Minggu, 23 September 2012

"Karena Dia adalah Ibu"

oleh Alpiadi Prawiraningrat

Sahabat saya pernah bercerita tentang sebuah kegundahan hatinya karena cobaan yang terkesan tiada berujung. Tentang sebuah kesedihan yang selalu dia rasakan. Namun, seseorang selalu ada untuknya. Selalu hadir dalam setiap langkah dalam dirinya untuk menggapai sebuah kebanggan.

Beginialah sahabat saya menceritakan:
Saya pernah mengalami suatu peristiwa yang teramat berat untuk saya hadapi dalam usaha mengejar mimpi. Di mana saya selalu merasa gagal dan merasa bahwa semua usaha yang pernah saya lakukan untuk mengejar harapan terkesan sia-sia.

Berulang kali saya mencoba bangkit dan berulang kali juga saya terjatuh. Terasa melelahkan dan menyakitkan memang. Namun, demi cita-cita yang saya miliki saya harus kuat dan siap melakukan apa saja.
Apa saja akan saya lakukan agar semua harapan saya dapat terwujud dan saya mampu membahagiakan orang yang teramat saya cintai.

Setiap malam saya merenung. Tak jarang air mata pun menetes di atas pipi tanpa saya ketahui sebabnya. Mungkin karena saya terlalu rindu pada teman saya atau mungkin saya merasa lelah dalam menjalani tangtangan hidup yang Tuhan berikan.

Terkadang saya selalu merasa sendirian. Tatakala saya terjatuh dalam sebuah kegagalan.  Merasa tidak memiliki teman dan merasa tak satupun orang peduli akan kesedihan yang saya alami.

Tapi semua itu hanyalah alasan terhadap kesedihan tersebut, karena saya telah salah dalam menilai keadaan disekitar saya. Karena sesungguhnya ada seseorang yang selalu memperhatikan. Seseorang yang menerima saya apa adanya dan selalu mengingat saya dalam setiap hela nafasnya. Meskipun terkadang orang itu selalu saya lupakan. Terutama tatkala saya sedang berjuang dan bekerja keras untuk mengejar mimpi yang saya dambakan.

Orang itu adalah ibu saya.
Seseorang yang tidak pernah menuntut apapun terhadap diri saya. Seseorang yang selalu ada dan menjadi yang pertama mengulurkan tangan dan pelukan kasih sayang tatkala saya terjatuh dalam kegagalan.

Masih teringat dalam kenangan saya.
Ketika untuk sekian kalinya saya kembali terjatuh dalam lembah kegagalan.
ibu pernah berkata : "Ibu tidak pernah menuntut apapun terhadap masa depan mu kelak nak. Ibu tidak pernah meminta dirimu untuk melakukan suatu hal dibatas kemampuanmu. Ibu juga tidak peduli jadi apapun atau siapaun dirimu kelak dimasa depan. Karena jadi siapapun atau apapun kau tetaplah anak ibu. Yang ibu pinta hanyalah satu, agar kau selalu melakukan yang terbaik. Bukan untuk ibu tapi untuk dirimu sendiri. Walaupun akhirnya kau tidak pernah menjadi nomor satu atau bahkan selalu membuatmu terjatuh dalam kegagalan. Bagi ibu itu saja sudah sangat lebih dari cukup untuk membuatmu ibu bahagia. Karena ibu ikhlas menyayangi dan menerima dirimu apa adanya, walaupun terkadang kau sering melupakannya."


Mungkin saya selalu melupakan ibu dalam langakah saya mengejar mimpi. Mungkin sampai saat ini saya belum bisa memberikan yang terbaik untuk ibu. Belum bisa membanggakan ibu  dan belum bisa membuat ibu tersenyum bangga atas keberhasilan saya.

Namun, Saya berjanji, saya akan selalu melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Bukan untuk siapa-siapa. Tapi untuk diri saya. Karena dengan itu saya yakin ibu akan sangat bahagia dan bangga terhadap saya. Selebihnya  izinkan saya membalas kasih sayangmu, walaupun saya tahu kasih sayang ibu tidak akan dapat terbalas. Bahkan oleh kekayaan alam semseta ini sekalipun. Setidaknya hanya untuk membuatmu tersenyum bangga kepada saya.

Sahabat, meskipun terkadang kita selalu jatuh dalam kegagalan dan selalu melakukan kesalahan. Setidaknya Kita telah melakukan yang terbaik dalam kehidupan kita. Bukan untuk siapa-siapa. Tapi untuk diri kita sendiri, karena dengan begitu ibu akan sangat bahgaia dan bangga pada kita. Insyaallah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar