Jumat, 27 Desember 2013

"Strategi Kesuksesan Pembangunan Ekonomi Taiwan dan Pelajaranya bagi Indonesia"


 oleh Alpiadi Prawiraningrat
Taiwan merupakan salah satu negara di Asia yang menerapkan ekonomi politik korporatis dan telah tumbuh berkembang menjadi salah negara yang kaya. Hal tersebut dilandaskan oleh struktur ekonomi negara Taiwan bertumpu pada industri kecil dan menengah yang berjaring secara kuat untuk menghasilkan produk-produk yang efisien, sehingga dapat bersaing di tingkat internasional.[1] Inklusi dan kesamaan sudah terjadi secara ekonomi, sehingga berimplikasi pada proses demokratisasi Taiwan yang tidak bergejolak dan lebih merupakan proses pematangan kelembagaan hubungan negara dan kelompok ekonomi. Taiwan mengalami tahapan perkembangan ekonomi yang terbagi menjadi dua periode, yaitu 1952-1980 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan ekonomi 9,21 persen, yang merupakan tertinggi di dunia dan 1981-1999, dengan kondisi ekonomi di seluruh dunia dan di Taiwan itu sendiri mengalami perubahan besar, dengan pergesaran fokus dari industri ke jasa.[2] 
Melihat transformasi ekonomi Taiwan yang begitu pesat, tidak dapat dilepaskan dengan berbagai strategi pembangunan ekonomi yang diimplementasikan oleh pemerintah Taiwan.  Adapun strategi tersebut di antaranya: Pengembangan struktur ekonomi negara yang mengandalkan kepada usaha kecil dan menengah (UKM); Kecilnya gap antara sektor pertanian dan sektor industri dan jasa; Kesuksesan mengembangkan pendidikan kejuruan; serta, Pencapaian yang luar biasa dalam bidang enterpreneurship.
Taiwan adalah negara yang perekonomiannya sangat mengandalkan pada usaha kecil dan menengah (UKM).[3] UKM sukses karena pemerintah Taiwan membentuk struktur pasar yang bersifat monopolistic competition untuk setiap sektor usaha dan jutaan UKM dimanfaatkan untuk strategi promosi ekspor, sehingga rasio UKM terhadap keseluruhan usaha di Taiwan mencapai 98%.  Pada  mulanya, untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, Taiwan memberikan proteksi secara luas baik proteksi pasar,  bahkan juga pemerintah ikut serta menciptakan pasar, hingga subsidi bunga dan memberikan hasil-hasil penelitian dari kalangan akademis dan pusat-pusat penelitian di Taiwan untuk UKM yang masih belum memiliki daya saing.  Dengan pembangunan ekonomi yang berkedaulatan rakyat tersebut, Taiwan mampu  melakukan transformasi perekonomian. Pada 1950-an mereka masih  bergantung kepada sektor pertanian, tetapi kini peran sektor itu tinggal  sekitar 1,7% dari produk domestik bruto. Sebaliknya kontribusi sektor  industri terus maju pesat menjadi 25% dari 20% pada 1952 dari produk domestik bruto mereka. Itu memperlihatkan sektor UKM sudah memiliki keunggulan usaha di bidang manufaktur semenjak  1950-an hingga hingga saat ini.Tentunya yang menarik dari perkembnagan ekonomi tersebut adalah digunakannya sektor UKM dalam setiap strategi pembangunan. Dengan strategi itu, Taiwan mampu mencapai pertumbuhan ekonomi riil dari 1950 hingga 2000 sebesar 8,1%. Untuk menopang strategi itu, pasar harus selalu bersifat kompetitif.  Artinya free exit dan free entry terus diterapkan dalam setiap periode pembangunan ekonomi. Perusahaan baru tetap diberi kesempatan untuk  mengisi perusahaan-perusahaan yang gagal bersaing secara adil dan  transparan. Namun, perusahaan baru diprioritaskan untuk menguasai teknologi canggih dan perusahaan baru juga harus berbentuk UKM.
Pengembangan sektor UKM-pun dibarengi dengan kebijakan pemerintah Taiwan dalam memberikan prioritas utama kepada pelatihan SDM (SDM). Tanpa dukungan pemerintah, UKM Taiwan akan kesulitan untuk mendapatkan SDM yang berkualitas tinggi. Pemerintah Taiwan juga memberikan prioritas  kebijakan berupa penciptaan budaya inovatif dalam perencanaan pembangunan ekonomi yang dilakukan. Pemerintah juga membuat kebijakan yang diimplementasikan dari rencana dasar pengembangan penelitian dan pengembangan. Baru kemudian dalam prioritas dibangun perencanaan industri. Dari perencanaan pemerintah Taiwan itu sangat terlihat bahwa jika sektor UKM ingin memiliki daya saing, perencanaan pembangunan ekonomi termasuk  industri hanyalah salah satu bagian dari pembangunan kualitas SDM yang  berbudaya inovatif. Rencana itu sangat bersifat integral dan tidak setengah-setengah ataupun terpisah-pisah. Konsekeunsinya ialah prioritas investasi. Prioritas investasi pertamanya ialah investasi SDM.
Selanjutnya dalam konteks keberhasilan menciptakan kecilnya gap antara sektor pertanian dan sektor industri dan jasa.[4] Petani Taiwan tidak merasa berada pada posisi social yang rendah dalam struktur sosial-ekonomi Taiwan, karena mereka tidak perlu merasa terpaksa menjadi petani dan sangat berkesempatan mengoptimalkan penggunaan jam kerja untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi dengan tidak bergantung seratus persen pada kegiatan usaha tani tersebut, karena ptami masih punya waktu luang yang cukup banyak di luar kegiatan bertani. Menariknya adalah sistem ekonomi Taiwan memberi lapangan kerja nonpertanian yang cukup luas karena dari segi lokasi usaha pertanian, industri, jasa dan sebagainya tumbuh berdampingan di berbagai wilayah. Mengapa keserasian sosial-ekonomi ini bisa terwujud? Hal tersebut didasarkan pada beberapa faktor:[5] Pertama, sejak tahun 1950-an para pemimpin pendahulu mereka sudah merancang dan terus menyempurnakan adminsitrasi pertanahan yang efesien untuk menampung semua fungsi. Kedua, kebijakan pendidikan terhadap anak-anak petani mendapat perhatian lewat visi yang komprehensif dengan mendapat perhatian khusus untuk mendapatkan pendidikan sehingga tidak terjadi ketimpangan sosial di kemudian hari. Hasil dari kebijakan ini tidak terbantahkan manfaatnya untuk berbagai aspek pembangunan, implikasinya jumlah masyarakat kelas menengah membesar dan kelas bawah terus berkurang.
Pendidikan ini terutama ditekankan pada perkembangan pendidikan kejuruan.[6] Tujuan utama pendidikan kejuruan pada waktu itu adalah pertanian dan program yang terkait dengan bisnis pendidikan kejuruan, dengan fokus pada penyediaan ekonomi awal yang sangat dibutuhkan industri dengan menyediakan tenaga kerja yang memadai. Dengan menunjukkan pertumbuhan industri kecil dan menengah yang sangat pesat, sehingga dapat terpenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dari pendidikan kejuruan. Tahun 2007 Taiwan telah memiliki perbandingan antara pendidikan kejuruan dan umum adalah 50 persen: 50 persen dengan orientasi pengembangan pendidikan memaksimalkan seluruh pendidikan kejuruan dalam menunjang perkembangan ekonomi negara. Perubahan yang terjadi pada tahun 2010 adalah perbandingan jumlah pendidikan kejuruan dan umun menjadi 55 persen: 45 persen, hanya terjadi kenaikan rasio 5 persen. Pengembangan pendidikan kejuruan diarahkan pada fokus pencocokan permintaan tenaga kerja industri dan minat peserta didik. Program pendidikan kejuruan linier dengan fokus pengembangan  ekonomi di Taiwan yaitu mengembangkan sektor industri.
Keberhasilan pengembangan pendidikan kejuruan juga berpengaruh terhadap keberhasilan negara Taiwan membuat pencapaian yang luar biasa dalam bidang enterpreneurship. Berdasarkan artikel yang dituliskan oleh Fu-Lay Tony Yu, Ho-Don Yan, dan Shan Yu-Chen dijelaskan bahwa Taiwan menduduki peringkat yang tinggi dalam bidang enterpreneur.
“According to the Small and Medium Enterprise Administration (SMEA), in 2003 about 97.8 % of enterprises in Taiwan are small and medium-size enterprises (SME’s), and they make up 75 to 80 % of all employment and 47 % of the economy’s GDP. Within the SME’s, 9.7 % of them last less than one year. According to the Taiwan’s Industry, Commerce and Service Census (2002), between 1995 and 2000 the survival rate of these enterprises was 69.4 %. The ease of firms to establish and shut-down indicates the dynamism of entrepreneurship in Taiwan.”[7]
            Menurut Tony, Yan dan Chen, Taiwan terkenal dengan pesatnya bisnis pribadi yang berkembang menjadi perusahaan raksasa. Dengan gurauannya Tony, Yan dan Chen mengungkapkan bahwa apabila kita melempar batu di Taipei, kemungkinan mengenai kepala seorang CEO perusahaan sangatlah besar, dengan perbandingan satu pemilik perusahaan dari setiap 20 orang di Taiwan.
            Menurut Lawrence J. Lau, Professor of Economic Development Department of Economics dari Stanford University tumbuh kembang Taiwan di bidang ekonomi tidak dapat dilepaskan dari adanya Land Reform, Promotion of Family Planning, Reliance on Private than Public Enterprises, Export-Oriented Industrialization, Maintenance of Macroeconomic Stability, Maintainning Equity With Growth, Promoting the Transition from Tangible Capital-Based to Intangible Capital-Based Industrialization.[8]
            Lalu apa yang dapat dipelajari oleh Indonesia? Nampaknya hal yang menarik perhatian selain pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan pendidikan kejuruan. Hal lainnya adalah pengembangan industri usaha kecil dan menengah (UKM). Hal ini didasarkan pada banyaknya potensi lokal yang dimiliki oleh daerah-daerah di Indonesia, namun masih minimnya upaya untuk mengembangkan industri lokal yang merupakan industri usaha kecil dan menengah (UKM) tersebut.  Berdasarkan pengalaman Taiwan kita dapat belajar bagaimana pengembangan UKM didasarkan atas kerjasama berbagai pihak.  Begitupun yang dapat dilakukan oleh Indonesia.  Implementasi pengembangan yang dapat dilakukan untuk pengembangan indsutri lokal sebagai bagian dari industri usaha kecil dan menengah (UKM) adalah sinergitas kerjasama dengan beberapa pihak, misalnya institusi pendidikan, perbankan bahkan mungkin partai politik, di mana perguruan tinggi sebagai ujuk tombak dalam pengembangan riset-riset ilmiah memiliki peran yang sangat penting.
Dalam konteks kerjasama dengan institusi pendidikan misalnya, dapat dilakukan dengan sosialisasi penelitian yang dilakukan perguruan tinggi ataupun pusat-pusat penelitian kepada sekolah-sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada dan mengikutsertakan siswa/i dalam penelitian yang dilakukan.[9] Sosialisasi dilaksanakan dengan mengundang siswa untuk dapat mengunjungi lab penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi ataupun pusat-pusat penelitian dan memperkenalkan kepada siswa/i tidak hanya potensi yang dimiliki oleh industri lokal yang dimiliki suatu daerah sebagai bagian dari industri usaha kecil dan menengah (UKM) tapi juga permasalahan yang dihadapi.   Diharapkan dengan dilakukannya hal tersebut, dapat terjalin kerjasama antara pihak universitas dan institusi pendidikan di Purwakrta dan terciptanya transfer of knowladge antara perguruan tinggi ataupun pusat-pusat penelitian dengan siswa/i Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan menumbuhkan motivasi untuk dapat mengembangkan potensi industri yang dimiliki daerahnya.
Sedangkan dalam konteks kerjasama dengan perbankan, juga diharapkan adanya sosialisasi dengan pihak perbankan tentang riset dalam pengembangan dari industri usaha kecil dan menengah (UKM) yang dilakukan oleh perguruan tinggi, karena jika riset tersebut memiliki korelasi dengan program yang dimiliki oleh pihak perbankan memungkinkan untuk adanya kerjasama atau bantuan dalam dari perbankan, meskipun perbankan tidak memiliki anggran yang khusus untuk riset perguruan tinggi atau lembaga penelitian.[10]   Karena selama ini beberapa perbankan tetap konsisten dengan upayanya mengembangkan potensi lokal sebagai bagian dari industri usaha kecil dan menengah (UKM) yang ada di daerah-daerah di Indonesia.  Sebagai contoh PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk (Bank BJB) dengan berbagai kredit yang diberikannya sebagai upaya mengembangkan potensi lokal daerah-daerah di Indoneisa, seperti Kredit Cinta Rakyat[11] adalah kredit yang diberikan kepada pelaku usaha perorangan  mikro dan kecil dalam sektor ekonomi produktif yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat untuk tujuan modal kerja dan/atau investasi yang mengikuti program dana bergulir dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.  Sasaran penyaluran Kredit Cinta Rakyat oleh Bank Pelaksana yaitu Usaha Mikro dan Kecil yang bergerak di sektor produktif, meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, perindustrian, pertambangan rakyat dan sektor lainnya.  Pemberian kredit ini diharapkan dapat membantu para pemiliki industri mikro untuk mengembankan potensi daerah yang digarapnya sehingga dapat bersaing dengan industri lokal lainnya baik dalam skala nasional maupun internasional.[12]
Selanjutnya dalam hal membangun kerjasama dengan partai politik, meskipun partai politik terutama dalam lingkup DPC (Dewan Pengurus Cabang) tidak memiliki anggaran spesifik untuk pengembangan industri usaha kecil dan menengah (UKM), akan tetapi riset yang dilakukan perguruan tinggi dan lembaga penelitian sangat membantu partai politik terutama kader-kader partai politik yang menjabat di DPRD dalam melakukan pengkajian dan arah perumusan kebijakan daerah kabupaten Purwakarta. [13] Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian yang sedang melakukan riset terhadap pengembangan industri usaha kecil dan menengah (UKM) di suatu daerah, diharapkan untuk memberikan informasi dan hasil penelitianya kepada partai politik untuk kemudian dapat diteruskan kepada kader partai dan diangkat menjadi isu pembahasn di fraksi maupun di DPRD Kabupaten/Kota.  Di samping itu, perlu juga Perguruan Tinggi ataupun lembaga penelitian untuk melakukan pendekatan dan meminta dukungan secara langsung dengan berbagi infomrasi kepada anggota DPRD dari partai tertentu yang basis pemilihanya merupakan wilayah yang menjadi subjek penelitian Perguruan Tinggi dan lembaga penelitan.[14]
Sehingga dengan adanya sinergitas kerjasama dari berbagai pihak dalam upaya mengembangkan potensi industri lokal sebagai bagain dari industri usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai daerah di Indonesia.  Pengalaman kesuksesan pengembangan sektor industri usaha kecil dan menengah (UKM) yang memberikan implikasi luar biasa terhadap pertumbuhan ekonomi Taiwan dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia dalam menciptakan perkembangan perekonomian bangsa menjadi lebih baik.










Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Lau, Lawrence J.. Taiwan as a Model for Economic Development. Stanford: Stanford University, 2002.

Sumber Website:

Chaniago, Andrinof A. Reformasi Strategi Pembangunan : Kisah Sukses Taiwan dalam http://io.ppijepang.org/old/article.php?id=3 dikases pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 16.42 WIB.

Daruri, Achmad Deni. President Director of Center for Banking Crisis dalam http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/01/30/ArticleHtmls/Achmad-Deni-Daruri-President-Director-of-Center-for-30012012027016.shtml?Mode=1 diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 16.32 WIB.
Government Information Office (2006). The Fruits of Economic Development -The Story of Taiwan dalam http://www.gio.gov.tw/info/taiwan-story/economy/edown/3-5.htm diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 15.09 WIB.
Rochman, Meuthia Ganie. Pembangunan Ekonomi dan Demokratisasi dalam http://www.metrotvnews.com/mobile-site/kolom-detail.php?read=161&tgl=2011-05-14 diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 14. 56 WIB.

Sumber PDF:
 Yu, Fu-Lay Tony, Yan, Ho-Don & Chen, Shan Yu. Adaptive Enterpreneurship and Taiwan’s Economic Dynamics. PDF version.,

 

Sumber Wawancara:
No
Nama
Jabatan
Tanggal Wawancara
1
Yadi Sumawansyah
Manager of Commercial Banking PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Cabang Purwakarta
Jumat, 20 Desember 2013
2
Neng Supartini S. Ag
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Purwakarta tahun 2009-2014 dan Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Purwakarta
Sabtu, 21 Desember 2013.
3
Endang Suhartono
Wakil Kepala Hubungan Industri SMK Negeri 1 Purwakarta
Jumat, 20 Desember 2013
4
Hariyanto
Sekjen DPC Partai Gearakan Indonesia Raya (Gerindra) Kabupaten Purwakarta
Jumat, 20 Desember 2013




[1] Meuthia Ganie-Rochman. Pembangunan Ekonomi dan Demokratisasi dalam http://www.metrotvnews.com/mobile-site/kolom-detail.php?read=161&tgl=2011-05-14 diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 14. 56 WIB.
[2] Government Information Office (2006). The Fruits of Economic Development -The Story of Taiwan dalam http://www.gio.gov.tw/info/taiwan-story/economy/edown/3-5.htm diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 15.09 WIB.
[3] Berkaitan dengan kebijakan Pengembangan struktur ekonomi negara yang mengandalkan kepada usaha kecil dan menengah (UKM) oleh negara Taiwan telah disarikan oleh penulis dari tulisan Achmad Deni Daruri selaku President Director of Center for Banking Crisis dalam http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/01/30/ArticleHtmls/Achmad-Deni-Daruri-President-Director-of-Center-for-30012012027016.shtml?Mode=1 diakses pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 16.32 WIB.

[4] Disarikan penulis dari tulisan  Andrinof A. Chaniago. Reformasi Strategi Pembangunan : Kisah Sukses Taiwan dalam http://io.ppijepang.org/old/article.php?id=3 dikases pada Rabu, 18 Desember 2013; Pukul 16.42 WIB.

[5] Ibid.,
[7] Yu, Fu-Lay Tony, Yan, Ho-Don & Chen, Shan Yu. Adaptive Enterpreneurship and Taiwan’s Economic Dynamics. PDF version., hlm.61
[8] Lawrence J. Lau. Taiwan as a Model for Economic Development (Stanford: Stanford University, 2002), hlm. 11.
[9] Wawancara dengan Endang Suhartono Selaku Wakil Kepala Hubungan Industri SMK Negeri 1 Purwakarta, pada Jumat, Jumat 20 Desember 2013.
[10] Wawancara dengan Yadi Sumawansyah selaku Manager of Commercial Banking PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Cabang Purwakarta pada Jumat, 20 Desember 2013.
[11] Ibid.,
[12] Ibid.,
[13] Wawancara dengan Neng Supartini S. Ag selaku Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Purwakarta tahun 2009-2014 dan Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Purwakarta pada Sabtu, 21 Desember 2013.
[14]Wawancara dengan Hariyanto selaku Sekjen DPC Partai Gearakan Indonesia Raya (Gerindra) Kabupaten Purwakarta; pada Jumat, 20 Desember 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar