawah dan padi huma).
|
·
Perdagangan
·
Membuat
Kapal
·
Menjalankan
Perikanan
|
Birokrasi[10]
|
·
Profesional ala
Mandarin.
|
· Sederhana:
Raja; Raja Muda/Putera Mahkota; Panglima angkatan
bersenjata; syahbandar; bendahara.
|
Asas[11]
|
·
Mempunyai
sistem pengairan dan empangan.
|
·
Mempunyai
pelabuhan yang menyediakan berbagai kemudahan.
·
Berwujud
pelabuhan entrepot (menjalankan
kegiatan mengumpul dan mengedar).
·
Barang
dagangan yang dikumpul termasuk hasil hutan, rempah ratus, obat-obatan,
gaharu, cendana dan dammar.
·
Pedagang
asing dari Eropa, Arab, India dan Cina.
|
Masyarakat
|
·
Membina
empangan dan saluran perairan.
|
·
Mahir
membuat kapal.
·
Menguasai
ilmu pelayaran.
·
Mampu
berlayar hingga Afrika Timur.
|
Sumber: Diperoleh dari berbagai
sumber
Dari
tabel di atas dapat kita lihat berbagai perbedaan karakteristik antara kerajaan
tradisional agraris dan kerajaan maritim di Asia Tenggara. Berkaitan dengan agama, sebelum abad ke-13,
agama Buddha dan Hindu adalah kepercayaan utama di Asia Tenggara sehingga kerajaan-kerajaan
di daratan (semenanjung) Asia Tenggara pada umumnya memeluk agama Buddha, sedangkan
kerajaan-kerajaan di kepulauan Melayu (Nusantara) umumnya lebih dipengaruhi
agama Hindu.[12] Beberapa kerajaan yang
berkembang di semenanjung ini, awalnya bermula di daerah yang sekarang menjadi
negara-negara Myanmar, Kamboja dan Vietnam.
Berkaitan dengan kontrol pusat terhadap
daerah. Kerajaan agraris melakukanya
dengan tiga cara, yaitu: (1) Perkawinan, mempersunting wanita yang berasal dari
suatu wilayah tertentu untuk kemudian dijadikan istri selir; (2) Magang di keraton; dan (3) kekerasan,
dengan melakukan penaklukan atau perang.
Sedangkan untuk struktur sosial, antara
kerajaan agraris dan maritim hnay berbeda pada tingkatan ketiga. Di mana untuk kerajaan agraris dalam rakyat
terdapat petani. Sedangkan untuk negara
maritim pada rakyat bermayoritas pedagang.
Telah dibahas sebelumnya bahwa kerajaan
tradisional di Asia Tenggara terkategorisasi menjadi kerajaan Agraris dan
Maritim. Berkaitan dengan kerajaan Agraris,
D.G. E. Hall menjelaskan bahwa Funan
adalah Kerajaan terawal di Asia Tenggara yang di asaskan pada abad 1 M. Pusat kerajaan sendiri terletak di
Vyadhapura. Untuk mengari pertanian,
kerajaan Funan telah memiliki saluran dan takungan air yang diperoleh dari
sungai Mekong dan persisiran pantai. Selain sebagai sumber air, sungai Mekong menjadi
jalan penghubung dalam perdagangan hasil pertanian. Raja pertama kerajaan ini adalah Kaundinya bergelar Kurung Bnam yang artinya artinya
adalah Raja Gunung, Gunung suci yang menjadi symbol raja. Jenderal agung ialah Fan Shih-Man. Meskipun
kerajaan agraris, kerjaan Funan memiliki pelabuhan utama yaitu Oc-Eo.[13]
Selanjutnya yang masih termasuk kerajaan
agraris adalah kerajaan Angkor yang merupakan kerajaan agraria yang kuat dan agung yang terletak
di Lembah Sungai Mekong. Sistem pemerintahan berbentuk raja yang mempunyai
kuasa mutlak dan dianggap sebagai Devaraja
(wakil tuhan untuk memimpin manusia) yang mana dibantu oleh kerabatnya untuk
menjalankan pemerintahan. Zaman kegemilangannya ketika Suryavarman
II. Agama Hindu-Buddha merupakan agama
utama, hal tersebut dibuktikan dengan adanya Angkor Wat. Faktor utama
yang menjadi mendukung Angkor menjadi
sebuah kerajaan agraria yang kuat ialah kedudukannya yang berhampiran dengan Tasik Tonle Sap. Air Tasik Tonle Sap ini datang dari Sungai
Mekong dan sangat penting untuk masyarakat, karena: (1) Sebagai sumber air minuman. (2) Memiliki endapan
lumpur yang subur pada musim kemarau.
(3). Sumber makana seperti ikan kepada penduduk sekitar. (4) Sebagai sumber
utama dalam pengairan sawah.[14]
Berkaitan dengan kerajaan maritim. Nama kerajaan Sriwijaya di Sumatera muncul
sebagai kekuasaan dominan yang pertama kali muncul di kepulauan.[15] Di mana raja berkuasa mutlak dan berdasarkan
catatan Arab, raja dianggap sebagai Raja
di Gunung dan Maharaja di Pulau,
serta menteri adalah perantara antara raja dengan rakyat.[16] Berdasarkan prasasti Batu bersurat bertarikh
683 M, di Telaga Batu menyatakan bahwa dari abad ke-5 Masehi, Palembang
sebagai ibukota Sriwijaya menjadi pelabuhan besar dan berfungsi sebagai
pelabuhan persinggahan (entrepot) pada jalur rempah-rempah (spice
route) yang menjalin kerjasama dengan India dan Tiongkok.[17]
Sriwijaya juga merupakan pusat pendidikan agama Buddha yang cukup berpengaruh. Komoditi
utama Sriwijaya adalah damar, cendana, kapur barus, kemenyan dan lada hitam. Namun, kemajuan teknologi kelautan pada abad
ke-10 M membuat pengaruh dan kemakmuran Sriwijaya memudar karena menjadikan
para pedagang Tiongkok dan India dapat secara langsung mengirimkan barang-barang,
serta membuat kerajaan Chola di
India Selatan dapat melakukan serangkaian penyerangan penghancuran terhadap daerah-daerah
kekuasaan Sriwijaya.
Sebelumnya, sekitar kurun waktu abad ke-5,
munculah kerajaan di semenanjung Tanah Melayu, yaitu kerajaan Kedah Tua atau
dikenal juga sebagai Kataha yang
dalam catatan I-Ching disebut Cheah-Cha. Pada mulanya pelabuhan utamanya terletak di
Sungai Mas namun berpindah ke Lembah Bujang.
Di mana pelabuhan Kedah Tua menjadi pusat pertukaran barang-barang dan tempat persinggahan pelayar dari Arab,
Persia, India dan Sri Lanka. Komoditi
utamanya adalah beras, emas, bijih timah, lada hitam. Sangat dipengaruhi oleh
agama Hindu-Buddha, buktinya adalah candi di Lembah Bujang. Kegemilangan Kedah Tua, dibuktikan dengan: (1)
penemuan uang perak semasa pemerintahan Sultan al-Mutawakil (tahun 847 – 861 M);
(2) Manik dari India; dan (3) Barang dari kaca dari Timur Tengah. [18]
Kerajaan maritim terakhir adalah
Majapahit. Didirikan Raden Wijaya yang
menerima pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Kerajaan Majapahit berdasarkan
atas undang-undang manu yaitu sumber
tertulis yang menjelaskan peranan hakim terhadap masyarakat.[19] Raja dibantu oleh Perdana Menteri dan empat
orang menteri. Sama seperti kerajaan
lainnya, Majapahit juga mengamalkan konsep Devaraja. Zaman kegemilangan kerajaan Majapahit semasa
Hayam Wuruk (Raja Senagara) dan Perdana Menterinya Patih Gajah Mada. Majapahit
merupakan tempat perdagangan yang utama pada abad ke-15 M. Pedagang yang
berkunjung ke Majapahit mayoritas berasal dari Asia Tenggara, China, India dan
Timur Tengah. Pelabuhan utamanya adalah
Kataha dan Temasik.
Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Hall, D. G. E. (1988). Sejarah
Asia Tenggara. Surabaya. Usaha Nasional.
Bellwood, Peter. (2000).
Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Grosiler, Bernard
Philippe. (2007). Indocina Persilangan Kebudayaan. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Moy,
TJ. (tanpa tahun). The
Sejarah Melayu Tradition of Power and Political Order.
Omar,
Arifin. (tanpa tahun). Bangsa Melayu: Malay Concepts of Democracy and Community.
Sumber
Internet:
Frutician, Nifa. Tamadun Awal Asia
Tenggara. http://www.slideshare.net/Nipafrutican/bab 3-tamadun-awal-asia-tenggara. Di
akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 02.15 WIB.
Raju, Megala
Silva. Tamadun Awal Asia Tenggara: Penempatan Awal Asia Tenggara. http://www.slideshare.net/MeenuMegala/bab3-13022371. Di akses pada Selasa, 23 Oktober 2012; pukul 23.15
WIB.
Rizki, M. S. Asia Tenggara sebagai
Kesatuan Wilayah. http://msrizqi.blogspot.com/2009/03/asia-tenggara-sebagai-kesatuan-wilayah.html. Di akses
pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 01. 40 WIB.
------http://sejarahmgcm.files.wordpress.com/2009/07/bab3.pdf. Di akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul
01. 23 WIB.
-------http://indonesiaindonesia.com/f/98105-asia-tenggara-sejarah/. Di akses pada senin, 23 Oktober 2012; pukul 23.45 WIB.
--------http://www.scribd.com/doc/29223752/MAJAPAHIT-Kerajaan-Agraris-Maritim-di Nusantara. Di akses pada Selasa, 23 Oktober 2012;
pukul 23.45 WIB.
[2] Bernard Philippe
Grosiler. (2007). Indocina
Persilangan Kebudayaan. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
[3] http://sejarahmgcm.files.wordpress.com/2009/07/bab3.pdf. Di akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 01. 23 WIB.
[4] Bernard Philippe
Grosiler. (2007). Indocina Persilangan
Kebudayaan. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
[5] Ibid,.
[6] Omar,
Arifin. (tanpa tahun). Bangsa Melayu: Malay Concepts of Democracy and Community
[7] TJ Moy. (tanpa tahun). The
Sejarah Melayu Tradition of Power and Political Order.
[9] http://sejarahmgcm.files.wordpress.com/2009/07/bab3.pdf. Di akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 01. 23 WIB.
[10] Cecep
Hidayat. (2012): power
point: Kerajaan Tradisional Asia
Tenggara Agraris dan Maritim.
[11] http://sejarahmgcm.files.wordpress.com/2009/07/bab3.pdf. Di akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 01. 23 WIB.
[12] M. S Rizki. Asia Tenggara sebagai Kesatuan Wilayah. http://msrizqi.blogspot.com/2009/03/asia-tenggara-sebagai-kesatuan-wilayah.html. Di akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 01. 40 WIB.
[13] http://sejarahmgcm.files.wordpress.com/2009/07/bab3.pdf. Di
akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 01. 23 WIB.
[14] Nifa
Frutician. Tamadun Awal Asia Tenggara. http://www.slideshare.net/Nipafrutican/bab-3-tamadun-awal-asia-tenggara. Di akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 02.15 WIB.
[15]
Megala
Silva Raju. Tamadun Awal Asia Tenggara: Penempatan Awal Asia Tenggara. http://www.slideshare.net/MeenuMegala/bab3-13022371. Di akses pada selasa, 23 Oktober 2012; pukul 23.15 WIB.
[16] Ibid.,
[17] http://indonesiaindonesia.com/f/98105-asia-tenggara-sejarah/. Di
akses pada senin, 23 Oktober 2012; pukul 23.45 WIB.
[18] http://sejarahmgcm.files.wordpress.com/2009/07/bab3.pdf. Di
akses pada senin, 22 Oktober 2012; pukul 01. 23 WIB.
[19] http://www.scribd.com/doc/29223752/MAJAPAHIT-Kerajaan-Agraris-Maritim-di-Nusantara. Di
akses pada Selasa, 23 Oktober 2012; pukul 23.45 WIB.
thanks permission copy
BalasHapus