Rabu, 01 Agustus 2012

FACEBOOK SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI YANG BERPENGARUH TERHADAP KOHESIVITAS MASYARAKAT


oleh Alpiadi Prawiraningrat

Perkembangan globalisasi telah mendorong suatu moderenisasi dalam dunia komunikasi.  Pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa komunikasi sangat penting pada masa kini, telah memancing suatu revolusi besar dalam perkembangan teknologi komunikasi.  Hal tersebut terlihat dari banyaknya media yang digunakan dalam proses komunikasi.
facebook sebagai salah satu unsur dari teknologi komunikasi, yaitu media penyalur dan penerima informasi adalah salah satu bentuk perkembangan teknologi dalam dunia komunikasi.  Selain sebagai media komunikasi dan penyalur informasi yang dinilai cukup efektif untuk masa kini.  Mudahnya penggunaan facebook memfasilitasi pengguna untuk becerita berbagai hal, seperti kepentingan pribadi, ekonomi bahkan politik, serta berbagi informasi dan berkomunikasi dengan tidak hanya satu pihak dalam satu wilayah, melainkan dapat juga berbagi informasi dan berkomunikasi dengan pihak atau kelompok lain di belahan negara manapun.  Menjadikan lebih dari 600 juta pengguna aktif facebook di seluruh dunia tertarik dan nyaman menggunakannya dan enggan untuk meninggalkannya.  Hal ini memungkinkan untuk membentuk kohesivitas masyarakat.  Karena pengguna facebook akan berkomunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dengan anggota pengguna atau kelompoknya, sehingga membuatanya semakin nyaman berada dengan anggota kelompok tersebut dan sulit untuk meninggalkannya.
Namun demikian, yang menjadi permasalahan adalah masih banyak masyarakat bahkan mahasiswa sebagai kaum intelektual belum mengetahui dan memahami definisi teknologi komunikasi dan kohesivitas masyarakat itu sendiri.  Terlebih pemahaman mengenai keterkaitan facebook dan kohesivitas masyarakat.  Padahal pemahaman sederhana di atas adalah dasar utama untuk membentuk seorang smart user yang berkompeten.
Komunikasi sendiri berasal dari kata latin communicare, yaitu “untuk membuat umum” atau “untuk berbagi”.  Sedangkan menurut Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna.[1] Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu media agar dalam proses penyampaian pesan berlangsung lancar dan penerima informasi dapat memahami makna pesan yang disampaikan.
Perkembangan globalisasi telah mendorong suatu moderensisasi dalam dunia komunikasi.  Pandangan masyarakat yang menganggap bahwa komunikasi sangat penting pada masa kini, secara tidak langsung telah memancing suatau revolusi besar dalam perkembangan teknologi komunikasi.  Hal tersebut terlihat dari banyaknya media yang digunakan dalam proses komunikasi.  Media tersebut sering dikaitkan dengan teknologi komunikasi yang merupakan peralatan perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar informasi dengan individu-individu lainnya.[2] 
              Terkat dengan hal tersebut, teknologi komunikasi memiliki unsur-unsur, di antaranya: (1) Informasi, dapat berupa tulisan, suara, musik, gambar, dan data yang memiliki spektrum frekuensi dan bentuk-bentuk berbeda;  (2) Alat yang dipergunakan untuk meneruskan informasi dengan media transmisi dan sistem modulasi;  (3) Dengan cara yang sesuai, bentuk akhir (informasi yang diterima) harus serupa mungkin dengan bentuk awal (informasi yang dikirimkan) dan dalam batas-batas distorsi yang dapat ditolerir; (4) Dalam jumlah maupun kecepatan yang semakin meningkat melalui jarak yang semakin jauh dengan biaya yang seekonomis mungkin.[3]
Kohesivitas masyarakat sendiri menururt Collins dan Raven (1964) memiliki definisi, yaitu adanya kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.[4] Adapun indikator yang digunakan dalam menilai seberapa kuatkah kohesivitas dalam masyarakat, di antaranya: (1) Ketertarikan interpersonal antar anggota; (2) Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; (3) Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary).[5]  Sehingga diperoleh informasi bahwa kelompok yang semakin kohesif, maka: (1) Tingkat kepuasan semakin besar; (2) Anggota merasa aman dan terlindungi; (3) Komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering; (4) Semakin mudah terjadi konformitas → anggota smakin mudah tunduk pada norma kelompok dan smakin tidak toleran pada deviant.[6]
 Sehubungan hal di atas, facebook sebagai unsur dari teknologi komunikasi, yaitu media penyalur dan penerima informasi adalah salah satu bentuk perkembangan teknologi dalam dunia komunikasi.  Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya sesama mahasiswa ilmu komputer Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes[7] adalah sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang memfasilitasi pengguna untuk membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya serta bergabung dengan grup pengguna lain yang memiliki tujuan tertentu.  Secara tidak langsung memiliki keterkaitan terhadap kohesivitas masyarakat.
Selain sebagai media komunikasi yang dinilai cukup efektif untuk masa kini.  Facebook merupakan suatu bentuk komunikasi tertulis sekaligus komunikasi visual,  karena informasi yang disampaikan tidak hanya melalui teks atau tulisan,  tapi juga berupa tampilan visual dari informasi, seperti topografi, fotografi, video, symbol dan desain.[8]  Dalam facebook sendiri terdapat suatu proses encoding dan decoding.  Encoding didefinisikan sebagai proses menerjemahkan ide atau pemikiran ke kode.[9]  Decodeing adalah proses menempatakan ide atau pemikirian tersebut.[10]  Encodeing terlihat tatkala kita mencoba menyampaikan gagasan atau ide yang kita miliki melalui tulisan, gambar atau video.  Sedangkan decoding dapat terlihat saat kita berusaha menginterpretasikan makna dari simbol pesan yang disampaikan.
Mudahnya penggunaan facebook, memfasilitasi pengguna untuk becerita berbagai hal, seperti kepentingan pribadi, ekonomi bahkan politik.  Selain itu, pengguna facebook tidak hanya dapat berbagai informasi dan berkomunikasi dengan satu pihak dalam satu wilayah, melainkan dapat juga berbagi informasi dan berkomunikasi dengan kelompok pengguna atau komunitas lain di belahan negara manapun.  Kemudahan komunikasi dalam facebook membuat masyarakat tertarik dan nyaman dalam menggunakannya.  Data menyebutkan, pada Januari 2011, facebook memiliki lebih dari 600 juta pengguna aktif.[11] Bahkan Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah pengguna sebanyak 39 juta orang.[12]  Angka ini hanya dapat dikalahkan oleh Amerika Serikat yang jumlah pengguna facebook-nya mencapai 151 juta orang.[13]  Data tersebut menunjukan bahwa banyak masyarakat nyaman dengan penggunaan facebook sebagai media penyalur informasi dan komunikasi.  Hal ini memungkinkan untuk membentuk kohesivitas masyarakat.  Pengguna facebook akan berkomunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering dengan anggota pengguna atau kelompoknya, sehingga membuatanya semakin nyaman berada dengan anggota kelompok dan sulit untuk meninggalkanya.  Dalam hal ini facebook dapat dikatakan sebagai fasilitator dalam peningkatan kekohesivitasan masyarakat.
Namun perlu kita sadari bahwa facebook dapat menimbukan dampak negatif, seperti kejahatan di dunia maya atau cyber crime yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dengan mengirimkan konten yang bersifat negatif, seperti kata-kata kasar, bahkan gambar atau video porno.   Hal ini dapat berdampak kurang baik terhadap kohesivitas masyarakat.  Diawali dengan timbulnya kontravensi atau keadaan tidak puas, benci dan kecewa di antara pengguna facebook dan kelompoknya.[14]  Lebih lanjut, menimbulkan konflik antara individu atau kelompok yang berkepanjangan dan menyebabkan disintegrasi atau perpecahan yang berakibat buruk bagi kohesivitas masyarakat.
Maka dari itu, diperlukan solusi  untuk meminimalisir akibat negatif di atas, dengan cara menggunakan facebook secara efektif dan efisien.  Serta menjadikan diri kita sebgai seorang smart user atau pengguna yang pintar dengan memilih konten-konten yang bermanfaat bagi kehidupan kita dan berdampak positif dalam upaya meningkatkan kekhoesivitasan masyarakat. Sehingga diharapkan terwujudnya suatu masyarakat Indonesia yang cerdas,terampil serta selalu bersatu dan selaras di tengah keberagaman yang dimiliki bangsa kita.


[1] Singgih, E. Evita, et al. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A.  (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2011), hal 41.
[2](http://opr3kkomd4.wordpress.com/2010/03/03/pengertian-teknologi-komunikasi/) 14 November 2011; Pukul 22.58 WIB).
[3](http://opr3kkomd4.wordpress.com/2010/03/03/pengertian-teknologi-komunikasi/) 14 November 2011; Pukul 22.58 WIB).
[7] Carlson, Nicholas (March 5, 2010). "At Last – The Full Story Of How Facebook Was Founded
[8] Singgih, E. Evita, et al. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A.  (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2011),  hal 45
[9] Singgih, E. Evita, et al, ibid., hal. 43
[10] Singgih, E. Evita, et al, ibid., hal. 43
[11] "Goldman to clients: Facebook has 600 million users", MSNBC, 5 Januari 2011. Diakses pada 18 November 2011.
[13] (http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2011/11/09/brk,20111109-365698,id.html) diunduh tanggal 18 November 2011; Pukul 23.08 WIB)
[14] Singgih, E. Evita, et al. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi A.  (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2011), hal 83.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar