oleh: Alpiadi Prawiraningrat
Pengalaman negara Barat dalam menerapkan
demokrasi yang berimplikasi terhadap pencapaian kesejahteraan hidup
masyarakatnya telah membuat banyak orang menilai bahwa demokrasi adalah suatu
sistem politik yang dapat memberikan kesejahteraan. Namun, pandangan tersebut menjadi bias
tatkala kita melihat realita yang yang terjadi di negara-negara dunia ketiga
yang mana ketika keran demokrasi dibuka dan diimplementasikan di negara-negara
tersebut yang terjadi adalah berbagai persoalan, seperti konflik horisontal
antar warga, kekacauan politik, perang saudara, kerusuhan etnis, hingga
persoalan ekonomi.
Menjelaskan persoalan di atas terutama
kaitannya demokrasi dengan ekonomi, Amartya Sen mencoba memaparkannya dengan
melihat Demokrasi yang terjadi pada Dunia ketiga yang realitanya bertolak belakang dengan demokrasi yang terjadi
di Amerika yang nampak begitu ideal sebagaimana Tocqueville mengungapkana dalam
tulisannya “Tentang Revolusi, Demokrasi
dan Masyarakat”.
Kembali kepada persoalan demokrasi di negara
dunia ketiga. Persoalan ekonomi kerapkali menjadi isu yang memiliki keterkaitan
dengan demokrasi. Persoalan pemenuhuan
kebutuhan hidup menjadi perosalan yang sangat menarik untuk diperbincangkan
terutama dampak yang diberikan masyarakat terhadap demokrasi. Dapat kita lihat bagaimana masyarakat di
dunia ketiga terutama yang individu yang terjerat oleh romansa pemenuhun
kebutuhan ekonomi sangat apatis terhadap demokrasi yang memunculkan rasa
penasaran berkaitan mana yang lebih penting, urusan pemenuhan kebutuhan ataukah
persoalan demokrasi di negaranya? Atau rasa penasaran untuk mengetahuai apakah
masyarakat yang berkutat dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari itu tahu
nilai-nilai demokrasi atau bahkan mereka tidak mengetahuai definisi demokrasi
itu sendiri sebagai sistem politik di negaranya?
Saya sependapat dengan apa yang
diungkapkan oleh Amartya Sen bahwa meskipun belum ada bukti empiris, namun dia
meyakini bahwa orang-orang miskin mungkin tidak akan peduli pada demokrasi. Orang-orang
miskin mungkin tidak akan peduli dengan apa itu kebebasan berpendapat,
kebebasan berorganisasi, kesetraaan gender atau hak-hak asasi manusia sebagai
variabel dari demokrasi atau pandangan yang menyatakan bahwa melalui demokrasi
setiap bangsa dapat membentuk nilai-nilai dan membangun kesepahaman (understanding) tenteng kebutuhan (needs), hak (right) dan kewajiban (duties)
atau menjadikan pemerintah akan selalu bertanggugjawab dan terbuka dalam menjalankan
kewajibanya sebagaimana Amrtya Sen mengungkapknya dalam Democracy as a value (1997). Secara common sense mungkin kita bisa berpikir bahwa masuk diakal jika
mereka lebih mementingkan kebutuhan hidup sehari-hari yang dampaknya dapat
mereka rasakan secara nyata. Dibandingkan dengan memikirkan buah dari demokrasi
demokrasi yang mungkin mereka sendiri tidak tahu definisi demokrasi itu sendiri,
padahal sistem politik tersebut digunakan oleh negaranya.
Berkaitan dengan hal tersebut,
sebetulnya bukanlahh persoalan lagi untuk membandingkan mana yang lebih penting
antara demokrasi dan pemenuhan kebutuhan ekonomi, tapi bagaimanakah demokrasi
dapat menjamin kesejahteraan atau lebih spesifik lagi kebutuhan ekonomi
masyarakatnya? yang realitanya tidak
terjadi demikian di negara-negara dunia ketiga sebagaimana kita melihat
negara-negara Barat.
Meskipun demikian, saya menyadari bahwa
demokrasi bukanlah sesuatu yang instant atau
magic yang langsung memberikan efek
tatkala diimplementasikan dalam masyarakat. Demokrasi adalah suatu proses yang
panjang. Demokrasi mungkin tidak secara langsung mengatasi masalah perkembangan
ataupun pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Tetapi demokrasi dapat menjadi
alat dalam merusumuskan solusi dalam menyelaskan persoalan tersebut yang
tentunya dengan penerapan kebijakan yang memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif sebagaimana yang diungkapkan Amartya
Sen.
Selain itu, Demokrasi juga membuka jalan
terhadap isu atau persoalan yang tidak dianggap penting oleh suatu rezim
pemerintahan di suatu negara tertentu sehingga dapat dibahas bersama dan
dicarikan solusinya. Sebagai contoh adalah India berkaitan dengan persoalan kemiskinan
yang semula tidak menjadi isu yang diperhatikan oleh pemerintah, namun setelah
adanya demokrasi memberikan kesempatan untuk kaum oposisi menuntut kepada
pemerintah India untuk mengangkat dan membahas isu tersebut dan melahirkan
solusinya. Hal ini menunjukan bahwa pelan
tapi pasti demokrasi akan menuntun negara menuju ke arah yang lebih baik.
Meskipun memang sulit untuk menjelaskan bentuk
demokrasi yang ideal yang dapat diterima oleh setiap negara di dunia. Namun,
secara praktek konsep demokrasi telah dipraktekan di mana-mana, paling tidak
mereka menerapkanya demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai lokal setempat. Sehingga
berdasarkan pemaparan di atas persoalannya bukan lagi tentang demokrasi pantas
atau tidak digunakan sebagai sistem politik suatu negara tapi bagaimana
demokrasi tersebut diterapkan pada suatu negara sehingga tujuan dan nilai-nilai
yang hendak dicapai oleh demokrasi dan negara tersebut dapat terwujud. Meskipun kita sadari bahwa demokrasi bukanlah
suatu sistem politik yang dapat memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi
masyarakat atau bahkan menimbulkan persolan baru di masyarakat, tapi setidaknya
demokrasi memberikan kesmpatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara
aktif dalam menyelesaikan peroalan-persoalan yang ada dan meminimalisir dampak
negatif dari persoalan tersebut walaupun memakan waktu yang panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar