oleh: Alpiadi Prawiraningrat
I. Latar Belakang
Salah satu nilai ataupun prinsip
politik yang terkandung dalam The Third
Way yang menjadi landasan dari Partai Buruh Baru (The New Labour) adalah persamaan (for the many not the few)[1]
yakni memberikan peluang seluas-luasnya untuk setiap individu agar dapat
berkompetisi di masyarakat. Hal tersebut
sebagai upaya menghindari adanya kelompok sosial yang memiliki posisi khusus. Oleh karena itu, kelompok modernis (New Labour) berusaha meninggalkan citra
khusus dari Old Labour yang selalau
memberikan hak istimewa terhadap beberapa pihak yang berafiliasi.
Melihat salah satu prinsip dari Third Way di atas, ternyata memiliki keterkaitan
dengan pandangan Tony Blair yang menjadikan Third
Way sebagai pedoman partai.
Pandangan Tony Blair tersebut tercantum dalam The Fabian Sociaety, terdapat beberapa prinsip, akan tetapi tulisan
ini memfokuskan kepada dua prinsip utama, yaitu: 1) Persamaan (equal worth) yang menjelaskan persamaan
atas kedudukan setiap individu di dalam masyarakat (negara).[2]
Konsep ini dipahami oleh New Labour
mirip dengan perspektif liberal yakni individu berhak memiliki kesempatan
seluas-luasnya dalam memenuhi kesejahteraan.
Pada dasarnya, New Labour
menekankan prinsip persamaan yang berarti kedudukan setiap kelompok itu memiliki
peluang yang sama tanpa harus ada perlakuan yang berbeda bagi individu atau
kelompok tertentu dan individu atau kelompok mampu melakukan kompetisi secara
“sehat”, tanpa bantuan maupun hak istimewa dari pemerintah; 2) Opportunity for All yang mengacu pada logika pemikiran
neoliberalisme yang dipahami New Labour
sebagai kebebasan individu. Prinsip ini
menekankan setiap individu diharapkan memiliki kemandirian dan motivasi untuk
selalu berkompetisi.[3]
Tulisan
ini akan menjelaskan mengenai implementasi prinsip di atas dalam kebijakan All Women Shortlist pada masa kepemimpinan Tony Blair sebagai upaya meningkatkan representasi
politik perempuan di Inggris tahun 1997.
Menarik untuk membahas dan memahami fenomena tersebut, karena akan
menunjukan kepada kita bagimana prinsip-prinsip yang dimiliki oleh New Labour mampu diimplementasikan
terhadap kebijakan yang dibuatnya.
II. Keberhasilan Kebijakan All Women
Shortlist dan Kepemimpinan Tony Blair dalam Upaya Meningkatkan Representasi
Politik Perempuan di Inggris tahun 1997”
Implementasi konsep the third way dalam kebijakan New Labour Party tidak dapat
terlepas dari pengaruh kemenangan New Labour Party yang pada dasarnya merupakan pertimbangan waktu.[4] Keinginan masyarakat untuk merasakan pemerintahan
Inggris yang baru, berakibat menurunya dukungan masyarakat terhadap partai
konservatif dalam kurun waktu 1979-1997.
Bahkan dukungan terhadap Perdana Menteri Thatcer pun menurun yang semula
43% diawal pemerintahanya menjadi hanya 29% pada tahun 1990. Begitupun dukungan Perdana Menteri John Major yang mengalami
penurunan, yaitu 52% di tahun 1991 menjadi 34% di tahun 1997.[5]
Tabel II.1
Persentase Dukungan Masyarakat
Terhadap Pemerintahan Partai Konservatif pada 1979-1997
Tahun
|
Persentase Dukungan
|
|
Pemerintahan Konservatif (%)
|
Perdana Menteri Thatcher (%)
|
|
1979
|
35
|
43
|
1980
|
32
|
39
|
1981
|
25
|
31
|
1982
|
37
|
42
|
1983
|
42
|
49
|
1984
|
38
|
44
|
1985
|
30
|
36
|
1986
|
29
|
32
|
1987
|
39
|
44
|
1988
|
40
|
44
|
1989
|
32
|
37
|
1990
|
27
|
29
|
Tahun
|
Konservatif
|
Major
|
1991
|
33
|
52
|
1992
|
26
|
42
|
1993
|
14
|
23
|
1994
|
12
|
21
|
1995
|
13
|
23
|
1996
|
15
|
26
|
1997
|
25
|
34
|
Sumber: Anthony King. Why
Labour Won-at last. New Labour Tiumphs: Brittain the Polis (New Jearsy:
Chantam House Pub. Inc., 1997), hlm. 178.
Menurunya dukungan tersebut
tidak dapat dipisahkan dari peristiwa 16 September 1992 yang lebih dikenal
dengan Black Wednesday yang merupakan
titik point yang menghancurkan
reputasi Partai Konservatif.[6] Di mana pada saat itu
telah menjadikan perekonomian Inggris kacau.
Berkaitan dengan latar
belakang di atas, terdapat kebijakan yang dilakukan oleh Partai Buruh Baru (New Labour Party) sebagai upaya
mengimplementasiakn prinsip-prinsip dasar Partai, yang mana kebijakan tersebut
juga turut berperan dalam kemenangan Partai pada Pemilu tahun 1997, kebijakan
tersebut adalah All Women Shortlist,
yang juga dipengaruhi kepemimpinan Tony Blair dalam meningkatkan representasi
politik perempuan di Inggris tahun 1997.
Usaha meningkatkan
partisipasi politik perempuan di Inggris
berkembang secara terus menerus. Salah satu pihak yang ikut serta
mengembangkan usaha tersebut adalah Partai Buruh Inggris yang secara simultan
berupaya agar terjadi peningkatan representasi perempuan di parlemen
Inggris. Usaha tersebut erat kaitanya
dengan moderniasi partai Buruh dan juga faktor kepemimpinan Tony Blair
menjelang Pemilu 1997.
Pada sejarahnya, sebelum
tahun 70-an kebijakan Partai Buruh mendukung isu-isu menyangkut gender praktis
(kepentingan perempuan dalam peran domestiknya) dan umumnya menolak isu-isu
yang dapat mengancam posisi atau peran laki-laki dalam perpolitikan. Kendatipun mendukung isu mengenai perempuan
hanya sebatas jika menguntungkan partai semata.
Tahun 20-an Protective Legislation[7] banyak ditentang feminis
dari berbagai partai maupun organisasi, termasuk perempuan partai barai karena
dinilai akan melahirkan segregasi perempuan ditempat kerja dan mempersulit
perempuan untuk mendapatkan upah yang setara dengan laki-laki. Akan tetapi dominasi laki-laki dalam partai
mengakibatkan usaha perempuan dari partai Buruh terus ditekan dan Partai setuju
terhadap Protective Legislation
tersebut. Akibatnya terjadi perpecahan
dalam diri partai dengan pengunduran diri 11 orang anggota eksekutif dan
diikuti dengan keluarnya beberapa organisasi perempuan yang berafiliasi dengan
Partai Buruh.[8]
Peran serta perempuan
dalam politi terus berkembang. Partisipai jumlah pemilih perempuan terus
meningkat dan memberikan suaranya pada Pemilu.
Tahun 1967, dengan selisih sebesar 2%, diperhitungkan jumlah pemilih
perempuan mencapai 1,8 juta orang lebih banyak daripada laki-laki. Begitupun pada Pemilu 1997 jumlah pemilih
perempuan mencapai 51.76%[9] dari keseluruhan populasi
pemilih di Inggris, dan diantara populasi pemilih yang menggunakan hak
suaranya, perempuan jumlahanya lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.[10] Berdasarkan fenomena
tersebut, Partai Buruh yang memiliki prinsip persamaan (for the many not the few mencoba merestrukturisasi diri, melakukan perubahan-perubahan dalam rangka
mengubah citra Partai yang male-domated menjadi
lebih terbuka.
Strategi yang pertama dilakukan Partai Buruh Baru (New Labour Party) adalah membuat partai menjadi lebih representatif
bagi perempuan dengan melakukan perubahan komposisi anggota organisasi partai
untuk kemudian komposisi dalam parlemen dan mendorong perempuan masuk dalam
jabatan strategis pengambil keputusan baik di partai maupun di parlemen. Kedua, mengubah tampilan partai menjadi lebih
feminis seperti terhadap platform kebijakan partai sehingga lebih mewakili
kepentingan perempuan.
Perubahan organisasi
partai sehingga lebih representatif terhadap perempuan dilakukan partai Buruh
dengan mengadopsi tiga strategi,[11] yaitu Retorik, Afirmative Action dan Positive Discrminations. Strategi retorik
dilakukan sebagai langkah awal yakni dengan mengkampanyekan secara
terus-menerus pentingnya memasukan perempuan dalam struktur kepengurusan
partai, khususnya diposiis-posisi strategis pengambil keputusan. Sebagai bukti upaya ini adalah dikeluarkanya Charter to Estabilish for Woman sebagai
agenda besar program partai untuk meningkatkan representasi perempuan.[12]
Dalam strategi Affirmative Action, dilakukan dengan
melakukan pelatihan-pelatihan dan seminar-seminar politik bagi perempuan dalam
Partai Buruh. Hal ini dilakukan sebagai upaya mempersiapkan kader-kader
perempuan di jabatan-jabatan politik.
Hal ini penting untuk menghindari bahwa penetapan perempuan dalam
jabatan politik seperti anggota kepengurusan partai, majelis rendah ataupun pemerintahan sebagai
upaya pemenuhan kuota saja, tetapi memang karena kualitas kemampuan yang mereka
miliki.
Sedangkan dalam kaitanya
dengan strategi Positive Discrimination,
salah satu contohnya adalah dengan kuota, yaitu All Women Shortlist.
Penggunaan strategi ini sejalan dengan kultur dominan partai-partai
beraliran kiri tengah sebagaimana dijalankan oleh partai Buruh Inggris. Partai berpendapat bahwa intervensi dalam rangka
mengurangi ketidakadilan sosial dan ekonomi diperlukan melalui negara dan
terkait dengan hal ini, strategi intervensi juga penting dilakukan untuk
mencapai kesetaraan gender. Apa yang
dilakukan partai Buruh ini adalah sebagai upaya megimplementasikan prinsipnya,
yaitu persamaan
(for the many not the few)[13]
yakni memberikan peluang seluas-luasnya untuk setiap individu agar dapat
berkompetisi di masyarakat dan upaya partai menciptakan
persamaan hak antara perempuan dan laki-laki yang didasarkan kepada kaualitas
masing-masing.
Strategi kebijakan yang
diupayakan Partai Buruh Baru (The New Labour) tersebut membuahkan hasil
dengan peningkatan jumlah perempuan dalam beberapa posisi strategis. Sebagai
contoh adalah dalam Kabinet Bayangan (Shadow
Cabinet) Inggris, yang hanya satu orang saja menjadi 5 (lima) orang. Sehingga proposisi antara anggota laki-laki
dan perempuan dalam Kabinet Bayangan menjadi 5:24. Jumlah delegasi perempuan sebagai wakil dari Constituency Parties dalam Annual Party Confrence juga mengalami
peningkatan. Begitu juga dengan jumlah
anggota perempuan dalam Serikat Buruh yang berafiliasi dengan Partai Buruh pada
tahun 1995, dalam badan-badan pengambilan kepuutusan dalam partai tingkat lokal
sampai nasional jumlah anggota perempuan mencapai 40%.[14]
Pada dasarnya, kebijakan
tersebut merupakan sikap nyata Partai Buruh Baru (The New Labour) mengimplementasikan
salah satu prinsipnya, yaitu persamaan (for
the many not the few) yakni memberikan peluang seluas-luasnya untuk setiap
individu agar dapat berkompetisi di masyarakat.
Di sisi lain, kebijakan ini sebagai upaya
memperbesar peluang atau kesempatan kandidat perempuan untuk dapat terpilih di
kursi-kursi yang diwakilkannya. Kebijakan
ini kemudian menjadi kebijakan partai
dan tetap disetuji oleh anggota partai Buruh hingga tahun 1997.
Tabel II. 2
Dukungan
Terhadap Penerapan Kuota oleh Anggota Partai Buruh tahun 1997[15]
|
Sangat Setuju
|
Setuju
|
Tidak Setuju
|
Sangat Tidak Setuju
|
Total
|
33
|
33
|
26
|
9
|
Laki-laki
Perempuan
|
26
42
|
36
27
|
21
24
|
11
6
|
Kelas Menengah
Kelas Pekerja
|
33
25
|
31
39
|
28
21
|
8
14
|
Lulusan Universitas
Bukan Lulusan Universitas
|
34
27
|
29
36
|
28
26
|
7
11
|
Anggota Serikat Buruh
Bukan Anggota Serikat Buruh
|
33
30
|
32
35
|
27
25
|
9
11
|
Usia Lanjut
Usia Menengah
Usia Muda
|
20
37
35
|
39
30
27
|
30
26
25
|
12
7
13
|
Sumber: The
1997 British Candidate Study
dalam skripsi Dewi Laila Sari. Gerakan perempuan, Modernisasi dan kepemimpinan Tony
Blair dalam Partai Buruh dalam meningkatkan representasi politik perempuan di
Majelis Rendah Inggris pada pemilu 1997 (Depok: Universitas Indoneisa,
2002), hlm. 102.
Kebijakan All Women Shortlist mengatur separuh
dari inheritor seat (kursi yang
dimenangkan oleh partai Buruh pada pemilu sebelumnya dimana wakil dari partai
Buruh tersebut akan pensiun pada pemilu berikutnya) dan separuh dari strong challange seat (kursi yang
diperkirakan kemungkinann besar dimenangkan oleh partai Buruh) agar diisi oleh
kandidat perempuan.[16] Kebijakan All
Women Shortlist tetap memberikan wewenang kepada anggota di tingkat lokal
partai untuk memilih kandidat mana yang akan dinominasikan. All
Women Shorlist digunakan untuk menyiasati kendala-kendala sulitnya
perempuan untuk dapat terpilih dari kursi incumbency
(kursi dimana kandidat yang sama dari partai yang sama dalam pemilu sebelumnya
dan biasanya adalah kursi aman partai), sehingga untuk mendongkrak jumlah
perempuan dalam parlemen dilakukan melalui inheritor
seat dan strong challange seat.
Keberhasilan penerapan kebijakan All
Women Shortlist terlihat dari terjadinya peningkatan dalam jumlah kandidat
perempuan dari Partai Buruh Baru (The New Labour) yakni dari 138 ditahun 1992 menjadi 159
(24,8%).
Tabel II. 3
Jumlah
Kandidat Perempuan dalam Pemilu di Inggris tahun 1945-1992
Tahun
|
P.
Konservatif
|
P. Buruh
|
P. Liberal
Demokrat
|
PC/S
NP
|
Total
Perempuan
|
Total
Kandidat
|
%
Perempuan
|
1945
|
14
|
41
|
20
|
1
|
76
|
1542
|
4.9
|
1950
|
29
|
42
|
45
|
0
|
116
|
1721
|
6.7
|
1951
|
25
|
41
|
11
|
0
|
77
|
1349
|
5.7
|
1955
|
33
|
43
|
14
|
1
|
91
|
1367
|
6.6
|
1959
|
28
|
36
|
16
|
0
|
82
|
1487
|
5.5
|
1964
|
24
|
33
|
24
|
1
|
81
|
1661
|
4.9
|
1966
|
21
|
30
|
20
|
0
|
71
|
1605
|
4.4
|
1970
|
26
|
29
|
23
|
10
|
88
|
1686
|
5.2
|
1974
|
33
|
40
|
40
|
10
|
123
|
1971
|
6.2
|
1974
|
30
|
50
|
49
|
9
|
138
|
1971
|
7.0
|
1979
|
31
|
52
|
52
|
7
|
142
|
1929
|
7.4
|
1983
|
40
|
78
|
76
|
16
|
210
|
2009
|
10.4
|
1987
|
46
|
92
|
105
|
15
|
258
|
2004
|
12.9
|
1992
|
63
|
138
|
143
|
22
|
366
|
2003
|
18.3
|
Sumber: Craig, 1989. The Times Guide to the House of Commons, 1983, 1987 dalam skripsi skripsi Dewi
Laila Sari. Gerakan perempuan, Modernisasi dan
kepemimpinan Tony Blair dalam Partai Buruh dalam meningkatkan representasi
politik perempuan di Majelis Rendah Inggris pada pemilu 1997 (Depok:
Universitas Indoneisa, 2002), hlm. 99.
Dalam pemilu 1997 terdapat 32
kursi aman dimana anggota parlemen yang mewakili partai Buruh pada pemilu
sebelumnya akan memasuki masa pensiun.
Dengan kebijakan All Women
Shortlist memungkinkan kandidat perempuan mencalonkan diri di 16 kursi inheritor dan 11 diantaranya terpilih
dalam pemilu. Sedangkan 36 Kandidat perempuan lainnya berhasil terpilih kembali
di kursi yang sama pada pemilu sebelumnya (incumbency
seat). Kontribusi terbesar bagi
peningkatan jumlah perempuan di Majelis Rendah Inggris dihasilkan dari Key Seat, yaitu daerah-daerah yang
menjadi target partai untuk memenangkan perolehan suara. Dari 85 Key
Seat yang dimenangkan partai Buruh, 43 diantaranya dimenangkan oleh
perempuan sedangkan laki-laki memperoleh 42 kursi, sehingga terdapat
perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan (42:43). Hal tersebut merupakan dampak positif
kebijakan All Woman Shortlist, yang
menempatkan jumlah kandidat perempuan di kursi kurang dengan peluang kemenangan
yang besar untuk Partai Buruh Baru (The New Labour).
Tabel II. 4
Kandidat Partai Buruh Berdasarkan Tipe Kursi Tahun
1997
|
Women
|
Men
|
Total
|
%
Women
|
Returned
Labour Incumbents
|
36
|
199
|
235
|
15,3
|
Labour
Retirements
|
11
|
21
|
32
|
34,4
|
Key
Seats
|
43
|
42
|
85
|
50,6
|
Unexpected
Gains
|
11
|
55
|
66
|
16,7
|
Total
MPs
|
101
|
317
|
418
|
24,2
|
Unwinnable
Seats
|
57
|
166
|
223
|
25,6
|
Total
Candidates
|
158
|
483
|
641
|
24,6
|
Sumber: Joni Lovenduski. Sexing
Political Behaviour in Britain dalam Sylvia Walby. New Agendas for Women (Great Britain: Antony Rowe Ltd, 1999), hlm.
206.
Keberhasilan
Partai
Buruh Baru (The New Labour) dalam meningkatkan representasi Perempuan di
Majelis Rendah juga terlihat dari hasil Pemilu 1997, Partai
Buruh Baru (The New Labour) mampu menarik 8% suara perempuan muda berusia
18-24 tahun, yang sebelumnya dimenangkan oleh partai konservatif pada Pemilu
1992. Peralihan suara yang lebih besar juga diperoleh oleh Partai
Buruh Baru (The New Labour) dari perempuan di usia lanjut (55 tahun
keatas) yakni sebanyak 40% dibandingkan tahun 1992 maka terjadi peralihan suara
perempuan dalam usia ini yang sebelumnya memilih partai Konservatif sebesar
10,5%. Untuk lebih jelas perhatikan tabel
berikut:
Tabel 1.5
Gender
Generation Gap in 1997 (% by age and gender)
|
Cons
|
Labour
|
Liberal Democrat
|
Other Parties
|
Cons-Lab
|
Swing from 1992
|
Man 18-24
|
30
|
45
|
16
|
9
|
-15
|
10,5
|
Women 18-24
|
24
|
53
|
15
|
8
|
-29
|
8
|
Man 55+
|
35
|
40
|
17
|
8
|
-5
|
5,5
|
Women 55+
|
37
|
40
|
17
|
6
|
-3
|
10,5
|
Sumber: http://www.charter88.org.uk/policy/elections.html diakses pada Senin, 7 Spetember 2013; Pukul 01.38 WIB.
Sehingga pada Pemilu 1997, sebanyak
120 perempuan terpilih menjadi anggota Majelis Rendah. 101 dari jumlah tersebut adalah anggota dari Partai
Buruh Baru (The New Labour). 35 orang perempuan anggota Partai
Buruh Baru (The New Labour) yang
terpilih mnejadi anggota Majelis Rendah pada Pemilu 1997, terpilih melalui
kebijakan All Women Shortlist. 22 orang dari jumlah tersebut tidak memiliki
pengalaman sama sekali menjadi kandidat sebelumnya. [17]
Selain dari faktor implementasi kebijakan
tersebut, terdapat faktor lain yaitu figur Tony Blair. Tony Blair yang memegang teguh prinsip third way, yaitu 1)
Persamaan (equal worth) yang
menjelaskan persamaan atas kedudukan setiap individu di dalam masyarakat
(negara), di mana setiap individu atau kelompok memiliki peluang yang sama
tanpa harus ada perlakuan yang berbeda bagi individu atau kelompok tertentu dan
individu atau kelompok mampu melakukan kompetisi secara “sehat”, tanpa bantuan
maupun hak istimewa dari pemerintah; dan 2) Opportunity
for All yang menekankan setiap
individu diharapkan memiliki kemandirian dan motivasi untuk selalu berkompetisi
menjadi dasar keyakinan kuat Tony Blair untuk mengikutsertakan perempuan dalam politik yang
banyak didukung oleh anggota Partai Buruh Baru (The New Labour). Terpilihnya kandidat perempuan dalam Pemilu
1997, sebagaimana kandidat laki-laki juga dipengaruhi perubahan citra partai
Buruh akibat modernisasi “Partai Buruh Baru” dan keyakinan masyarakat Inggris
bahwa Tony Blair akan membawa perubahan Inggris menjadi lebih baik. Bagi perempuan sendiri, figur Tony Blair
dinilai sebagai individu yang terbuka, fleksibel dan tanggap terhadap aspirasi
golongan-golongan dalam masyarakat.
Selain itu, kehidupan keluarga Tony Blair juga menjadi fatktor penarik
tersendiri bagi publik Inggris, khususnya perempuan. Sikap Blair yang sopan dan tidak agresif
dalam mengemukakan pendapatnya, juga dianggap mengagumkan dan dapat membawa
perubahan yang selama ini diidentikan dengan laki-laki.
III. Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan di atas dapat terlihat bagaimana modernisasi yang dilakukan oleh partai Buruh telah membrikan dampak yang
signifikan tidak hanya dalam partai Buruh sendiri tapi juga masyarakat Inggris
secara umum. Partai Buruh telah berhasil
merubah citranya sebagai partai yang male-dominated
menjadi partai yang terbuka terhadap, termasuk kaum perempuan. Sebagai hasil dari transformasi partai Buruh
tersebut adalah diimplementasikanya kebijakan All Women Shortlist pada saat partai Buruh dibawah kekuasaan Tony
Blair, yang mana juga ikut berperan dalam upaya meningkatkan representasi
perempuan di partai maupun Majelis Rendah Inggris tahun 1997. Sehingga dapat terlihat bagaimana strategi
kebijakan All Women Shortlist yang
diterapkan partai Buruh pada masa pemerintahan Tony Blair telah memberikan
dampak dengan meningkatnya jumlah representasi perempuan di Majelis Rendah pada
Pemilu 1997.
Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Banks, Olive.
The Politics of British Feminism
1918-1970. England: Edwar Edgar,
1993.
Driver, Stephen & Lake Martell. Blair’s Britain. Cambridge, UK: Polity Press, 2003.
King, Anthony. Why Labour Won-at last. New Labour Tiumphs: Brittain the Polis. New Jearsy: Chantam House Pub. Inc., 1997.
Lovenduski, Joni & Pippa Norris. Gender
and Party Politics: Sexing Political Behavior in Britan. Britan: Biddles ltd Guildford, 1993.
Sumber Skripsi:
Pandjaitan,
Yolanda. Faktor-Faktor yang Mendorong Kemenangan Partai Buruh Inggris pada
Pemilu 1997. Depok: Universitas Indonesia, 1999.
Pramudinto, Hardjuno. Analisis Diskursus terhadap Modernisasi yang Dilakukan New Labour Party
di Inggris Tahun 1994-2001. Depok:
Universitas Indonesia, 2004.
Sari,
Dewi Laila. Gerakan
perempuan, Modernisasi dan kepemimpinan Tony Blair dalam Partai Buruh dalam
meningkatkan representasi politik perempuan di Majelis Rendah Inggris pada
pemilu 1997. Depok: Universitas
Indoneisa, 2002.
Sumber Website:
Norris, Pippa.
Gender Generation Gap, dalam Geoffrey
Evans & Pippa Norris (eds), A Critical Election? Understanding The 1997
British Election in Long Term Perspective. http//ksghome.harvard.edu/~pnorris.shortstein.ksg/archive/gendergap.htm
diakses pada Minggu, 6 Oktober 2013; Pukul 21. 00 WIB.
http://www.charter88.org.uk/policy/elections.html diakses
pada Senin, 7 Spetember 2013; Pukul 01.38 WIB.
[1] Lihat Skripsi Hardjuno
Pramudinto. Analisis Diskursus terhadap Modernisasi
yang Dilakukan New Labour Party di Inggris Tahun 1994-2001 (Depok:
Universitas Indonesia, 2004), hlm. 43.
[2] Stephen Driver & Lake
Martell. Blair’s Britain (Cambridge,
UK: Polity Press, 2003), hlm. 75.
[3] Social inequality: Policies for Equality dalam skripsi Hardjuno
Pramudinto. Op. Cit., hlm. 46.
[4]
Anthony King. Why Labour Won-at last. New
Labour Tiumphs: Brittain the Polis (New Jearsy: Chantam House Pub. Inc.,
1997), hlm. 178.
[6]
Anthony King. Ibid., hlm. 183.
[7] Adalah undang-undang yang dibuat
pemerintah untuk melindungi perempuan dri kondisi kerja yang berbahaya seperti
jam kerja yang panjang dan pekerjaan yang berat, dan lain-lain.
[8] Olive Banks. The
Politics of British Feminism 1918-1970 (England: Edwar Edgar, 1993)., hlm.
15.
[9] Pippa Norris. Gender Generation Gap, dalam
Geoffrey Evans & Pippa Norris (eds), A Critical Election? Understanding The
1997 British Election in Long Term Perspective. http//ksghome.harvard.edu/~pnorris.shortstein.ksg/archive/gendergap.htm
Dalam skripsi Dewi Laila Sari. Gerakan perempuan, Modernisasi dan kepemimpinan Tony
Blair dalam Partai Buruh dalam meningkatkan representasi politik perempuan di
Majelis Rendah Inggris pada pemilu 1997
(Depok:
Universitas Indoneisa, 2002), hlm. 59.
[10] 80. 1% (17,7 juta) perempuan dan
76,96 (15,8 juta) laki-laki menggunakan hak pilihnya dalam pemilu tahun 1997.
Atau sekitar 2 juta perempuan lebih banyak dari laki-laki yang menggunakan hak
pilihnya, dalam Joni Lovenduski and Pippa Norris. Gender
and Party Politics: Sexing Political Behavior in Britan (Britan: Biddles
ltd Guildford, 1993), hlm. 200.
[11] Skripsi Dewi Laila Sari. Op.
Cit., hlm. 60.
[12] Ibid.,
[13] Lihat Skripsi Hardjuno
Pramudinto. Analisis Diskursus terhadap
Modernisasi yang Dilakukan New Labour Party di Inggris Tahun 1994-2001
(Depok: Universitas Indonesia, 2004), hlm. 43.
[14] Ibid., hlm. 98.
[16] Pippa Norris, Breaking The Barriers, dalam Skripsi
Hardjuno Pramudinto, hlm. 96.
[17] skripsi Dewi Laila Sari. Gerakan perempuan, Modernisasi dan kepemimpinan Tony Blair
dalam Partai Buruh dalam meningkatkan representasi politik perempuan di Majelis
Rendah Inggris pada pemilu 1997 (Depok: Universitas Indoneisa, 2002), hlm. 110
Tidak ada komentar:
Posting Komentar